Sunday, June 17, 2012

Saat aku belajar membuat esai

Untuk sebuah lomba esai, inilah karyaku...


Lebih Efektif LCD dan Laptop atau Papan Tulis?
Rosita Dewati

Pada masa ini, Indonesia sudah memasuki era globalisasi dimana berbagai kemajuan teknologi sedang maraknya digunakan. Teknologi canggih yang terus bermunculan memang menuntut kita sebagai generasi muda untuk mempelajari, memahami dan mengikuti perkembangan teknologi tersebut. Di sisi lain, kemajuan teknologi menjadikan bangsa kita semakin menjadi bangsa yang konsumtif karena teknologi tersebut bukanlah hasil karya anak bangsa akan tetapi merupakan barang buatan negara-negara maju seperti Jerman, Jepang, China, dll.
Pada era globalisasi ini, sebagian besar bahkan hampir seluruh lembaga pendidikan atau sekolah-sekolah yang ada di kota-kota besar di Indonesia sudah menggunakan LCD dan Laptop dalam aktivitas belajar mengajar. Bahkan ada pula sekolah yang mewajibkan siswanya untuk memiliki laptop dan membawanya ke dalam kelas untuk digunakan selama jam belajar mengajar. Namun, apakah penggunaan teknologi tersebut efektif?
Pemanfaatan LCD dan Laptop memang terkesan lebih praktis, instan dan lebih efisien. Siswa tidak perlu mencatat materi karena sudah ada print-out yang diberikan dan tinggal menambahkan sedikit catatan sebagai penjelasan tambahan pada print-out materi tersebut. Selain itu, penyampaian materi menggunakan LCD dan Laptop akan lebih menarik dengan animasi, gambar serta suara yang dapat menimbulkan minat belajar siswa. Siswa akan lebih mudah membaca materi yang diberikan guru atau pengajar yang sudah ada dalam Laptop, sehingga mereka tidak memerlukan buku lagi untuk mencatat karena sudah ada Laptop yang bisa dimanfaatkan sebagai media untuk mencatat.
Berbagai teknologi seperti Laptop dan LCD memang memberikan dampak yang positif. Memiliki manfaat yang begitu besar dan lebih efisien. Akan tetapi, yang menjadi pertanyaan adalah ‘mengapa negara maju yang menciptakan teknologi tersebut memilih menggunakan Papan Tulis? Bukanlah hal tersebut tidak dianggap maju?
Papan tulis dengan kapur tulis yang dianggap berdebu dan kotor justru masih banyak digunakan di sekolah-sekolah atau lembaga pendidikan di negara maju seperti Amerika dan Jepang. Negara maju tersebut tidak mewajibkan teknologi maju sebagai media pembelajaran mereka. Negara tersebut jelaslah lebih maju dibanding negara kita, Indonesia. Bukankah seharusnya kita mencontoh kepada yang lebih baik dari kita?
Ternyata tidak selamanya papan tulis dan kapur tulis tersebut dianggap jelek. Dengan menulis dan menerangkan di papan tulis, pengajar menuntut siswanya untuk memperhatikan apa yang diajarkan kemudian siswa bisa mencatat setelah pengajar selesai menjelaskan materi. Hal tersebut dapat menimbulkan minat siswa untuk tetap fokus agar tidak tertinggal materi dan dapat membantu mempertajam ingatan siswa dengan mendengarkan, membaca dan menulis materi yang disampaikan. Dengan begitu, siswa tidak bisa bermalas-malasan karena adanya tuntutan untuk memperhatikan sehingga dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar dan aktif bertanya apabila merasa masih belum jelas.
Sebenarnya ingatan manusia itu akan tajam jika di asah dan sering digunakan. Metode untuk memperkuat memori atau ingatan pada manusia adalah dengan memadukan indera (mata, telinga, tangan, kaki, hidung, dan lidah) untuk memperhatikan sesuatu. Dalam belajar, hal tersebut meliputi membaca, menulis dan mendengarkan. Media visual memang lebih menarik dan lebih menciptakan kesan imajinatif sehingga otak mudah mengingat. Akan tetapi, jika hanya membaca, mendengarkan dan ber-imajinasi saja tidak cukup karena otak akan lebih mengingat lagi jika dituliskan dengan kata-kata. Kadangkala, jika terlalu lama berimajinasi-pun kita akan terlarut dalam dunia imajinasi kita sehingga kita akan kehilangan konsentrasi untuk memperhatikan pelajaran dan tertinggal.
Penggunaan LCD dan Laptop yang dianggap efisien ternyata juga memiliki kelemahan dan dampak negatif. Dengan adanya print-out materi, siswa tidak merasa ada tuntutan untuk memperhatikan, apalagi jika pengajar tidak memperhatikan siswanya ketika sedang menjelaskan dan hanya terpaku pada layar laptop. Bisa saja pengajar justru ditinggal siswanya bermain game di handphone, mengirim sms, asyik berbincang dengan teman atau bahkan justru ditinggal tidur tanpa sepengetahuan pengajar tersebut. Siswa hanya mengandalkan print-out materi sehingga ia menjadi malas untuk mencatat apa yang disampaikan, apalagi jika print-out tersebut bukanlah berisi point-point atau inti materi melainkan berisi materi seutuhnya. Hal tersebut semakin membuat siswa malas. Begitu juga dengan penggunaan Laptop, selain menjadikan seorang yang konsumtif akan teknologi, Laptop juga bisa disalahgunakan saat pengajaran sedang berlangsung. Bukannya digunakan untuk membuka materi atau mencatat tetapi justru digunakan untuk bermain game di Laptop atau membuka gambar/video aneh-aneh yang ada di Laptop mereka. Apalagi jika dilengkapi oleh Wi-fi, siswa bisa saja justru bermain game on-line, chatting-an, facebook-an ,bahkan digunakan untuk membuka situs yang aneh-aneh. Namun, tidak semua pengajar mau menyuruh siswanya untuk menggunakan Laptop saat di kelas. Pernah saya temui dosen yang memang tidak mengizinkan karena takut akan hal-hal tersebut terjadi, pernah pula saya temui dosen yang tenang-tenang saja membiarkan siswanya membuka Laptop saat di kelas. Pernah pula saya temui dosen yang menginginkan siswanya mengumpulkan tugas apapun bahkan laporan praktikum yang ditulis tangan, bukan diketik. Mengapa? Karena ditakutkan para siswanya hanya meng-copas (copy paste) laporan dari teman atau siswa lain. Hal tersebut membuat siswa malas dan tidak berpikir kreatif. Sebaliknya dengan menulis tangan, siswa dapat sekaligus mempelajari apa yang ia tulis, tidak sekedar copas.
Membuat laporan, tugas atau catatan dengan Laptop memang mengajarkan siswa tentang teknologi dan melatih siswa untuk bekerja secara modern menggunakan teknologi. Akan tetapi, perlu dicermati kembali hal-hal negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan yang salah.
Menurut penuturan seorang teman dan sumber yang saya dapat, sesuatu yang instan itu akan cepat hilang. Sesuatu yang instan cepat hilang karena kurang dapat terasa pengorbanannya dibandingkan dengan sesuatu yang dimulai dari nol. Kemajuan teknologi harus ditanggapi dengan pikiran terbuka namun mampu menyikapinya agar tidak menjadi orang yang konsumtif dan ‘manja’ atau terus bergantung pada teknologi sehingga akan membuat seseorang malas untuk berpikir kreatif. Biasanya orang yang sudah terbiasa dengan sesuatu yang instan, praktis dan efisien akan beranggapan ‘kalau ada yang instan, mengapa harus ribet?’ dan sebagainya.
Kemajuan teknologi dapat membawa dampak yang baik jika kita manfaatkan dengan baik dan tidak disalahgunakan. Begitu juga dalam bidang pendidikan, harus dipikir terlebih dahulu sebelum diterapkan, bukan hanya digunakan karena sekedar ingin dicap sebagai bangsa yang selalu mengikuti kemajuan, globalisasi, atau sekedar gengsi. Yang terpenting dan perlu diperhatikan agar seperti negara maju dalam hal pendidikan, tidak selamanya harus menerapkan teknologi baru yang terus bermunculan, namun bagaimana upaya kita untuk menciptakan kurikulum bertaraf Internasional atau tidak dibawah kurikulum negara maju tersebut. Yang penting adalah prosesnya, bukan alatnya. Percuma saja menggunakan alat modern dan canggih jika dalam pelaksanaannya saja kurikulum kita masih dibawah mereka dan penggunaan teknologi tersebut juga kurang efektif. Untuk mencapai bangsa yang maju, harus dimulai dari pendidikan. Agar tercipta generasi muda yang kreatif, yang produktif dan mampu mewujudkan cita-cita bangsa.

No comments:

Post a Comment