Sunday, June 17, 2012

Laporan Praktikum Ilmu Tanah


I.  PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Antara manusia dengan tanah terdapat saling ketergantungan satu sama lain, kita tergantung dari tanah dan sebaliknya tanah-tanah yang baik dan subur tergantung dari cara manusia menggunakan tanah tersebut. Dengan bertambah majunya peradaban manusia dan sejalan dengan perkembangan pertanian yang juga disertai perkembangan penduduk yang sangat pesat maka memaksa manusia mulai menghadapi masalah-masalah tentang tanah, terutama untuk pertanian sebagai mata pencaharian misalnya adalah makin banyaknya tanah kritis yang dulunya subur. Semuanya ini adalah tanah tanpa memperhatikan pedoman pengolahan tanah maupun karena kesewenang-wenangan manusia terhadap tanah.
Kerusakan tanah yang terjadi diseluruh Indonesia terjadi seringkali karena ulah manusia itu sendiri. Misalnya penebangan hutan yang menyebabkan terjadinya erosi sehingga terjadi pengurangan unsure hara dalam tanah, karena telah terjadi pelindian oleh air hujan yang tidak tertahan oleh tanaman, akibat vegetasi yang ada telah habis dibabat. Sehingga kesuburan tanah hilang.
Dengan banyaknya permasalahan yang muncul, maka orang mulai mengadakan suatu perbaikan kesuburan tanah. Hal ini dapat dilakukan dengan mempelajari dan mengadakan penelitian tentang tanah secara lebih dekat sehingga kita dapat mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan tanah dan kesuburan tanah yang meliputi faktor fisika, kimia dan biologi. Hubungan antara faktor - faktor tersebut harus diperhatikan serta memperhatikan kaidah penggunaan dan pengolahan tanah sehingga kelestarian tanah dapat terjaga.

1

Oleh karena itu, para mahasiswa fakultas pertanian mengikuti praktikum Ilmu Tanah untuk menambah pengetahuan tentang tanah dalam ilmu pedologi maupun edapologi. Dengan mempelajari tanah kita dapat menentukan jenis tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman serta dapat menanggulangi kerusakan tanah sehingga dapat dimanfaatkan untuk pertanian.

B.  Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum Ilmu Tanah pada semester ini adalah untuk :
1.    Mengenal dan mengetahui morfologi dari suatu lahan.
2.    Mengenal dan mengetahui profil tanah.
3.    Menganalisa sifat fisika dan kimia tanah.
C.   Waktu dan Tempat Praktikum
     Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu dan Minggu pada tanggal 12-13 November 2011 . Pada hari Sabtu praktikum pertama dilaksanakan di Jumantono pada pukul 15.00 – 17.00 WIB. Praktikum kedua dilaksakan di dua tempat pada hari Minggu, pertama di Jatikuwung pada pukul 07.00 – 09.00 WIB, kedua dilaksanakan di kampus FP UNS pada pukul 10.00 – 11.00 WIB.
















II.                TINJAUAN PUSTAKA
A.      Pencandraan Bentang Lahan
Tanah adalah benda alami yang terdapat di permukaan bumi yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil alam tanaman dan hewan, yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat tertentu akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak sebagai atau terhadap batuan induk dalam keadaan wilayah tertentu selama jangka waktu tertentu      (Anonim, 2007).
             Tanah merupakan suatu tubuh alam yang mempunyai arti kedalaman dan daerah permukaan sebagai hasil dari gaya desdruktif dan sintetik seperti pelapukan dan perapuhan mikribia sisa organik, serta pembentukan mineral baru. Ada lima faktor yang menjadi pembentuk tanah yaitu iklim, kehidupan, bahan induk, topografi, dan waktu. Dari kelima itu, yang berpengaruh paling besar adalah iklim. Sehingga proses pembentukan tanah sering disebut weathering (Buckman dan Brady, 1982).
             Erosi adalah pengikisan / kelonggaran atau merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau kekuatan air dan angin, baik yang berlangsung secara alamiah atau sebagai akibat tindakan atau perbuatan manusia. Sehubungan dengan itu, maka kita akan mengenal normal atau geologikal erosion dan acceleration erosion (Kartosapoetro, 1991).

3
 
             Tanah Alfisol memiliki struktur tanah yang liat. Liat yang tertimbun di horizon bawah ini berasal dari horizon diatasnya dan tercuci ke bawah bersama dengan gerakan air. Dalam banyak pola Alfisol digambar adanya perubahan tekstur yang sangat jelas dalam jarak vertikal yang sangat pendek yang dikenal Taksonomi Tanah (USDA, 1985) sebagai Abrupat Tekstural Chage (perubahan tekstur yang sangat ekstrim). (Buchman dan Brady, 1982).        Tanah Vertisol memiliki kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang tinggi. Reaksi tanah bervariasi dari asam lemah hingga alkaline lemah; nilai pH antara 6,0 sampai 8,0. pH tinggi (8,0-9,0) terjadi pada Vertisol dengan ESP yang tinggi. Vertisol menggambarkan penyebaran tanah-tanah dengan tekstur liat dan mempunyai warna gelap, pH yang relatif tinggi serta kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang juga relatif tinggi. Vertisol tersebar luas pada daratan dengan iklim tropis dan subtropis (Anonim, 2010).
             Tanah Vertisol memiliki kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang tinggi. Reaksi tanah bervariasi dari asam lemah hingga alkaline lemah; nilai pH antara 6,0 sampai 8,0. pH tinggi (8,0-9,0) terjadi pada Vertisol dengan ESP yang tinggi. Vertisol menggambarkan penyebaran tanah-tanah dengan tekstur liat dan mempunyai warna gelap, pH yang relatif tinggi serta kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang juga relatif tinggi. Vertisol tersebar luas pada daratan dengan iklim tropis dan subtropis (Munir, 1996).
             Tanah Entisol merupakan tanah yang relatif kurang menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman, sehingga perlu upaya untuk meningkatkan produktivitasnya dengan jalan pemupukan. Sistem pertanian konvensional selama ini menggunakan pupuk kimia dan pestisida yang makin tinggi takarannya. Peningkatan takaran ini menyebabkan terakumulasinya hara yang berasal dari pupuk/pestisida di perairan maupun air tanah, sehingga mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan. Tanah sendiri juga akan mengalami kejenuhan dan kerusakan akibat masukan teknologi tinggi tersebut. Atas latar belakang tersebut mulai dikembangkan sistem pertanian organik yang dahulu telah lama dilakukan oleh nenek moyang kita. Beberapa petani di Sleman dan Magelang telah melakukannya, sementara yang lain belum tertarik karena belum mengetahui manfaatnya terutama terhadap perbaikan sifat tanah (Anonim, 2010).
             Erosi dari air dibagi menjadi empat kategori, yaitu : splas (cipratan), sheet (permukaan), riil (alur) dan gully (parit). Erosi permukaan berhubungan dengan pepindahan tanah yang sama dari permukaan suatu area pada lapisan yang tipis. Untuk erosi permukaan brhubungan dengan suatu permukaan tanah yang lunak (Foth, 1994).
Fisiografi adalah pencandraan tentang genesis tanah dan evolusi bentuk wilayah. Bentuk wilayah diklasifikasikan atas dasar agensia pembentuknya, yaitu fluvial, marine, lacustrin, eolin, biotika, glacial, orogen, dan vulkanisme atau bentuk lisin yang terjadi dari kerja gabungan dua atau lebih agensia (Anonim, 2007).
Alfisol secara potensial termasuk tanah yang subur, meskipun bahaya erosi perlu mendapat perhatian. Untuk peningkatan produksi masih diperlukan usaha-usaha intensifikasi antara lain pemupukan dan pemeliharaan tanah serta tanaman yang sebaik – baiknya (Anonim, 2003).
Proses pelapukan adalah berubahnya bahan penyusun tanah dari bahan pemyusun batuan. Sedangkan proses perkembangan tanah adalah terbentuknya lapisan tanah yang menjadi ciri, sifat dan kemampuan khas masing-masing jenis tanah. Proses pelapukan mengandung arti geologis destruktif dan proses perkembangan tanah mengandung arti pedologis kreatif. Contoh proses pelapukan adalah hancuran batuan secara fisik dan proses berubahnya felspat menjadi lempung kimia. Contoh proses perkembangan tanah adalah terbentuknya horison tanah, latosolisasi, podsolisasi, dan lainnya (Darmawijaya, 1990).

B.       Penyidikan Profil Tanah

             Profil tanah adalah urutan susunan horison yang tampak dalam anatomi tubuh tanah. Profil tanah mempunyai tebal yang berlainan, mulai dari yang setipis selaput sampai setebal 10 m. Pada umumnya tanah makin tipis makin mendekati kutub dan makin tebal makin mendekati khatulistiwa (Darmawijaya, 1990).
             Profil tanah itu merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah yang dibuat dengan cara menggali lubang dengan ukuran panjang dan lebar tertentu dan kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keperluan genesa tanah. Pembuatan profil tanah dapat mencapai kedalaman sekitar 3-3,5 meter. (Anonim,2006).
Profil tanah yang diamati, ciri-cirinya harus memenuhi syarat-syarat : tegak (vertikal), baru artinya belum terpengaruh keadaan luar, dan juga tidak memantulkan cahaya (profil tanah pada waktu pengamatan tidak langsung terkena cahaya matahari). Pengamatan dimulai dengan pengukuran dalamnya dari batas-batas horizon yang dapat diketahui. Batas horizon tidak selalu lurus. Oleh karena itu diamati pula jelas tidaknya dan bentuk topografi (Darmawijaya, 1990).

C.      Sifat Fisika Tanah

Tekstur tanah dibagi menjadi 3 golongan yaitu pasir, debu dan liat. Pasir merupakan partikel terbesar dengan ukuran 2-0,063 mm,debu 0,063-0,002 mm dan liat <0,002 mm. Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap tanaman terjadi secara langsung. Struktur tanah yang remah pada umumnya menghasilkan laju pertumbuhan tanaman dan produksi persatuan waktu yang lebih tinggi (Anonim, 2006).
Konsistensi adalah ketahanan tanah terhadap perubahan bentuk atau perpecahan. Keadaan ini ditentukan oleh sifat kohesi dan adhesi, padahal struktur menentukan bentuk, ukuran dan agregat alami tanah tertentu. Konsistensi tetap menentukan kekuatan keadaan alami gaya-gaya diantara partikel. Konsistensi penting untuk dipertimbangkan dalam pengolahan tanah untuk kepentingan lalu lintas. Bukit pasir menghambat sifat kohesi dan adhesi. Konsistensi tetap penting dalam pengolahan tanah (Foth, 1991).
Horison tanah digambarkan dalam profil, secara vertikal dan berhubungan satu sama lain. Kadang-kadang batas dua horison sangat jelas dan dapat dikenali dengan sangat baik, sehingga tidak menimbulkan keraguan dan salah paham (Abdullah, 1993).
Suhu yang terlalu tinggi ataupun yang terlalu rendah merupakan faktor pembatas dibeberapa daerah tropika tertentu. Pemecahannya biasanya adalah dengan memberi mulsa dengan berbagai bahan, tergantung apakah suhu itu harus dinaikkan atau ditunkan. Pada tanah yang baru dibuka untuk pertanian, pengaturan suhu tanah dengan menggunakan mulsa jerami. Sebenarnya pemulsaan juga mengurangi pemakaian air dan mengurangi kebutuhan untuk pengendalian gulma dan sering meningkatkan hasil (Sanchez, 1992).



D.   Sifat Kimia Tanah
            Perilaku kimawi tanah didefiniskan sebagai keseluruhan reaksi fisika-kimia yang berlangsung antar-penyusun tanah serta antara penyusun tanah dan bahan yang ditambahkan ke dalam tanah dalam bentuk pupuk ataupun pembenah tanah lainnya (Blt & Bruggenwert, 1978).
Penentuan pH tanah adalah salah satu uji paling penting dapat digunakan untu mendiagnosis masalah pertumbuhan tanaman. Apabila pH tanahnya 5,5 atau kurang maka penyakit tanaman itu mungkin tidak disebabkan defisiensi besi. Karena senyawa-senyawa besi mudah larut dalam keadaan asam (Foth, 1994).
pH tanah menunjukkan derajat keasaman tanah atau keseimbangan antara konsentrasi H+ dan OH- dalam larutan tanah. Apabila konsentrasi H+ dalam larutan tanah lebih banyak dari OH- maka suasana larutan tanah menjadi asam, sebalikya bila konsentrasi OH- lebih banyak dari pada konsentrasi H+ maka suasana tanah menjadi basa. pH tanah sangat menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman makanan ternak, bahkan berpengaruh pula pada kualitas hijauan makanan ternak. PH tanah yang optimal bagi pertumbuhan kebanyakan tanaman makanana ternak adalah antara 5,6-6,0. Pada tanah pH lebih rendah dari 5.6 pada umumnya pertumbuhan tanaman menjadi terhambat akibat rendahnya ketersediaan unsur hara penting seperti fosfor dan nitrogen. Bila pH lebih rendah dari 4.0 pada umumnya terjadi kenaikan Al3+ dalam larutan tanah yang berdampak secara fisik merusak sistem perakaran, terutama akar-akar muda, sehingga pertumbuhan tanaman menjadiaa terhambat. (Anonim, 2005 ).

E.     Lengas Tanah

Lengas tanah adalah air yang terikat oleh berbagai gaya, misalnya gaya ikat matrik, osmosis dan kapiler. Gaya ikat matrik berasal dari tarikan antar partikel tanah dan meningkat sesuai dengan peningkatan permukaan jenis partikel tanah dan kerapatan muatan elektrostatik partikel tanah. Gaya osmosis dipengaruhi oleh zat terlarut dalam air maka meningkat dengan semakin pekatnya larutan. Gaya kapiler dibangkitkan oleh poripori tanah berkaitan dengan tegangan permukaan (Anonim, 2009)
Kadar lengas tanah sering disebut sebagai kandungan air(moisture) yang terdapat dalam pori tanah. Satuan untuk menyatakan kadar lengas tanah dapat berupa persen berat atau persen volume. Berkaitan dengan istilah air dalam tanah, secara umum dikenal 3 jenis, yaitu (a) lengas tanah (soil moisture) adalah air dalam bentuk campuran gas (uap air) dan cairan; (b) air tanah(soil water) yaitu air dalam bentuk cair dalam tanah, sampai lapisan kedap air, (c) air tanah dalam (ground water) yaitu lapisan air tanah kontinu yang berada ditanah bagian dalam (Handayani, 2009).
Keberadaan lengas tanah dipengaruhi oleh energi pengikat spesifik yang berhubungan dengan tekanan air. Status energi bebas (tekanan) lengas tanah dipengaruhi oleh perilaku dan keberadaannya oleh tanaman. Lengas tanah dipengaruhi oleh keberadaan gravitasi dan tekanan osmosis apabila tanah dilakukan pemupukan dengan konsentrasi tinggi (Bridges, 1979).
Di dalam tanah, air berada di dalam ruang pori diantara padatan tanah. Jika tanah dalam keadaan jenuh air, semua ruang pori tanah terisi air. Dalam keadaan ini jumlah tanah yang disimpan didalam tanah merupakan jumlah air maksimum disebut kapasitas penyimpanan air maksimum. Selanjutnya jika tanah dibiarkan mengalami pengeringan, sebagian ruang pori akan terisi udara dan sebagian lainnya terisi air. Dalam keadaan ini tanah dikatakan tidak jenuh (Hillel,1983).
Di dalam tanah air dapat bertahan tetap berada di dalam ruang pori karena adanya berbagai gaya yang yang bekerja pada air tersebut. Untuk dapat mengambil air dari rongga pori tanah diperlukan gaya atau energi yang diperlukan untuk melawan energi yang menahan air. Gaya – gaya yang menahan air hingga bertahan dalam rongga pori berasal dari absorbsi molekul air oleh padatan tanah, gaya tarik menarik antara molekul air, adanya larutan garam dan gaya kapiler (Yong et al.,1975).


F.     pH Tanah


pH tanah atau kemasaman tanah atau reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H +) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain ion H+ dan ion-ion lain terdapat juga ion hidroksida (OH-), yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya ion H+. Pada tanah-tanah masam jumlah ion H+ lebih tinggi dibandingakan dengan jumlah ion OH-, sedangkan pada tanah alkalis kandungan ion OH- lebih banyak dari ion H+. Jika ion H+ dan ion OH- sama banyak di dalam tanah atau seimbang, maka tanah bereaksi netral (Anonim, 2011)
pH tanah atau tepatnya pH larutan tanah sangat penting karena larutan tanah mengandung unsur hara seperti Nitrogen (N), Potassium/kalium (K), dan Pospor (P) dimana tanaman membutuhkan dalam jumlah tertentu untuk tumbuh, berkembang, dan bertahan terhadap penyakit. Jika pH larutan tanah meningkat hingga di atas 5,5; Nitrogen (dalam bentuk nitrat) menjadi tersedia bagi tanaman. Di sisi lain Pospor akan tersedia bagi tanaman pada Ph antara 6,0 hingga 7,0. Beberapa bakteri membantu tanaman mendapatkan N dengan mengubah N di atmosfer menjadi bentuk N yang dapat digunakan oleh tanaman. Bakteri ini hidup di dalam nodule akar tanaman legume (seperti alfalfa dan kedelai) dan berfungsi secara baik bilamana tanaman dimana bakteri tersebut hidup tumbuh pada tanah dengan kisaran pH yang sesuai (Anonim, 2007)
Tingkat pH tanah yang merugikan pertumbuhan tanaman dapat terjadi secara alami di beberapa wilayah, dan secara non alami terjadi dengan adanya hujan asam dan kontaminasi tanah. Peran pH tanah adalah untuk mengendalikan ketersedian nutrisi bagi vegetasi yang tumbuh di atasnya. Makronutrien (kalsium, fosfor, nitrogen, kalium, magnesium, sulfur) tersedia cukup bagi tanaman jika berada pada tanah dengan pH netral atau sedikit beralkalin. Kalsium, magnesium, dan kalium biasanya tersedia bagi tanaman dengan cara pertukaran kation dengan material organik tanah dan partikel tanah liat. Ketika keasaman tanah meningkat, ketersediaan kation untuk material organik tanah dan partikel tanah liat segera tercukupi sehingga tidak ada pertukaran kation dan nutrisi bagi tanaman berkurang. Namun semua itu tidak dapat disimplifikasi karena banyak faktor yang memengaruhi hubungan pH dengan ketersediaan nutrisi, diantaranya tipe tanah (tanah asam sulfat, tanah basa, dsb), kelembaban tanah, dan faktor meteorologika (Anonim, 2011)
Ada 2 metode yang paling umum digunakan untuk pengukuran pH tanah yaitu kertas lakmus dan pH meter. Kertas lakmus sering di gunakan di lapangan untuk mempercepat pengukuran pH. Penggunaan metode ini di perlukan keahlian pengalaman untuk menghindari kesalahan. Lebih akurat dan secara luas di gunakan adalah penggunaan pH meter, yang sangat banyak di gunakan di laboratorium. Walaupun pH tanah merupakan indikator tunggal yang sangat baik untuk kemasaman tanah, tetapi nilai pH tidak bisa menunjukkan berapa kebutuhan kapur. Kebutuhan kapur merupakan jumlah kapur pertanian yang dibutuhkan untuk mempertahankan variasi pH yang di inginkan untuk sistem pertanian yang digunakan. Kebutuhan kapur tanah tidak hanya berhubungan dengan pH tanah saja, tetapi juga berhubungan dengan kemampuan menyangga tanah atau kapasitas tukar kation (KTK) (Anonim, 2009)













III.  ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA

A.    Alat
1.        Pencandraan bentang lahan
a.       Klinometer
b.      Kompas
c.       GPS
2.        Profil tanah
a.       Pisau belati
b.      Cangkul
c.       Meteran lebar 20 cm dan panjang 150 cm
d.      Kamera
e.       Tali rafia
3.        Sifat-sifat fisika tanah
a.       Pisau belati
b.      Meteran
c.       Kaca pembesar
d.      Penetrometer
e.       Jari tangan
f.       Buku standar warna Munsell Soil Colour Charts
4.        Sifat-sifat kimia tanah
a.       pH stick
b.      Tissue gulung
c.       Flakon
d.      Kertas marga
e.       Spidol
f.       Pipet
5.        Uji di Laboratorium
a.       Botol pemancar
b.      Botol semprong
c.      

11
 
Botol timbang
d.      Cawan tembaga
e.       Colet
f.       Eksikator
g.      Flakon
h.      Gelas arloji
i.        Gelas piala
j.        Kertas saring
k.      Lempung kaca
l.        Mortin porselin
m.    Oven
n.      Papan kayu
o.      Pengaduk kaca
p.      Petridish
q.      pH meter
r.        Saringan ø 2mm
s.       Spatel
t.        Statif
u.      Timbangan analitik
B.     Bahan
1.       Pencandraan bentang lahan
a.       Tanah daerah Jumantono
b.      Tanah daerah Jatikuwung
c.       Tanah daerah Fakultas Pertanian UNS
2.       Profil tanah
a.       Tanah daerah Jumantono
b.      Tanah daerah Jatikuwung
c.       Tanah daerah Fakultas Pertanian UNS
3.       Sifat-sifat fisika tanah
a.       Tanah dari tiap-tiap lapisan
b.      Air

4.       Sifat-sifat kimia tanah
a.       H2O
b.      KCl 1 N
c.       H2O2 10%
d.      H2O2 3%
e.       HCl 1,2 N
f.       HCl 10%
g.      KCNS 10%
h.      K3Fe(CN)6 0,5%
5.       Uji di Laboratorium
a.       Bongkahan
b.      Contoh tanah kering angin (ctka)  ø 0,5 mm dan ø 2 mm
c.       Aquades
d.      Reagen H­2O (pH actual) dan KCl (pH potensial)
C.    Cara Kerja
1.    Pencandraan Bentang Lahan
a.       Menentukan lokasi pengamatan.
b.      Menentukan keadaan fisiografinya.
c.       Menentukan derajat kemiringan dengan klinometer.
d.      Menentukan bentuk relief.
e.       Menentukan kemas muka tanah.
f.       Menentukan bentuk timbulan mikro.
g.      Menentukan batuan permukaan.
h.      Menentukan batuan singkapan.
i.        Menentukan keadaan hidrologi lahan meliputi genangan dan banjir.
j.        Menentukan penggunaan lahan.
k.      Menentukan bentuk dan tingkat erosi lahan.
l.        Menentukan landform.
m.    Mencatat hasil pengamatan.
2.    Penyidikan Profil Tanah
a.       Membuat profil tanah di tempat penelitian.
b.      Mengukur jeluk mempan atau solum tanah.
c.       Menentukan batas-batas lapisan dengan melihat perbedaan warna atau menusuk-nusuk dengan pisau belati atau memukul-mukul dengan gagang pisau belati.
d.      Menentukan kelimpahan dan ukuran bebatuan.
e.       Menetukan gleisasi.
f.       Menentukan ketegasan batas lapisan.
g.      Menentukan bentuk batas lapisan.
h.      Menentukan jumlah dan ukuran perakaran pada tiap-tiap lapisan.
i.        Mencatat hasil pengamatan.
3.    Sifat Fisika Tanah
a.       Menentukan tekstur tanah
1)      Mengambil tanah dari tiap-tiap lapisan.
2)      Meletakkan pada telapak tangan atau dengan memijit-mijit tanah tersebut di antara jari telunjuk dan ibu jari dengan bantuan sedikit air.
3)      Memperhatikan adanya rasa kasar atau licin
4)      Menggulung-gulung sambil melihat daya tahan terhadap tekanan.
5)      Mencatat hasil pengamatan.
b.      Menentukan struktur tanah
1)      Mengambil tanah dari tiap-tiap lapisan.
2)      Memecahnya dengan jari.
3)      Mengamati tipe, ukuran, dan kemampatan agregat/derajat dengan kaca pembesar.
4)      Mencatat hasil pengamatan.
c.       Menentukan konsistensi tanah
1)      Mengambil tanah dari tiap-tiap lapisan.
2)      Memijit tanah dalam berbagai keadaan kandungan air seperti basah, lembab, dan kering di antara ibu jari dan jari telunjuk.
3)      Menentukan konsistensinya berdasarkan kekuatan bongkahan.
4)      Mencatat hasil pengamatan.
d.      Menentukan warna tanah
1)      Mengambil gumpalan tanah tiap-tiap lapisan.
2)      Menyetarakan warna tanah dengan standar warna dari MSCC.
3)      Mencatat hasil pengamatan.
e.       Menentukan aerasi-drainase
1)      Mengambil dua bongkah tanah tiap lapisan.
2)      Meletakkan secara terpisah pada kertas tisu.
3)      Menetesi kedua bongkah tanah dengan HCl 10%.
4)      Melipat kertas saring sehingga menutupi kedua bongkah tersebut kemudian menekan-nekan sampai cairan terperas keluar membasahi kertas saring.
5)      Menetesi salah satu bongkah dengan KCNS 10% dan menetesi yang lainnya dengan K3Fe(CN)6 0,5%.
6)      Mengamati reaksi yang terjadi.
7)      Mencatat hasil pengamatan.
f.       Uji penetrometer
1)      Menusukkan penetrometer pada tanah tiap lapisan secara horisontal dan vertikal.
2)      Melihat skala pada penetrometer.
3)      Mencatat hasil pengamatan.   
4.    Sifat Kimia Tanah
a.       Menentukan pH tanah.
1)      Mengambil dua sampel tanah tiap lapisan.
2)      Memasukkannya ke dalam flakon.
3)      Menambahkan H2O pada sampel tanah pertama dari tiap lapisan dan KCl pada sampel tanah kedua dari tiap lapisan.
4)      Mengocoknya hingga homogen.
5)      Mengukur dengan pH stick.
b.      Menentukan kandungan bahan organik
1). Mengambil sampel tanah tiap lapisan
2). Meneteskan H2O2 10% secara merata.
3). Mengamati reaksi yang terjadi.
4). Mencatat hasil pengamatan.
c.       Menentukan kadar kapur
1). Mengambil sampel tanah tiap lapisan.
2). Menetesi dengan HCl 10% secara merata.
3). Mengamati reaksi yang terjadi.
4). Mencatat hasil pengamatan.
d.      Menentukan konkresi
1). Mengambil sampel tanah tiap lapisan.
2). Menetesi sampel tanah tersebut dengan H2O2 3%.
3). Mengamati reaksi yang terjadi.
4). Mencatat hasil pengamatan.
5.    Uji di Laboratorium
a.       Lengas Tanah Kering Angin
1)      Memasukan botol penimbang dengan tutupnya ke dalam oven. selama 30 menit kemudian  mendinginkannya ke dalam eksikator dan menimbang botol penimbang dengan tutupnya.
2)      Memasukan ctka kurang lebih 2/3 tinggi botol penimbang lalu menimbangnya dan  masing-masing ctka dilakukan 2 kali ulangan.
3)      Memasukan ke dalam oven dengan  keadaan terbuka bersuhu 105°C selama 4 jam.
4)      Mendinginkan botol penimbang dan isinya pada eksikator dalam keadaan  tertutup, kemudian  melakukan  penimbangan setelah dingin.
5)      Melakukan perhitungan kadar lengas.
b.      Kapasitas Lapangan
1)      Membungkus atau menyumbat salah satu ujung botol dengan kain kassa.
2)      Memasukan ctka ke dalam botol semprong dengan bagian yang ter
tutup kain kassa sebagai dasarnya.
3)      Memasang botol semprong pada statif dan diatur seperlunya.
4)      Merendam selama kurang lebih 48 jam.
5)      Mengangkat semprong dan membiarkan air menetes sampai tetes terakhir.
6)      Mengambil contoh tanahnya yang berada pada 1/3 bagian tengah semprong, mengukur kadar lengasnya sebanyak 2 kali uangan.
c.       Lengas Maksimum  (Kapasitas Air Maksimum)
1)      Menggerus ctka menjadi butir primer dan menyaringnya menjadi ø 2mm.
2)      Mengambil cawan berlubang yang dasaarnya diberi kertas saring yang sudah dibasahi.
3)      Menimbang dengan kertas arloji sebagai alasnya.
4)      Memasukan ctka yang telah digerus dalam cawan tembaga kurang lebih 1/3nya lalu diketuk-ketukan, menambahkan ctka sampai 2/3 alu diketuk-ketukan lagi, kemudian menambahkan lagi ctka sampai penuh, mengetuknya lagi dan meratakannya.
5)      Memasukan cawan tersebut ke dalam perendam kemudian diisi air sampai permukaan air mencapai kurang lebih ½ tinggi dinding cawan, perendaman 12 jam (setelah direndam permukaan tanah akan cembung minimal rata/mendatar).
6)      Mengangkat cawan  dan membersihkan sisi luarnya lalu meratakan tanah setinggi cawan dengan diperes secara hati-hati dan menimbangnya dengan diberi alas gelas arloji.
7)      Memasukan ke dalam oven bersuhu 105°C selama 4 jam, lubang pembuangan air pada oven harus terbuka.
8)      Memasukan ke dalam eksilator kemudian menimbang dengan diberi gelas arloji.
9)      Membuang tanah, membersihkan cawan dan kertas saring kemudian menimbangnya dengan diberi alas gelas arloji.
10)  Menghitung kadar lengasnya.


d.      Batas Berubah Warna (BBW)
1)      Membuat pasta tanh dengan cara mencampur ctka ø 0,5 mm dengan air pada cawan penguap.
2)      Meratakan pasta tanah pada kayu membentuk elip dengan ketinggian pada bagian tengah kurang lebih 3mm dan makin ke tepi  makin tipis.
3)      Membiarkan semalam dan setelah ada beda warna diambil tanahnya selebar 1cm (warna terang dan gelap) untuk dianalisis KL-nya.
e.       Analisis pH Tanah
1)      Menimbang ctka sebanyak 5 gram dan memasukan ke dalam dua buah flakon.
2)      Menambahkan aquadest 12,5 cc untuk analisis pH H2O dan 12,5 cc KCl untuk pH KCl
3)      Mengaduk masing-masing hingga homogen selama 5 menit.
4)      Mendiamkannya selama 30 menit.
5)      Mengukur masing-masing pH.
 
IV.        HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
1.      Hasil Pengamatan
A.       Jumantono
Deskripsi Lokasi
Lokasi                          : Sukosari, Jumantono, Karanganyar
Hari / Tanggal              : Sabtu 12 November 2011
Waktu                          : Pukul 15.00 – 17.00 WIB         
Profil                           : I/ Satu
Surveyor                      : Kelompok  36
Cuaca                          : Cerah ( SU )
Letak geografis           : 07° 37’ 49,7” LS dan 110° 56’ 54,2” BT
Datum                         : WGS 1984
Ketinggian                   : 188 m dpl
Denah                          :
kampus
Kantor Bupati
Monumen
Pancasila
Jumantono
Stasiun Klimatologi
Rumah Kaca
sumur
lokasi
U

                               








Gambar 4.1.1 Denah Lokasi Daerah Jumantono


21
 
Gambar 4.1.2 Profil 1 di Daerah Jumantono













1.    Pencanderaan Bentang Lahan
Tabel 4.1.1 Deskripsi Lingkungan Jumantono
No.
Deskripsi
Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Lereng
Arah
Panjang lereng
Fisiografi lahan
Genangan
Tutupan lahan
Geologi
Erosi
Tingkat erosi
Batuan permukaan
Vegetasi

9 %, sangat miring
Timur Laut
1,25 m
Vulkanik (V)
Tidak ada (0)
Rumput atau Grass/herbaceous ( G )
QLLA, Quarter Lahar Lawu
Erosi permukaan atau Sheet erosion (S)
Rendah ( R )
< 0,1 %, tidak berbatu (kelas 1)
Kacang tanah (40%), pohon jati (12%), pohon mangga (8%), pohon rambutan (10%), rumput (30%)
 Sumber : Laporan Sementara














2.    Penyidikan Profil Tanah.
Tabel 4.1.2 Deskripsi profil tanah Jumantono.
No.
Deskripsi
Keterangan
1.

2.




3.





4.





5.




6.




Metode observasi

Jeluk / solum tanah :
a.     Horizon A1
b.     Horizon A2
c.     Horizon B
d.     Horizon C
Ketegasan batas lapisan/ horison
a.     Horizon A1   
b.     Horizon A2
c.     Horizon  B
d.     Horizon C
Topografi batas lapisan/ horizon:
a.     Horizon A1
b.     Horizon A2
c.     Horizon B
d.     Horizon C
Perakaran Ukuran :
a.     Horizon A1
b.     Horizon A2
c.     Horizon B
d.  Horizon C
Perakaran Jumlah :
a.     Horizon A1
b.     Horizon A2
c.     Horizon B
d.     Horizon C
Lubang besar terbuka atau galian / Large open pit or quarry (LC)

0cm  – 18 cm
18cm – 32cm
32cm – 84cm
84cm – 125cm


Jelas atau Clear ( C ) 
Jelas atau Clear ( C ) 
Jelas atau Clear ( C ) 
Jelas atau Clear ( C ) 


Rata atau Smooth ( S )
Rata atau Smooth ( S )
Berombak atau Wavy ( W )
Berombak atau Wavy ( W )

Kasar atau Coarse ( C )
Sedang atau Medium ( M )
Halus atau Fine ( F )
Sangat halus atau Very fine ( VF )

Banyak atau Many ( 3 )
Banyak atau Many ( 3 )
Biasa atau Common ( 2 )
Sedikit atau Few ( 1 )
                Sumber : Laporan Sementara



3.    Sifat Fisika Tanah
Tabel 4.1.3 Pengamatan sifat fisika tanah Jumantono.
No.
Deskripsi
Keterangan
1.




2.















3.


  

4.







Tekstur tanah:
a.       Horizon A1              
b.      Horizon A2
c.       Horizon B
d.      Horizon C
Struktur tanah
Tipe :
a.       Horizon A1              
b.      Horizon A2
c.       Horizon B
d.      Horizon C
Ukuran :
a.       Horizon A1              
b.      Horizon A2
c.       Horizon B
d.      Horizon C
Derajat :
a.       Horizon A1              
b.      Horizon A2
c.       Horizon B
d.      Horizon C
Konsistensi :
a.       Horizon A1
b.      Horizon A2
c.       Horizon B
d.      Horizon C
Warna :
a.       Horizon A1              
b.      Horizon A2
c.       Horizon B
d.      Horizon C
Aerasi – drainase (Redoks) :
a.       Horizon A1              
b.      Horizon A2
c.       Horizon B
d.      Horizon C
Penetrasi (kg/cm2) :
Vertikal :
Horisontal :
a.        Horizon A1              
b.       Horizon A2
c.        Horizon B
d.       Horizon C

Lempung atau Clay (C)
Lempung debuan atau Silty clay (SiC)
Lempung debuan atau Silty clay (SiC)
Lempung atau Clay (C)


Gumpal membulat atau SubAngular Blocky (SBK )
Gumpal membulat atau SubAngular Blocky (SBK )
Gumpal menyudut atau Angular Blocky (ABK )
Gumpal menyudut atau Angular Blocky (ABK )

Halus atau Fine ( F )
Kasar atau Coarse ( C )
Sedang atau Medium ( M )
Kasar atau Coarse ( C )

Kuat atau Strong ( 3 )
Sedang atau Medium ( 2 )
Sedang atau Medium ( 2 )
Kuat atau Strong ( 3 )

Lembab, sangat gembur
Lembab, gembur
Kering, keras
Kering, sangat keras

Red 2,5YR 4/6
Dark Redish Brown 5 YR 3/4
Dark Red 2,5 YR 3/6
Yellowish Red 5 YR 4/6

Baik ( O2 )
Baik ( O2 )
Baik ( O2 )
Baik ( O2 )
6 kg/cm2


 5,5 kg/cm2
 6 kg/cm2
 7,5 kg/cm2
 9 kg/cm2
 Sumber : Laporan Sementara




4.    Sifat Kimia Tanah.
Tabel 4.1.4 Pengamatan sifat kimia tanah Jumantono.
No.
Deskripsi
Keterangan
1.











2.




3.




4.














Keasaman tanah
pH tanah
pH H2O :
a.        Horizon A                
b.       Horizon A2
c.        Horizon B
d.       Horizon C
pH KCl :
a.       Horizon A1              
b.      Horizon A2
c.       Horizon B
d.      Horizon C
Bahan organik
a.       Horizon A1              
b.      Horizon A2
c.       Horizon B
d.      Horizon C
Kadar kapur (CaCO3)
a.       Horizon A                
b.      Horizon A2
c.       Horizon B
d.      Horizon C
Konsentrasi I
Ø  Letak
Ø  Jenis
Ø  Ukuran
Ø  Macam
Konsentrasi II
Ø  Letak
Ø  Jenis
Ø  Ukuran
Ø  Macam
Konsentrasi III
Ø  Letak
Ø  Jenis
Ø  Ukuran
Ø  Macam
Konsentrasi IV
Ø  Letak
Ø  Jenis
Ø  Ukuran
Ø  Macam



4,5 (Masam sangat kuat)
5    (Masam sangat kuat)
5    (Masam sangat kuat)
5    (Masam sangat kuat)

6  (Agak masam)
6  (Agak masam)
6   (Agak masam)
6   (Agak masam)

Sangat banyak ( ++++ )
Banyak ( +++ )
Sedikit ( ++ )
Sangat sedikit ( + )

Tidak ada ( 0 )
Tidak ada ( 0 )
Tidak ada ( 0 )
Tidak ada ( 0 )

Horizon A1
-
-
-

Horizon A2
-
-
-

Horizon B
Nodul
Sangat kasar atau Very coarse (VC)
Bermangan (Mn)

Horizon C
Nodul
-
Bermangan (Mn)
 Sumber : Laporan Sementara




5.    Analisis Lengas Tanah
Tabel 4.1.5 Lengas Tanah Kering Angin Tanah Alfisol
Sampel
A
B
C
KL (%)
A1:0,5mm
51,761 gr
65,471 gr
63,985 gr
12,1
A2:0,5mm
45,797 gr
61,576 gr
59,576 gr
11,6
B1:2mm
52,899 gr
68,040 gr
64,795 gr
27,3
B2:2mm
52,545 gr
66,864 gr
65,071 gr
14,3
C1:bongkah
55,081 gr
64,336 gr
62,846 gr
19,6
C2:bongkah
54,995 gr
65,592 gr
63,877 gr
19,3
                         Sumber : Laporan Sementara
KL  = (65,471-63,985) x 100%
           (63,985-51,761)
                                    = 12,1 %
KL  = (61,576-59,576) x 100%
           (59,576-45,797)
                                    = 11,6 %
KL  = (68,040-64,795) x 100%
           (64,795-52,899)
                                    = 27,3 %
KL  = (66,864-65,071) x 100%
           (65,071-52,545)
                                    = 14,3 %
KL  = (64,336-62,846) x 100%
           (62,846-55,081)
                                    = 19,6 %
KL  = (65,592-63,877) x 100%
           (63,877-54,995)
                                    = 19,3 %


Tabel 4.1.6 Kapasitas Lapangan Tanah Alfisol
SAMPEL
A
B
C
A
55,770 gram
78,933 gram
71,230 gram
B
56,743 gram
84,731 gram
76,660 gram
                   Sumber : Laporan Sementara

KL  = (78,933-71,230) x 100%
           (71,230-55,770)
                                    = 49,8 %
KL  = (84,731-76,660) x 100%
           (76,660-56,743)
                                    = 40,5 %
Tabel 4.1.7 Perhitungan Kadar Lengas Maksimum Tanah Alfisol
a (gram)
b (gram)
c (gram)
d (gram)
52,744
115,394
79,759
47,981
                            Sumber : Laporan Sementara


KL maks   = (115,394-52,744) – (79,759-47,981)
                         (79,759-47,981)
                                                = 97,1 %






Tabel 4.1.8 Batas Berubah Warna Tanah Alfisol
SAMPEL
a (gram)
b (gram)
c (gram)
A
53,196
58,081
56,239
B
53,397
59,011
56,355
     Sumber : Laporan Sementara

KL  = (58,081-56,239) x 100%
           (56,239-53,196)
                                    = 60,5 %
KL  = (59,011-56,355) x 100%
           (56,355-53,397)
                                    = 89,7 %
BBW 60,5% dan 89,7% jadi harkatnya amat sangat tinggi
6.     Analisis pH Tanah
Tabel 4.1.9 pH Tanah Alfisol
Ctka
pH H2O
pH KCl
0,5 mm
7,37 (basa)
5,79 (asam)
                            Sumber : Laporan Sementara
Tanah yang diteliti adalah tanah Jumantono
Keterangan :  pH KCl          = pH potensial
pH  H2O      = pH aktual








B.       Fakultas Pertanian UNS
Deskripsi Lokasi
Lokasi                      : Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Hari / Tanggal          : Minggu , 13 November 2011
Waktu                      : Pukul 13.00 – 15.00 WIB            
Profil                        : I / Satu
Surveyor                   : Kelompok 36
Cuaca                       : Cerah atau Sunny  ( SU )
Letak geografis        : 07° 336,06” LS dan 110° 51’ 50,2” BT
Datum                      : WGS 1984
Ketinggian               :  114 m dpl
Denah                       :
Lab. Pusat
F. Kedokteran
Auditorium
agrobudoyo
Lokasi
 









 Gambar 4.2.1 Denah Lokasi Praktikum Fakultas Pertanian UNS






            
    Gambar 4.2.2 Profil III di Fakultas Pertanian UNS
1.       Pencandraan Bentang Lahan
Tabel 4.2.1 Deskripsi Lingkungan Fakultas Pertanian UNS
No.
Deskripsi
Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Lereng
Arah
Panjang lereng
Fisiografi lahan
Genangan
Tutupan lahan
Geologi
Erosi
Tingkat erosi
Batuan permukaan
Vegetasi

18% , agak curam
Utara
27 m
Hasil aliran atau Alluvial (A)
Tidak ada
Rumput  atau Grass ( G )
QaL atau Quarter alluvium
Erosi permukaan atau Sheet erosion (S)
Rendah (R)
< 0,1%, jarak batuan tidak begitu jauh
Pohon sawo (20%), rumput (30%), semak (30%), jati (20%)
                               Sumber : Laporan Sementara


2.        Penyidikan Profil Tanah
Tabel 4.2.2 Deskripsi profil tanah Fakultas Pertanian UNS
No.
Deskripsi
Keterangan
1.

2.



3.




4.




5.




Metode observasi

Jeluk / solum tanah
a.    Lap 1
b.    Lap 2
c.    Lap 3
Ketegasan batas lapisan/ horison
a.    Lap 1
b.    Lap 2
c.    Lap 3            
Topografi batas lapisan/ horizon
a.    Lap 1
b.    Lap 2
c.    Lap 3
Perakaran
Ukuran :
a.    Lap 1
b.    Lap 2
c.    Lap 3            
Jumlah :
a.    Lap 1
b.    Lap 2
c.    Lap 3
Irisan Lereng atau Beveled cut ( BC )

0 - 6 cm
6 cm - 19cm
19 cm – 27cm


Baur atau Diffuse ( D )
Jelas atau Clear ( C )
Berangsur atau Gradual ( G )


Rata atau Smooth ( S )
Berombak atau Wavy ( W )
Berombak atau Wavy ( W )


Halus atau Fine ( F )
Sedang atau Medium ( M )
Kasar atau Coarse (C )

Banyak atau Many ( 3 )
Biasa atau Common  ( 2 )
Sedikit atau Few ( 1 )
       Sumber : Laporan Sementara



3.        Sifat Fisika Tanah
Tabel 4.2.3 Pengamatan sifat fisika tanah Fakultas Pertanian UNS
No.
Deskripsi
Keterangan
1.




2.












3.



4.



5.



Tekstur tanah
a.      Lap 1

b.     Lap 2
c.      Lap 3
Struktur tanah
Tipe :
a.      Lap 1
b.     Lap 2
c.      Lap 3
Ukuran :
a.      Lap 1
b.     Lap 2
c.      Lap 3
Derajat
a.      Lap 1
b.     Lap 2
c.      Lap 3
Konsistensi
a.      Lap 1
b.     Lap 2
c.      Lap 3
Warna
a.      Lap 1
b.     Lap 2
c.      Lap 3
Aerasi – drainase (Redoks)
a.      Lap 1
b.     Lap 2
c.      Lap 3

Geluh lempung pasiran atau Sandy clay loam (SCL)
Lempung pasiran atau Sandy clay (SC)
Lempung pasiran atau Sandy clay (SC)


Gumpal menyudut atau Angular blocky
Gumpal menyudut atau Angular blocky
Gumpal membulat atau SubAngular blocky

Sangat halus atau Very fine ( VF )
Sangat halus atau Very fine ( VF )
Halus atau Fine ( F )

Sedang atau Medium ( 2 )
Kuat atau Strong ( 3 )
Kuat atau Strong ( 3 )

Kering lunak
Kering
Kering

Yellowish brown 10YR 5/4
Brown 10YR 4/3
Dark yellowish brown 10YR 3/4

Baik ( O2  )
Baik ( O2  )
Baik ( O2  )
       Sumber : Laporan Sementara






4.        Sifat Kimia Tanah.
Tabel 4.2.4   Pengamatan sifat kimia tanah Fakultas Pertanian UNS
No.
Deskripsi
Keterangan
1.








2.



3.


Kemasaman
pH H2O
a.    Lap 1
b.    Lap 2
c.    Lap 3
pH KCl
a.    Lap 1
b.    Lap 2
c.    Lap 3
Bahan organik
a.    Lap 1
b.    Lap 2
c.    Lap 3
Kadar kapur (CaCO3)
a.    Lap 1
b.    Lap 2
c.    Lap 3


5 ( Masam )
5 ( Masam )
5 ( Masam )

6 ( Agak masam )
5 ( Masam sangat kuat )
5 ( Masam sangat kuat )

Sangat banyak ( +++ )
Sedikit ( ++ )
Sangat sedikit ( + )

Tidak ada ( 0 )
Tidak ada ( 0 )
Tidak ada ( 0 )
  Sumber : Laporan Sementara










5.      Analisis Lengas Tanah
 Tabel 4.2.5 Lengas Tanah Kering Angin Tanah Entisol
Sampel
A
B
C
KL (%)
A1:0,5mm
54,937 gr
67,827 gr
65,771 gr
18,97
A2:0,5mm
55,402 gr
71,372 gr
68,829 gr
18,93
B1:2mm
57,912 gr
74,156 gr
72,238 gr
13,38
B2:2mm
54,57 gr
70,696 gr
68,925 gr
12,34
C1:bongkah
56,040 gr
67,425 gr
66,691 gr
6,891
C2:bongkah
56,040 gr
70,539 gr
69,678 gr
6,802
                               Sumber : Laporan Sementara

KL            = (67,827-65,771) x 100%
                       (65,771-54,937)
                                                = 18,97 %
KL            = (71,372-68,829) x 100%
                       (68,829-55,402)
                                                = 18,93 %
KL            = (74,156-72,238) x 100%
                       (72,238-57,912)
                                                = 13,38 %
KL            = (70,696-68,925) x 100%
                       (68,925-54,57)
                                                = 12,34 %
KL            = (67,425-66,691) x 100%
                       (66,691-56,040)
                                                = 6,891 %
KL            = (70,539-69,678) x 100%
                       (69,678-57,021)
                                                = 6,802 %

Tabel 4.2.6 Kapasitas Lapangan Tanah Entisol
SAMPEL
A
B
C
A
54,603 gram
65,239 gram
62,150 gram
B
55,006 gram
66,006 gram
62,841 gram
                      Sumber : Laporan Sementara

 KL           = (65,239-62,150) x 100%
                       (62,150-54,603)
                                                = 40,93 %
KL            = (66,006-62,841) x 100%
                       (62,841-55,006)
                                                = 40,39 %
Tabel 4.2.7  Perhitungan Kadar Lengas Maksimum Tanah Entisol
a (gram)
b (gram)
c (gram)
d (gram)
56,332
115,991
90,308
55,961
                               Sumber : Laporan Sementara

KL maks   = (115,991-56,332) – (90,308-55,961)
                         (90,308-55,961)
                                                = 73,73 %








Tabel 4.2.8 Batas Berubah Warna Tanah Entisol
Ctka
a (gram)
b (gram)
c (gram)
0,5 mm
55,897
59,025
58,618
                              Sumber : Laporan Sementara
KL            = (59,025-58,618) x 100%
                       (58,618-55,897)
                                                = 14,65 %
BBW 14,65% jadi harkatnya amat sangat rendah
6.      Analisis pH Tanah
Tabel 4.2.9 pH Tanah Entisol
Ctka
pH H2O
pH KCl
0,5 mm
6,55 (agak masam)
5,67 (masam)
                              Sumber : Laporan Sementara
Tanah yang diteliti adalah tanah Jumantono
Keterangan :         pH KCl           = pH potensial
pH H2O           = pH actual













C.       Jatikuwung
Deskripsi Lokasi
Lokasi                  : Jatikuwung, Gondangrejo
Hari / Tanggal      : Minggu, 13 November 2011
Waktu                  : Pukul 07.00 – 09.00 WIB    
Pedon                   : I / Satu
Surveyor               : Kelompok 36
Cuaca                   : Cerah Sunny ( SU )
Letak geografis    : 070 31’ 05,1” LS dan 1100 50’ 43,1” BT
Datum                  : WGS 1984
Ketinggian           :  173 m dpl
Denah                   :
Jatikuwung
Kampus
RS. Dr. Oen
Lokasi
U
 











Gambar 4.3.1 Denah Lokasi Praktikum Jatikuwung

Gambar 4.3.2 Pedon I daerah Jatikuwung
1.    Pencandraan Bentang Lahan
Tabel 4.3.1 Deskripsi Lingkungan Jatikuwung
No.
Deskripsi
Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Lereng
Arah
Panjang lereng
Fisiografi lahan
Genangan
Tutupan lahan
Geologi
Erosi
Tingkat erosi
Batuan permukaan
Vegetasi
20 %, agak curam
Selatan, 1800 dari arah Utara
44,40 m
Up lift (U)
Tidak ada
Rumput atau Grass (g)
QVM, Quarter Vulkanik Merapi
Erosi alur atau Riil erosion ( R )
Rendah (R)
< 0,1 %
Rumput (30%), pohon jati (30%), pohon mangga (10%), semak (30% )
Sumber: Laporan Sementara

2.    Penyidikan Profil Tanah.
Tabel 4.3.2 Deskripsi pedon tanah Jatikuwung
No.
Deskripsi
Keterangan
1.

2.




3.





4.





5.







Metode observasi

Jeluk / solum tanah
a.     Horizon A
b.     Horizon B
c.     Horizon C1/B
d.     Horizon C2
Ketegasan batas lapisan/ horison
a.      Horizon A
b.      Horizon B
c.      Horizon C1/B
d.      Horizon C2
Topografi batas lapisan/ horison
a.     Horizon A
b.     Horizon B
c.     Horizon C1/B
d.     Horizon C2
Perakaran
Ukuran :
a.     Horizon A
b.     Horizon B
c.     Horizon C1/B
d.     Horizon C2
Jumlah :
a.     Horizon A
b.     Horizon B
c.     Horizon C1/B
d.     Horizon C2
Lubang besar terbuka arau galian Large open pit or quarry ( LP )

0 – 7 cm
7 cm – 16 cm
16 cm – 57 cm
57 cm – 100 cm


Baur atau Diffuse (D)
Jelas atau Clear ( C )
Baur atau Diffuse (D)
Baur atau Diffuse (D)


Berombak atau Wavy ( W )
Berombak atau Wavy ( W )
Berombak atau Wavy ( W )
Berombak atau Wavy ( W )


Halus atau Fine ( F )
Sedang atau Medium ( M )
Sedang atau Medium ( M )
Kasar atau Coarse ( C )

Banyak atau Many ( 3 )
Biasa atau Common ( 2 )
Sedikit atau Few ( 1 )
Sedikit atau Few ( 1 )
Sumber: Laporan Sementara


3.    Sifat Fisika Tanah
Tabel 4.3.3 Pengamatan sifat fisika tanah Jatikuwung
No.
Deskripsi
Keterangan
1.




2.















3.




4.




5.




6.




Tekstur tanah
a.       Horizon A
b.      Horizon B
c.       Horizon C1/B
d.      Horizon C2
Struktur tanah
Tipe :
a.       Horizon A
b.      Horizon B
c.       Horizon C1/B
d.      Horizon C2 
Ukuran :
a.       Horizon A
b.      Horizon B
c.       Horizon C1/B
d.      Horizon C2 
Derajat :
a.       Horizon A
b.      Horizon B
c.       Horizon C1/B
d.      Horizon C2 
Konsistensi
a.       Horizon A
b.      Horizon B
c.       Horizon C1/B
d.      Horizon C2
Warna
a.       Horizon A
b.      Horizon B
c.       Horizon C1/B
d.      Horizon C2 
Aerasi – drainase (Redoks)
a.       Horizon A
b.      Horizon B
c.       Horizon C1/B
d.      Horizon B
Penetrasi (kg/cm2)
Vertikal :
Horisontal :
a.       Horizon O
b.      Horizon A
c.       Horizon C1/B
d.      Horizon C2

Lempung atau Clay ( C )
Lempung atau Clay ( C )
Geluh lempungan atau Clay loam ( CL )
Geluh lempungan atau Clay loam ( CL )


Gumpal membulat atau Sub Angular Blocky (SBK)
Gumpal membulat atau Sub Angular Blocky (SBK)
Gumpal membulat atau Sub Angular Blocky (SBK)
Gumpal membulat atau Sub Angular Blocky (SBK)

Sangat halus atau Very fine (VF)
Sangat halus atau Very fine (VF)
Sangat halus atau Very fine (VF)
Sangat halus atau Very fine (VF)

Sedang  atau Medium  ( 2 )
Sedang  atau Medium  ( 2 )
Kuat  atau Strong ( 3 )
Kuat atau Strong ( 3 )

Kering, lunak
Kering, lunak
Kering, lunak
Kering, lunak

2,5 YR 3/2 Dark grayish brown
10 YR 3/2  Very dark grayish brown
5 YR 5/2 Olive gray
5 YR 6/3 Pale olive

R2 atau Buruk
R2 atau Buruk
R2 atau Buruk
R2 atau Buruk

3,5  kg/cm2

3,5 kg/cm2
4 kg/cm2
4,5 kg/cm2
4,5 kg/cm2
               Sumber: Laporan Sementara




4.    Sifat Kimia Tanah.
Tabel 4.3.4 Pengamatan sifat kimia tanah Jatikuwung
No.
Deskripsi
Keterangan
1.










2.




3.




4.



















Kemasaman
pH H2O :
a.       Horizon O
b.      Horizon A
c.       Horizon C/B1
d.      Horizon C/B2
pH KCl :
a.       Horizon O
b.      Horizon A
c.       Horizon C/B1
d.      Horizon C/B2
Bahan organik
a.       Horizon A
b.      Horizon B
c.       Horizon C1/B
d.      Horizon C2
Kadar kapur (CaCO3)
a.       Horizon A
b.      Horizon B
c.       Horizon C1/B
d.      Horizon C2
Konsentrasi I
Ø  Letak
Ø  Jenis
Ø  Ukuran
Ø  Macam
Konsentrasi II
Ø  Letak
Ø  Jenis
Ø  Ukuran
Ø  Macam
Konsentrasi III
Ø  Letak
Ø  Jenis
Ø  Ukuran
Ø  Macam
Konsentrasi IV
Ø  Letak
Ø  Jenis
Ø  Ukuran
Ø  Macam


6 ( Agak Masam )
6 ( Agak Masam )
6 ( Agak Masam )
5 ( Masam Sangat Kuat )

6 ( Agak Masam )
6 ( Agak Masam )
5 ( Masam Sangat Kuat )
5 ( Masam Sangat Kuat )

Banyak ( +++ )
Sedikit ( ++ )
Sangat sedikit ( + )
Sangat sedikit ( + )

Tidak ada ( 0 )
Tidak ada ( 0 )
Tidak ada ( 0 )
Tidak ada ( 0 )
Horizon A
-
-
-
-
Horizon B
-
-
-
-
Horizon C1/B
-
-
-
-
Horizon C2
-
-
-
-
Sumber: Laporan Sementara



5.    Analisis Lengas Tanah
            Tabel 4.3.5 Lengas Tanah Kering Angin Tanah Vertisol
Sampel
A
B
C
KL (%)
A1:0,5mm
52,937 gr
67,234 gr
66,020 gr
9,28
A2:0,5mm
52,656 gr
64,617 gr
63,563 gr
9,66
B1:2mm
33,688 gr
39,316 gr
38,693 gr
12,45
B2:2mm
51,77 gr
57,377 gr
56,784 gr
11,83
C1:bongkah
55,570 gr
72,387 gr
71,515 gr
5,47
C2:bongkah
55,085 gr
68,285 gr
68,138 gr
1,13
                        Sumber : Laporan Sementara
KL            = (67,234-66,020) x 100%
                       (66,020-52,937)
                                                = 9,28 %
KL            = (64,617-63,563) x 100%
                       (63,563-52,656)
                                                = 9,66 %
KL            = (39,316-38,693) x 100%
                       (38,693-33,688)
                                                = 12,45 %
KL            = (57,377-56,784) x 100%
                       (56,784-51,77)
                                                = 11,83 %
KL            = (72,387-71,515) x 100%
                       (71,515-55,570)
                                                = 5,47 %
KL            = (68,285-68,138) x 100%
                       (68,138-55,085)
                                                = 1,13 %

Tabel 4.3.6 Kapasitas Lapangan Tanah Vertisol
SAMPEL
A
B
C
A
54,274 gram
65,820 gram
62,406 gram
B
53,897 gram
64,091 gram
60,706 gram
                 Sumber : Laporan Sementara

KL  = (65,820-62,406) x 100%
     (62,406-54,274)
= 44,44%
KL  = (64,091-60,706) x 100%
     (60,706-53,897)
= 49,71 %

Tabel 4.3.7 Perhitungan Kadar Lengas Maksimum Tanah Vertisol
a (gram)
b (gram)
c (gram)
d (gram)
48,471
114,731
89,406
48,388
                        Sumber : Laporan Sementara


KL maks          = (114,731-48,471) – (89,406-48,388)
                         (89,406-48,388)
                                                = 61,54 %







Tabel 4.3.8 Batas Berubah Warna Tanah Vertisol
SAMPEL
a (gram)
b (gram)
c (gram)
A
56,395
58,687
57,696
B
56,542
58,579
57,820
            Sumber : Laporan Sementara
KL  = (58,687-57,696) x 100%
     (57,696-56,395)
= 76,17 %
KL  = (58,579-57,820) x 100%
   (57,820-56,542)
= 59,39 %

BBW % dan 59,39% jadi harkatnya amat sangat tinggi
6.    Analisis pH Tanah
            Tabel 4.3.9 pH Tanah Vertisol
Ctka
pH H2O
pH KCl
0,5 mm
7,192 (basa)
6,4 (asam)
            Sumber : Laporan Sementara
Tanah yang diteliti adalah tanah Jumantono
Keterangan :  pH KCl  = pH potensial
pH  H2O = pH actual












2.      Pembahasan
A.    Lokasi Jumantono
a.       Pencandraan Bentang Lahan
Cuaca pada saat praktikum di Jumantono cerah. Fisiografi lahan di daerah ini adalah Vulkanik yang dikarenakan hasil aktifitas/ endapan materi gunung berapi. Vegetasi yang menutupi lahan meliputi Rumput (30 %), Jati (12%), Mangga (8%), Rambutan (10%), Kacang tanah (40%).
Profil yang di amati adalah pedon 1 dengan posisi 7o  37’ 49,7 “ LS dan 110o  56’ 54,2” BT, serta ketinggian tempat 188 m dpl dengan menghadap ke arah timur laut. Penentuan posisi dan ketinggian tempat dengan menggunakan GPS.
Tanah ini  merupakan jenis tanah Alfisol yang memiliki kemiringan 9 % sehingga termasuk kategori sangat miring. Dengan tingkat kemiringan 9 % maka daerah ini memiliki resiko erosi yang rendah, dan jika terjadi erosi maka hanya terjadi di permukaan tanahnya. Hal ini disebabkan daerah ini merupakan daerah bebas genangan air yang selama ini tidak pernah di landa banjir.
b.      Deskripsi Profil
Dalam pengamatan, di dapat jeluk sedalam 125 cm, yang di ukur menggunakan meteran dari kertas. Dari pedon yang dibuat pada tanah didapatkan 4 Lapisan, yatu lapisan A1, A2, B dan C. Lapisan dapat dibedakan dengan cara melihat perbedaan warna pada tiap lapisan tanah. Selain itu dapat juga dilakukan dengan menusuk-nusuk lapisan tanah menggunakan belati, jika kekerasan pada lapisan tanah sudah berbeda berarti lapisan tanah juga sudah berbeda.
c.       Sifat Fisika
Penentuan kelas tekstur dapat di lakukan secara kualitatif (di lapangan) dan secara kuantitatif (di laboratorium). Penentuan tekstur secara kualitatif dapat dilakukan dengan cara membasahi tanah lalu dipijit-pijit, jika terasa kasar dan tajam tanah tersebut bertekstur pasir, jika terasa licin tanah tersebut bertekstur debu, dan jika terasa liat dan lengket tanah tersebur bertekstur lempung. Dari pengamatan didapatkan pada lap A1 bertekstur lempung, pada lap A2 bertekstur lempung debuan, pada lap B bertekstur lempung debuan, pada lap C bertekstur lempung. Tekstur tanah menentukan tata air tanah berupa kecepatan ifiltrasi, penetrasi, dan kemampuan mengikat air. Tanah terbaik untuk pertanian adalah tekstur sedang  (tekstur geluh).
Struktur tanah merupakan susunan ikatan partikel tanah satu sama lain. Faktor- faktor yang mempengaruhi struktur tanah antara lain : pembasahan & pengeringan, pembekuan & pencairan, aktivitas perakatan tanaman, kation terjerap, pengolahan tanah, dan bahan organik. Pengamatan struktur tanah di lapang meliputi : tipe struktur, kelas struktur, dan derajat struktur. Dari pengamatan didapatkan pada lap A1 dengan tipe gumpal membulat, ukurannya halus, dan derajad kekerasannya kuat. Pada lap A2 dengan gumpal membulat, ukurannya kasar, dan derajad kekerasannya sedang. Pada lapisan B dengan gumpal menyudut, ukurannya sedang, dan derajad kekerasannya sedang, pada lap C dengan struktur gumpal menyudut, ukuran struktur tanahnya kasar dan derajad kekerasannya kuat.
Konsistensi adalah derajat kohesi dan adesi partikel tanah dan resistensi terhadap perubahan bentuk. Penentuan konsistensi tanah dapat dililakukan pada keadaan tanah basah, tanah lembap, dan tanah kering. Tekanan yang dilakukan dengan cara memeras, memijit, dan atau memirit tanah dalam keadaan yang sebenarnya di lapangan. Dari pengamatan dapat diketahui lahan dalam kondisi lembab dan pada lap A1 memiliki konsistensi sangat gembur, lap A2 memiliki konsistensi gembur, lapisan B memiliki konsistensi teguh, dan lap C berkonsistensi sangat teguh.
Warna tanah merupakan salah satu sifat tanah yang mudah di lihat dan dapat menunjukkan sifat-sifat tanahnya. Warna tanah bersifat tidak murni karena merupakan warna gabungan dari komponen penyusun tanah. Faktor yang mempengaruhi warna tanah antara lain : kadar lengas & tingkat pengatusan, kadar bahan organik, dan kadar dan mutu mineral. Warna tanah secara langsung dapat dipakai untuk menksir tingkat pelapukan, menilai kandungan bahan organic, menilai keadaan drainase, melihat adanya horison pencucian dan horison pengendapan, dan menaksir banyaknya kandungan mineral. Penetapan warna tanah dengan Munsell Soil Color Charts (MSCC), di mana terdapat tiga satuan yaitu hue ( menunjukkan warna utama tanah ), value ( menunjukkan derajat terangnya warna ), dan chroma ( menunjukkan warna atau perubahan kemurnian warna dari kelabu netral atau putih ). Setelah dilakukan pengamatan didapatkan hasil yaitu pada lap A1 2,5 YR 4/6, pada lapisan A2  5 YR 3/4, pada lap B 2,5 YR 3/6, pada lap C 5 YR 4/6.
d.      Sifat Kimia
pH tanah merupakan indikator reaksi yang terjadi di dalam tanah. Nilai pH merupakan pembacaan logaritma ion H+ atau OH- yang ditangkap oleh alat pengukur dari hasil pelepasan fraksi-fraksi tanah ketika diberikan larutan tertentu. Kegunaan mengetahui pH tanah adalah mengetahui tanaman apa saja yang cocok ditanam pada daerah tersebut.
Uji keasaman tanah digunakan 2 chemikalia yaitu H2O untuk mengukur pH aktual/kemasaman aktif (jumlah ion H+ dalam larutan tanah) dan KCl untuk mengukur pH potensial/pH cadangan (jumlah ion H+ dalam larutan tanah dan berada di komplek pertukaran), dengan perbandingan tanah dan chemikalia 1 : 2,5. Semakin tinggi konsentrasi H+ maka semakin tinggi kemasaman reaksi tanah sehingga pHnya makin menurun. Dalam hal ini digunakan metode kaorimerti yaitu menggunakan kertas pH atau pH stick yang di celupkan pada larutan tanah. Terlebih dahulu contoh tanah dicampurkan dengan larutan H2O dengan perbandingan tanah dengan air sekitar 1:2,5. Kemudian digojog hingga homogen dan didiamkan beberapa saat (sekitar 10 sampai 30 menit). pH stick dimasukkan ke dalam larutan tetapi jangan sampai terkena endapan dari tanah (hanya dibasahi dengan airnya). Hal yang sama juga dilakukan pada larutan KCl 1 N. Dari hasil pengamatan pH  H2O pada horison A1 pH antara 4-5, horison A2, B dan C dengan pH 5, pada lapisan A1, A2, B, C pH KCl 6.
Bahan organik merupakan salah satu komponen pokok dalam tanah karena bahan organik merupakan sumber sekaligus sebagai peyangga dari kesuburan tanah. Penentuan jumlah bahan organik secara kualitatif yaitu dengan mengamati banyaknya buih yang timbul setelah sampel tanah ditetesi H2O2 10 %, Bahan organik yang terdapat pada horison A1 sangat banyak, pada horison A2 banyak, pada horison B sedikit dan pada horison C sangat sedikit. Pada keempat horison tidak terdapat kapur karena tidak berbuih saat dilakukan percobaan. Aerasi dan drainase yang terdapat pada keempat horison baik.
e.       Analisis Lengas Tanah
Tanah alfisol pada umumnya berkembang dari batu kapur, olivin, tufa dan lahar. Bentuk wilayah beragam dari bergelombang hingga tertoreh, tekstur berkisar antara sedang dan halus, drainasenya baik. Reaksi tanah berkisar antara agak masam hingga netral, kapasitas tukar kation dan basanya beragam dari rendah hingga tinggi, bahan organik pada umumnya sedang hingga rendah. Jeluk tanah dangkal hingga dalam, Mempunyai sifat kimia dan fisika relatif baik. Alfisol cukup tahan dengan erosi. Alfisol adalah tanah relatif muda, masih banyak mengandung mineral primer yang mudah lapuk, mineral liat kristalin dan kaya akan unsur hara. Namun demikian, bahaya erosi dapat terjadi mengingat angka kadar lengas tanah ini kecil dan tanah ini banyak didaerah yang berlereng. Bahaya erosi juga dapat menyebabkan horison argilik muncul di permukaan dan tanah menjadi kurang baik. Air perlokasi juga tidak begitu banyak akibat pengendapan argillan. Hal ini menghambat air meresap lebih jauh ke dalam tanah.
Dari percobaan lengas tanah kering angin didapat kadar lengas rata-rata sebesar 11,85% pada sampel tanah ukuran 0,5mm, pada sampel tanah ukuran 2mm didapat rata-rata lengas tanah kering angin sebesar 20,8% dan pada sampel bongkah sebesar 19,45%, hal ini menunjukan bahwa kadar lengas yang terkandung pada tanah alfisol kering angin sedikit. Pada kapasitas lapangan kadar lengas yang terkandung 49,8% dan 40,5% pada sampel tanah ukuran 2mm, ini menunjukan kadar lengas yang terkandung banyak, sedangkan pada lengas maksimum terkandung kadar lengas sebesar 97,1% dan pada batas berubah  warna kurang lebih 60,5% dan 89,7%.
f.       Analisis pH Tanah
pH tanah menunjukan intensitas keasaman suatu sistem tanah, sedangkan kapasitas keasaman menunjukkan takaran ion H+ terdisosiasi, ditambah H+ tidak terdisosiasi di dalam sisterm tanah.
Dalam pengamatan ini mengunakan dua larutan, yaitu larutan air bebas ion atau aquades (H2O) dan larutan KCl 1 N. Dalam hal ini menggunakan menggunakan indikator pH meter yang dicelupkan pada larutan tanah, yang telah dicampur dengan larutan H2O dengan perbandingan tanah dengan air sekitar 1:2,5. hingga homogen dan didiamkan beberapa saat. Setelah itu pH meter dicelupkan, jangan sampai terkena endapannya.
Dalam uji kemasaman menggunakan dua macam pH yaitu pH H2O (pH aktual) dan pH KCl (pH potensial). pH aktual diukur dengan cara mengukur jumlah ion H+ dalam larutan tanah. pH potensial diukur dengan cara mengukur jumlah ion H+ dalam larutan tanah dan kompleks pertukaran ion. Semakin tinggi konsentrasi H+ maka semakin tinggi kemasaman reaksi tanah dan pH nya semakin menurun atau rendah. Pada tanah alfisol kering angin diperoleh pH H2O sebesar 7,37. Dan pH KCl 5,79.
B.     Lokasi Kampus Fakultas Pertanian UNS
a.       Bentang Lahan
Praktikum Ilmu Tanah di laksanakan di tiga tempat, kelompok 36 melakukan praktikum pertama di Fakultas pertanian UNS. Cuaca pada saat praktikum cerah. Vegetasi yang menutupi lahan meliputi rumput (30%), pohon sawo (20%), jati (20%), semak (30%).
Profil yang di amati dengan posisi 7o 336,46“ LS dan 110o 5150,2” BT, serta ketinggian tempat 114 m dpl dengan menghadap ke arah utara. Penentuan posisi dan ketinggian tempat dengan menggunakan GPS.
Tanah di Fakultas Pertanian UNS merupakan jenis tanah Entisol yang memiliki kemiringan 18 % sehingga termasuk kategori sangat miring. Dengan tingkat kemiringan 18 % maka daerah ini memiliki resiko erosi yang rendah, dan jika terjadi erosi maka hanya terjadi di permukaan tanahnya. Hal ini disebabkan daerah ini merupakan daerah bebas genangan air yang selama ini tidak pernah di landa banjir.
b.      Deskripsi Porfil
Tanah Entisol merupakan tanah dangkal di atas batuan keras sehingga dalam pengamatan, di dapat jeluk sedalam 27 cm, yang di ukur menggunakan meteran dari kertas. Dari profil yang dibuat pada tanah didapatkan 3 lapisan. Lapisan 1 dengan kedalaman 0-6 cm, lapisan 2 dengan kedalaman 6-19 cm, lapisan 3 dengan kedalaman 19-27 cm. Lapisan dapat dibedakan dengan cara melihat perbedaan warna pada tiap lapisan tanah. Selain itu dapat juga dilakukan dengan menusuk-nusuk lapisan tanah menggunakan belati, jika kekerasan pada lapisan tanah sudah berbeda berarti horison tanah juga sudah berbeda. Pada tanah ini belum terbentuk horison karena proses pelapukan batuannya belum sempurna . Pada tanah entisol disebut lapisan karena tanah tersebut belum mengalami pelapukan tingkat lanjut sehingga belum terbentuk horison-horison.
Dapat diketahui juga pada profil terdapat perakaran yang memiliki jumlah dan ukuran yang  sama pada tiap lapisannya. Pada lapisan 1 jumlah akarnya banyak dengan ukuran halus, pada lapisan 2 jumlah akarnya sedang dengan ukuran sedang, pada lapisan 3 jumlah akarnya sedikit dengan ukuran kasar.
c.       Sifat Fisika Tanah
Penentuan kelas tekstur dapat di lakukan secara kualitatif (di lapangan) dan secara kuantitatif (di laboratorium). Penentuan tekstur secara kualitatif dapat dilakukan dengan cara membasahi tanah lalu dipijit-pijit, jika terasa kasar dan tajam tanah tersebut bertekstur pasir, jika terasa licin tanah tersebut bertekstur debu, dan jika terasa liat dan lengket tanah tersebur bertekstur lempung. Dari pengamatan didapatkan pada lapisan 1 bertekstur geluh lempung pasiran, pada lapisan 2 bertekstur lempung berpasir, pada lapisan 3 bertekstur lempung berpasir. Tekstur tanah berhubungan langsung dengan perakaran karena jika teksturnya mengandung lempung akar sulit untuk menembus lapisan tanah tersebut.
Stuktur tanah merupakan susunan ikatan partikel tanah satu sama lain. Faktor- factor yang mempengaruhi struktur tanah antara lain : pembasahan & pengeringan, pembekuan & pencairan, aktivitas perakatan tanaman, kation terjerap, pengolahan tanah, dan bahan organik. Pengamatan struktur tanah di lapang meliputi : tipe struktur, ukuran struktur, dan derajat struktur. Dari pengamatan didapatkan pada lapisan 1 dan 2 dengan tipe gumpal menyudut, ukurannya sangat halus, dan derajad kekerasan pada lapisan 1 sedang dan pada lapisan 2 kuat. Pada lapisan 3 didapatkan tipe struktur tanah gumpal membulat, dengan ukuran halus dan derajad kekerasan kuat.
Konsistensi adalah derajat kohesi dan adesi partikel tanah dan resistensi terhadap perubahan bentuk. Penentuan konsistensi tanah dapat dililakukan pada keadaan tanah basah, tanah lembap, dan tanah kering. Tekanan yang dilakukan dengan cara memeras, memijit, dan atau memirit tanah dalam keadaan yang sebenarnya di lapangan. Dari pengamatan dapat diketahui lahan dalam kondisi lembab dan pada lapisan 1 memiliki konsistensi kering lunak, pada lapisan 2 dan 3 memiliki konsistensi kering. Konsistensi pada keadaan lembab merupakan struktur yang baik dan pengolahannya mudah.
Warna tanah merupakan salah satu sifat tanah yang mudah di lihat dan dapat menunjukkan sifat-sifat tanahnya. Warna tanah bersifat tidak murni karena merupakan warna gabungan dari komponen penyusun tanah. Faktor yang mempengaruhi warna tanah antara lain : kadar lengas & tingkat pengatusan, kadar bahan organik, dan kadar dan mutu mineral. Warna tanah secara langsung dapat dipakai untuk menaksir tingkat pelapukan, menilai kandungan bahan organik, menilai keadaan drainase, melihat adanya horison pencucian dan horison pengendapan, dan menaksir banyaknya kandungan mineral. Penetapan warna tanah dengan Munsell Soil Color Charts (MSCC), di mana terdapat tiga satuan yaitu hue (menunjukkan warna utama tanah), value (menunjukkan derajat terangnya warna), dan chroma (menunjukkan warna atau perubahan kemurnian warna dari kelabu netral atau putih). Setelah dilakukan pengamatan didapatkan hasil yaitu pada lapisan 1 10 YR 5/4, pada lapisan 2 10 YR 4/3, pada lapisan 3  10 YR 3/4. Warna tanah semakin ke dalam semakin terang ini di karenakan bahan organik semakin ke dalam semakin berkurang.

d.      Sifat Kimia Tanah

pH tanah merupakan indikator reaksi yang terjadi di dalam tanah. Nilai pH merupakan pembacaan lagaritma ion H+ atau OH- yang ditangkap oleh alat pengukur dari hasil pelepasan fraksi-fraksi tanah ketika diberikan larutan tertentu. Dalam pengamatan ini menggunakan dua larutan yaitu larutan air bebas ino atau aquades (H2O) dan larutan KCl 1 N. Dalam hai ini digunakan metode kaorimerti yaitu menggunakan kertas pH atau pH stick yang di celupkan pada larutan tanah. Terlebih dahulu contoh tanah dicampurkan dengan larutan H2O dengan perbandingan tanah dengan air sekitar 1:2,5. Kemudian digojog hingga homogen dan didiamkan beberapa saat (sekitar 10 sampai 30 menit). pH stick dimasukkan ke dalam larutan tetapi jangan sampai terkena endapan dari tanah (hanya dibasahi dengan airnya). Hal yang sama juga dilakukan pada larutan KCl 1 N. Dari hasil pengamatan pH H2O pada lapisan 1,2, dan 3  adalah 5 dan pH KCl dari lapisan 1 adalah 6 dan lapisan 2,3 adalah 5.
Bahan organik merupakan salah satu komponen pokok dalam tanah karena bahan organik merupakan sumber sekaligus sebagai peyangga dari kesuburan tanah. Penentuan jumlah bahan organik secara kualitatif yaitu dengan mengamati banyaknya buih yang timbul setelah sampel tanah ditetesi H2O2 10 %. Dari pengamatan diperoleh data bahwa pada lapisan 1 memiliki kandungan bahan organik yang banyak, lapisan 2 memiliki kandungan bahan organik sedikit, dan pada lapisan 3 memiliki kandungan bahan organik yang sangat sedikit.
Selain kadar bahan organik tanah yang dapat diindikasikan sebagai tingkat kesuburan tanah, kadar kapur dalam tanah juga dianalisis sebagai indikasi tingkat kandungan kapur yang bisa mempengaruhi reaksi kimia dalam tanah. Pengaruh kapur terhadap tanah dapat meliputi proses pembentukan agregat tanah, pengikatan hara oleh tanah, dan parameter tanah lain yang berhubungan dengan kegiatan biologi dalam tanah. Penentuan kadar kapur secara kualitatif yaitu dengan mengamati buih yang timbul setelah sampel tanah ditetesi HCl 10 %. Apabila tanah mengandung kapur maka akan terjadi pembuihan. Dari pengamatan diperoleh data bahwa pada lapisan-lapisan tanah ini tidak terdapat kandungan kapurnya. Hal ini di karenakan tanah ini berasal dari batuan alluvium tua.
Di dalam tanah biasanya ditemukan adanya sekumpulan bahan tanah baik yang berbentuk tertentu maupun yang tidak beraturan. Biasanya bahan tanah tersebut mempunyai warna yang kontras dengan warna tanah sekitarnya. Bahan ini merupakan akumulasi bahan-bahan tertentu baik yang baru terbentuk maupun yang sudah lama terbentuk dan mengeras. Dari pengamatan, tanah di Fakultas Pertanian UNS tidak terdapat konsentrasi karena tanah tersebut merupakan tanah yang belum mengalami pelapukan batuan yang sempurna dan merupakan tanah yang baru saja terbentuk.

e.       Analisis Lengas Tanah

Tanah Entisol adalah tanah endapan sungai atau rawa-rawa pantai. Tanah Entisol yang berasal dari bahan alluvium umumnya merupakan tanah yang subur. Perbaikan deainase di daerah rawa-rawa menyebabkan munculnya cat clay yang sangat masam akibat oksidasi sulfide dan sulfat.
Dari percobaan lengas tanah kering angin tanah entisol, didapat kadar lengas rata-rata sebesar 18,95% pada sampel tanah ukuran 0,5mm, pada sampel tanah ukuran 2mm didapat rata-rata lengas tanah kering angin sebesar 12,86% dan pada sampel bongkah sebesar 6,864%, hal ini menunjukan bahwa kadar lengas yang terkandung pada tanah entisol kering angin sedikit. Pada kapasitas lapangan kadar lengas yang terkandung 40,93% dan 40,39% pada sampel tanah ukuran 2mm, ini menunjukan kadar lengas yang terkandung banyak, sedangkan pada lengas maksimum terkandung kadar lengas sebesar 73,73% dan pada batas berubah  warna kurang lebih 14,65%.

f.       Analisis pH Tanah

pH tanah menunjukan intensitas keasaman suatu sistem tanah, sedangkan kapasitas keasaman menunjukkan takaran ion H+ terdisosiasi, ditambah H+ tidak terdisosiasi di dalam sisterm tanah.
Dalam pengamatan ini mengunakan dua larutan, yaitu larutan air bebas ion atau aquades (H2O) dan larutan KCl 1 N. Dalam hal ini menggunakan menggunakan indikator pH meter yang dicelupkan pada larutan tanah, yang telah dicampur dengan larutan H2O dengan perbandingan tanah dengan air sekitar 1:2,5. hingga homogen dan didiamkan beberapa saat. Setelah itu pH meter dicelupkan, jangan sampai terkena endapannya.
Dalam uji kemasaman menggunakan dua macam pH yaitu pH H2O (pH aktual) dan pH KCl (pH potensial). pH aktual diukur dengan cara mengukur jumlah ion H+ dalam larutan tanah. pH potensial diukur dengan cara mengukur jumlah ion H+ dalam larutan tanah dan kompleks pertukaran ion. Semakin tinggi konsentrasi H+ maka semakin tinggi kemasaman reaksi tanah dan pH nya semakin menurun atau rendah. Pada tanah entisol kering angin diperoleh pH H2O sebesar yaitu 6,55 dan pH KCl 5,67.
C.    Lokasi Jatikuwung
a.       Pencandraan Bentang Lahan
Kelompok 36 melakukan praktikum  di Jatikuwung hari Minggu. Cuaca pada saat praktikum cerah. Fisiografi lahan di daerah ini adalah up lift sehingga banyak mengandung kapur. Vegetasi yang menutupi lahan meliputi Rumput ( 30 % ), pohon mangga ( 10% ), dan pohon jati ( 30% ), semak (30%).
Profil yang di amati adalah profil dengan posisi 7o 31’ 5,1` “ LS dan 110o 50’ 43,1” BT, serta ketinggian tempat 173 m dpl dengan menghadap ke arah selatan. Penentuan posisi dan ketinggian tempat dengan menggunakan GPS.
Tanah di Jatikuwung merupakan jenis tanah Vertisol yang memiliki kemiringan -20 %. Dengan tingkat kemiringan -20 % maka di daerah tidak ada erosi. Hal ini disebabkan daerah ini merupakan daerah bebas genangan air yang selama ini tidak pernah di landa banjir. Tanah jenis Vertisol ini bila pada kondisi kering akan timbul retak-retak cukup dalam.
b.      Deskripsi Profil
Dalam pengamatan, di dapat jeluk sedalam 100 cm, yang di ukur menggunakan meteran. Dari pedon yang dibuat pada tanah didapatkan 4 Horison.  Horison  A dengan kedalaman 0-7 cm, pada Horison B dengan kedalaman 7-16 cm, pada Horison  C1 dengan kedalaman 16-57 cm dan Horison Cpada kedalaman 57-100 cm. Lapisan dapat dibedakan dengan cara melihat perbedaan warna pada tiap lapisan tanah. Selain itu dapat juga dilakukan dengan menusuk-nusuk lapisan tanah menggunakan belati, jika kekerasan pada lapisan tanah sudah berbeda berarti horison tanah juga sudah berbeda.
Dapat diketahui juga pada profil terdapat perakaran yang memiliki jumlah dan ukuran yang relatif berbeda pada tiap lapisannya. Pada Horison A  jumlah akarnya banyak dengan ukuran halus, Pada Horison  B jumlah akarnya sedang dengan ukuran sedang, pada Horison C jumlah akarnya sedikit. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan daya tembus akar tanaman oleh hal- hal tertentu seperti ketersediaan unsur-unsur hara dan air pada tanah.


c.       Sifat Fisika Tanah
Penentuan kelas tekstur dapat di lakukan secara kualitatif (di lapangan) dan sedara kuantitatif (di laboratorium). Penentuan tekstur secara kualitatif dapat dilakukan dengan cara membasahi tanah lalu dipijit-pijit, jika terasa kasar dan tajam tanah tersebut bertekstur pasir, jika terasa licin tanah tersebut bertekstur debu, dan jika terasa liat dan lengket tanah tersebur bertekstur lempung. Dari pengamatan didapatkan pada Horison A dan Horison B bertekstur lempung, sedangkan pada Horison C1 dan C2 bertekstur geluh lempungan. Tekstur tanah menentukan tata air tanah berupa kecepatan ifiltrasi, penetrasi, dan kemampuan mengikat air. Tanah terbaik untuk pertanian adalah tekstur sedang ( tekstur geluh ).
Sturktur tanah merupakan susunan ikatan partikel tanah satu sama lain. Faktor- factor yang mempengaruhi struktur tanah antara lain : pembasahan & pengeringan, pembekuan & pencairan, aktivitas perakatan tanaman, kation terjerap, pengolahan tanah, dan bahan organik. Pengamatan struktur tanah di lapang meliputi : tipe struktur, kelas struktur, dan derajat struktur. Dari pengamatan didapatkan pada Horison A dengan tipe gumpal menmbulat, ukurannya sangat halus, dan derajad kekerasannya medium. Pada Horison B dengan tipe gumpal membulat, ukurannya sangat halus, dan derajad kekerasannya medum. Pada Horison C1 dengan tipe gumpal membulat, ukurannya sangat halus, dan derajad kekerasannya kuat. Pada Horison C2 dengan tipe gumpal membulat, ukurannya sangat halus dan derajad kekerasannya kuat. Struktur tanah yang dikehendaki tanaman adalah struktur remah karena perbandingan bahan padat dan ruang pori kurang lebih seimbang.
Konsistensi adalah derajat kohesi dan adesi partikel tanah dan resistensi terhadap perubahan bentuk. Penentuan konsistensi tanah dapat dililakukan pada keadaan tanah basah, tanah lembap, dan tanah kering. Tekanan yang dilakukan dengan cara memeras, memijit, dan atau memirit tanah dalam keadaan yang sebenarnya di lapangan. Dari pengamatan dapat diketahui lahan dalam kondisi lembab dan pada keempat horison memiliki konsistensi lunak. Konsistensi Pada keadaan lembap merupakan struktur yang baik dan pengolahannya mudah.
Warna tanah merupakan salah satu sifat tanah yang mudah di lihat dan dapat menunjukkan sifat-sifat tanahnya. Warna tanah bersifat tidak murni karena merupakan warna gabungan dari komponen penyusun tanah. Faktor yang mempengaruhi warna tanah antara lain : kadar lengas & tingkat pengatusan, kadar bahan organik, dan kadar dan mutu mineral. Warna tanah secara langsung dapat dipakai untuk menksir tingkat pelapukan, menilai kandungan bahan organik, menilai keadaan drainase, melihat adanya horison pencucian dan horison pengendapan, dan menaksir banyaknya kandungan mineral. Penetapan warna tanah dengan Munsell Soil Color Charts (MSCC), di mana terdapat tiga satuan yaitu hue (menunjukkan warna utama tanah), value (menunjukkan derajat terangnya warna), dan chroma (menunjukkan warna atau perubahan kemurnian warna dari kelabu netral atau putih ). Setelah dilakukan pengamatan didapatkan hasil yaitu pada horison A 2,5 YR 3/2, pada horison B 10 YR 3/2, pada horison C1 5 YR 5/2 ,dan pada horison C2 5 YR 6/3. Warna tanah semakin ke dalam semakin terang ini di karenakan bahan organik semakin ke dalam semakin berkurang.
d.      Sifat Kimia Tanah
pH tanah merupakan indikator reaksi yang terjadi di dalam tanah. Nilai pH merupakan pembacaan lagaritma ion H+ atau OH- yang ditangkap oleh alat pengukur dari hasil pelepasan fraksi-fraksi tanah ketika diberikan larutan tertentu. Dalam pengamatan ini menggunakan dua larutan yaitu larutan air bebas ino atau aquades (H2O) dan larutan KCl 1 N. Dalam hai ini digunakan metode kaorimerti yaitu menggunakan kertas pH atau pH stick yang di celupkan pada larutan tanah. Terlebih dahulu contoh tanah dicampurkan dengan larutan H2O dengan perbandingan tanah dengan air sekitar 1:2,5. Kemudian digojog hingga homogen dan didiamkan beberapa saat (sekitar 10 sampai 30 menit). pH stick dimasukkan ke dalam larutan tetapi jangan sampai terkena endapan dari tanah (hanya dibasahi dengan airnya). Hal yang sama juga dilakukan pada larutan KCl 1 N. Dari hasil pengamatan pH H2O pada horisonA, B, C1 mengandung 6 , pada horisonC2 mengandung 5, dan pH KCl dari horisonA, B adalah 6, sedangkan pada horisonC1 dan C2 adalah 5.
Bahan organik merupakan salah satu komponen pokok dalam tanah karena bahan organic merupakan sumber sekaligus sebagai peyangga dari kesuburan tanah. Penentuan jumlah bahan organik secara kualitatif yaitu dengan mengamati banyaknya buih yang timbul setelah sampel tanah ditetesi H2O2 10 %. Dari pengamatan diperoleh data bahwa pada hr 0 memiliki kandungan bahan organic yang banyak, horizon A memiliki kandungan bahan organik banyak, dan pada horizon B memiliki kandungan bahan organik sedikit, sedangkan  pada horison C1 dan C2 memiliki kandungan bahan organik sangat sedikit.
Selain kadar bahan organik tanah yang dapat diindikasikan sebagai tingkat kesuburan tanah, kadar kapur dalam tanah juga dianalisis sebagai indikasi tingkat kandungan kapur yang bisa mempengaruhi reaksi kimia dalam tanah. Pengaruh kapur terhadap tanah dapat meliputi proses pembentukan agregat tanah, pengikatan hara oleh tanah, dan parameter tanah lain yang berhubungan dengan kegiatan biologi dalam tanah. Penentuan kadar kapur secara kualitatif yaitu dengan mengamati buih yang timbul setelah sampel tanah ditetesi HCl 10 %. Apabila tanah mengandung kapur maka akan terjadi pembuihan. Dari pengamatan diperoleh data bahwa pada lapisan-lapisan tanah ini tidak terdapat kandungan kapurnya. Hal ini di karenakan tanah ini berasal dari batuan alluvium tua.
e.       Analisis Lengas Tanah
Tanah Vertisol merupakan tanah-tanah berwarna gelap dengan tekstur liat dan menyebar luas di daerah beriklim tropis dan subtropis dengan curah hujan 1500 mm pertahun. Tanah Vertisol memiliki sifat khusus yakni mempunyai sifat vertik, hal ini disebabkan terdapat mineral liat tipe 2:1 yang relatif. Karena itu dapat mengkerut (Shrinking) jika kering dan mengembang (Swelling) jika jenuh air.
Vertisol di Indonesia terbentuk pada tempat-tempat yang berketinggian tidak lebih dari 300 meter di atas permukaan laut, temperature tahunan rata-rata 250 C dengan curah hujan kurang dari 1500 mm/tahun. Vertisol memiliki potensi cukup baik, akan tetapi yang menjadi kendala adalah dalam hal pengolahan tanahnya yang relatif cukup sulit, bersifat sangat lekat bila basah dan sangat keras bila dalam keadaan kering.
Dari percobaan lengas tanah kering angin didapat kadar lengas rata-rata sebesar 9,47% pada sampel tanah ukuran 0,5mm, pada sampel tanah ukuran 2mm didapat rata-rata lengas tanah kering angin sebesar 12,14% dan pada sampel bongkah sebesar 3,3%, hal ini menunjukan bahwa kadar lengas yang terkandung pada tanah vertisol kering angin sedikit. Pada kapasitas lapangan kadar lengas yang terkandung 44,44% dan 49,71% pada sampel tanah ukuran 2mm, ini menunjukan kadar lengas yang terkandung banyak, sedangkan pada lengas maksimum terkandung kadar lengas sebesar 61,54% dan pada batas berubah  warna kurang lebih 76,17% dan 59,39%.


f.       Analisis pH Tanah
pH tanah menunjukan intensitas keasaman suatu sistem tanah, sedangkan kapasitas keasaman menunjukkan takaran ion H+ terdisosiasi, ditambah H+ tidak terdisosiasi di dalam sisterm tanah.
Dalam pengamatan ini mengunakan dua larutan, yaitu larutan air bebas ion atau aquades (H2O) dan larutan KCl 1 N. Dalam hal ini menggunakan menggunakan indikator pH meter yang dicelupkan pada larutan tanah, yang telah dicampur dengan larutan H2O dengan perbandingan tanah dengan air sekitar 1:2,5. hingga homogen dan didiamkan beberapa saat. Setelah itu pH meter dicelupkan, jangan sampai terkena endapannya.
Dalam uji kemasaman menggunakan dua macam pH yaitu pH H2O (pH aktual) dan pH KCl (pH potensial). pH aktual diukur dengan cara mengukur jumlah ion H+ dalam larutan tanah. pH potensial diukur dengan cara mengukur jumlah ion H+ dalam larutan tanah dan kompleks pertukaran ion. Semakin tinggi konsentrasi H+ maka semakin tinggi kemasaman reaksi tanah dan pH nya semakin menurun atau rendah. Pada tanah vertisol kering angin diperoleh pH H2O sebesar 7,192. Dan pH KCl 6,4.

















                                                                                                                                          VI.          KOMPERHENSIF
A.      Jumantono
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan di Jumantono, terdapat sifat – sifat yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Melalui diskripsi lingkungan, fisiografi lahan di daerah ini trjadi akibat adanya proses vulkanisme dari Gunung Lawu kala itu dan dalam waktu yang lama membentuk bahan induk tanah vulkan pada daerah yang miringyang kemudian diolah manusia menjadi hampir datar, dengan ketinggian tempat 188 m dpl.
Kesuburan tanah sangat menetukan adanya vegetasi yang dapat bertahan pada suatu jenis tanah. Pada profil tanah yang diamati, kesuburan fisik tanahnya adalah baik yang ditandai oleh struktur dan tekstur tanahnya yang memungkinkan terciptanya aerasi dan drainase sedang. Tingkat kesuburan kimia pada tanah ini juga baik, yang ditandai dengan pH yang cukup asam sehingga memungkinkan adanya mikrobia yang dapat bertahan hidup untuk melakukan proses kimia yang akan menghasilkan senyawa – senyawa yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Dari tingkat kesuburan fisik dan kimia yang baik akan menghasilkan kesuburan biologi yang baik pula, yaitu adanya kegiatan mikrobia yang melakukan proses dekomposisi bahan – bahan kimia yang nantinya sangat bermanfaat bagi tumbuhan.
63
Profil tanah diketahi bahwa tanah  tempat praktikum mengalami erosi bentuk tingkat permukaan bebas dengan kata lain tidak terjadi erosi. Bentuk ini menyebabkan tanah tahan erosi, banjir dan genangan. Dari hasil pengamatan fisika tanah, pada profil tanah tiap lapisan memiliki unsur tekstur yang berbeda – beda. Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif tiga golongan dasar partikel tanah dalam suatu massa tanah, terutama perbandingan antara fraksi lempung, debu dan pasiran. Secara garis besar tekstur tanah yang ada di daerah Jumantono ini adalah lempung. Tekstur tanah memiliki kaitan erat dengan struktur tanah dan konsistensi tanah, sehingga berguna untuk menentukan cara pengolahan tanah yang efisien dan penetrasi tanaman serta air udara di lapisan bawah tanah. Tekstur tanah juga dapat digunakan untuk mengetahui ketersediaan air dan unsur hara dalam tanah.
Warna tanah merupakan sifat fisika tanah yang dapat digunakan untuk mengetahui sifat kimianya. Hal ini berkaitan pula dengan kandungan bahan organik (BO). Warna tanah yang gelap memiliki kandungan BO yang tinggi. Sebaliknya warna tanah yang cerah memiliki kandungan BO yang rendah. Selain itu warna tanah dapat digunakan sebagai penunjuk batas lapisan tanah pada profil. Warna tanah juga menunjukan adanya bahan kasar pada tanah yang memberikan warna lain.
Konsentrasi atau bercak merupakan keadaan warna tanah yang lebih gelap dibandingkan dengan sekitarnya secara vertikal. Bercak tanah merupakan gabungan dari konkresi tanah, di mana konkresi merupakan pencucian basa – basa mineral oleh air hujan yang terjadi di dalam tanah. Pada kedalaman tertentu, bercak ini merugikan tanaman, misalnya jika bercak banyak terdapat pada lapisan yang banyak mengandung BO tinggi dimana banyak perakaran pada daerah itu, maka tanaman lama kelamaan tidak daat bertahan karena kondisi basa pada bercak tersebut tidak memungkinkan adanya kegiatan mikrobia yang menghasilkan senyawa  senyawa penting bagi tanaman. Pada lokasi ini yang timbul adalah bercak bermangan (Mn).
Secara tidak langsung aerasi dan drainase tanah dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah. Jika tanah padat maka aerasi dan drainasenya juga buruk. Begitu pula sebaliknya. aerasi dan drainase menentukan kadar pH dalam tanah. Jika aerasi dan drainse baik, tanah cenderung asam.
B.       Kampus Fakultas Pertanian UNS
Tanah di wilayah kampus fakultas pertanian UNS termasuk dalam kategori tanah entisol yang proses pembentukan tanahnya berupa proses pelapukan bahan organik dan bahan mineral di permukaan tanah, dan pembentukan struktur tanahnya karena pengaruh bahan organik tersebut (sebagai perekat).
Hasil pengamatan menunjukkan pH tanah yang diperoleh baik menggunakan indikator H2O maupun KCl antara 5 sampai 6. Ini menandakan bahwa tanah tersebut bersifat masan yang mendekati netral sehingga vegetasi dapat tumbuh dengan subur.
Pada tanah tersebut, semakin kecil ukuran partikel pada tingkat suspensinya akan memiliki ukuran partikel yang bervariasi dari yang halus sampai kasar. Hal tersebut sesuai yang terlihat pada hasil pengamatan pada struktur tanah yang memiliki tipe, ukuran dan derajad yang bervariasi. Tanah entisol yang mempunyai tekstur halus, berkadar bahan organic dan nitrogen lebih rendah daripada tanah yang bertekstur sangat halus, seperti pada hasil pengamatan. Hal tersebut disebabkan oleh kadar air yang lebih rendah dan kemungkinan oksidasi yang lebih baik dalam tanah yang bertekstur kasar juga penambahan alamiah bahan organik kurang dari tanah yang lebih halus.
Tingginya kandungan bahan organik ditunjukkan oleh warna tanah yang gelap pada lokasi ini. Banyaknya kandungan bahan organik akan semakin meningkatkan kesuburan tanah sehingga akan berpengaruh pada banyaknya vegetasi yang tumbuh, seperti terlihat pada wilayah ini. Hal itu  berpengaruh pula untuk meminimalisir terjadinya erosi. Sehingga pada lokasi ini yang terjadi hanya erosi permukaan dengan tingkat yang rendah. Kandungan bahan organik terbanyak pada lapisan teratas. Semakin ke dalam lapisan tanah, kandungan bahan organik semakin sedikit yang berpengaruh pula terhadap aerasi drainase tanah yaitu semakin ke dalam aerasi drainase semakin buruk seperti terlihat pada hasil pengamatan. Hal lain yang berpengaruh terhadap aerasi drainase adalah struktur tanah. Struktur tanah yang baik dimana perbandingan antara bahan padat dan ruang pori seimbang, Struktur tanah yang baik mendukung aerasi drainese yang baik pula. 
Konsistensi tanah dipengaruhi oleh tekstur dan strukturnya, pada horison tanah terdalam konsistensinya sangat teguh. Adapun pentingnya mengetahui konsistensi tanah adalah untuk menentukan cara penggarapan tanah yang efisien dan penetrasi akar tanaman di lapisan tanah bawahan.

C.      Jatikuwung
Tanah di Jatikuwung termasuk dalam kategori tanah vertisol yang umumnya mempunyai tekstur lempung. Pada vertisol variasi kandungan lempung dengan kedalaman tanah berasal dari bahan induk.
Pada hasil pengamatan dapat diketahui warna tanah adalah gelap, yang terjadi akibat pengaruh BO yang dikandungnya, terutama yang berkaitan dengan liat halus dan akan tahan terhadap oksidasi H2O2. Vertisol mempunyai tekstur yang berat sehingga mengalami kesukaran dalam hal pengolahan tanah. Hal ini disebabkan karena kandungan mineral liat 2:1 yang dominan, sehingga pada saat kering tanah menjadi sangat keras dan pada saat basah tanah menjadi lekat. Dalam pengukuran pH pada tanah ini, diketahui bahwa pH tanah mendekati netral, baik menggunakan indikator H2O maupun KCl diperoleh hasil yang sama. Dengan kemiringan lereng sebesar -20% memungkinkan terjadinya erosi alur dengan tingkat rendah yang berpengaruh terhadap aerasi drainase tanah, yaitu semakin dalam horison tanah, aerasi drainase tanahnya semakin buruk.
Tingginya kandungan bahan organik ditunjukkan oleh warna tanah yang gelap pada lokasi ini. Banyaknya kandungan bahan organik akan semakin meningkatkan kesuburan tanah sehingga akan berpengaruh pada banyaknya vegetasi yang tumbuh, seperti terlihat pada wilayah ini. Semakin ke dalam lapisan tanah, kandungan bahan organik semakin sedikit yang berpengaruh pula terhadap aerasi drainase tanah yaitu semakin ke dalam aerasi drainase semakin buruk seperti terlihat pada hasil pengamatan. Hal lain yang berpengaruh terhadap aerasi drainase adalah struktur tanah. Struktur tanah yang baik dimana perbandingan antara bahan padat dan ruang pori seimbang, Struktur tanah yang baik mendukung aerasi drainese yang baik pula. 
Dari hasil praktikum yang dilakukan pada ketiga lokasi, dapat diketahui adanya perbedaan jenis tanah. Sehingga berpengaruh terhadap kesuburan tanah, sifat fisika dan sifat kimianya. Sifat – sifat tersebut saling berhubungan satu dengan yang lainnya.
Pada lokasi kampus, diketahui bahwa jenis tanah tersebut adalah tanah entisols (menurut USDA), fluvisols (menurut FAO/UNESCO), dan alluvial (menurut PPT).Tanah ini memiliki geologi bahan alluvium (QA) dengan berbahan induk dari abu vulkan, pasir, pantai atau bahan sedimen. Berbeda halnya dengan jenis tanah di lokasi kedua yaitu di Jumantono yang berjenis tanah alfisols (menurut USDA), ferasols (menurut FAO/UNESCO), dan latosols (menurut PPT). Tanah ini memiliki geologi Qvl yaitu, batuan gunung api Lawu. Alfisols secara potensial termasuk tanah yang subur, meskipun bahaya erosi perlu mendapat perhatian. Untuk peningkatan produksi masih diperlukan usaha-usaha intensifikasi antara lain pemupukan dan pemeliharaan tanah serta tanaman yang sebaik-baiknya. Sedangkan untuk lokasi ketiga yaitu wilayah Jatikuwung memiliki jenis tanah vertisols  (menurut USDA), vertisols (menurut FAO/UNESCO), dan grumusols (menurut PPT). Tanah ini memiliki geologi Qvm yaitu, batuan gunung api Merapi. Vertisols secara potensial termasuk tanah yang subur karena berkembang dari abu vulkanis, yaitu dari gunung Merapi.
Dari perbedaan jenis tanah tersebut dapat diketahui bahwa sifat-sifat fisika dan kimiannya pun berbeda-beda. Dari ketiga lokasi itu, Jatikuwung adalah lokasi yang memiliki kemiringan lereng tertinggi. Sedangkan untuk lokasi tersubur adalah tanah di wilayah Jumantono, karena merupakan tanah alfisols yang berbahan induk dari batuan gunung api Lawu. Selain itu tanah di wilayah tersebut telah mengalami campur tangan pengolahan manusia karena digunakan untuk lahan percobaan sehingga berpengaruh terhadap sifat kimia dan fisikanya. Seperti teksturnya yang geluh (remah) pada semua horison, sangat subur untuk pertumbauhan tanaman. Berbeda halnya dengan tanah kampus dan Jatikuwung yang rata-rata bertektur lempung.  
Selain itu hal lain yang membedakan adalah warna tanah pada masing-masing lokasi yang berbeda-beda. Warna tanah ini berbeda karena pengaruh berbagai faktor, seperti vegetasi tanaman, geologi dan erosi yang terjadi. Untuk konsistensi berpengaruh pada perakaran yang meliputi jumlah dan ukurannya, semakin teguh konsistensi, ukuran perakaran semakin kecil dengan jumlah semakin sedikit. Hal itu terlihat pada hasil pengamatan di setiap lokasi.
Bahan organik yang terkandung pada masing-masing horison juga berpengaruh terhadap kesuburan tanah tersebut. Bahan organik itu juga dipengaruhi pula oleh geologi pembentuk tanah. Semakin banyak bahan organik maka tanah itu semakin subur. Untuk kadar kemasaman pada masing-masing lokasi hampir sama yaitu kurang dari 7, baik menggunakan indikator H2O maupun KCl.
Untuk tanah di wilayah Jatikuwung dapat mengalami pecah-pecah pada saat kering dan mengembang di saat basah, sifat ini tidak terlihat pada tanah di lokasi yang lain, baik kampus maupun Jumantono. Hal itu tidak lepas dari pengaruh batuan pembentuk tanah tersebut.
Perbedaan-perbedaan yang terlihat pada masing-masing likasi ini, menunjukkan adanya berbedaan pula pada sifat kimia dan fisikanya. Sehingga tingkat kesuburan bagi pertumbuhan tanaman pun berbeda-beda pula.






















V.           KESIMPULAN
  1. Lokasi I : Jumantono
a.       Tanah di tempat praktikum Jumantono mempunyai jenis tanah alfisol dan agak miring.
b.      Tekstur tanah pada horison A1 lempung , horison A2 lempungan debuan, horison B lempung debuan , horison C lempung.
c.       Konsistensi tanah pada horison A1 sangat gembur,  horison A2 gembur, horison B teguh, horison C sangat teguh.
d.      Kemasaman tanah pada profil yang diamati
a.        pH H2O
Pada horison A1 pH tanah 4-5, pada lapisan A2, B dan C mempunyai pH yang sama yaitu 5.
b.      pH KCl
Pada semua horison memiliki pH KCl yang sama yaitu 6.
  1. Lokasi II : Kampus FP
a.       Tanah di tempat praktikum Kampus FP mempunyai jenis tanah entisol dengan relief hampir datar.
b.      Tekstur tanah pada lapsan 1 geluh lempung pasiran, lapisan 2 lempung pasiran, dan lapisan 3 lempung pasiran.
c.       Struktur tanah pada lapisan 1 dan 2 gumpal menyudut dan lapisan 3 gumpal membulat.
d.      Kemasaman tanah pada profil yang diamati
a)      pH H2O
Pada lapisan 1 pH tanah 5, pada lapisan 2 pH tanah 5, pada lapisan 3 pH tanah 5.
b)      pH KCl
Pada lapisan 1 pH tanah 6, pada lapisan 2 pH tanah 5, pada lapisan 3 pH tanah 5.

69
 

  1. Lokasi III : Jatikuwung
a.          Tanah di tempat praktikum Jatikuwung mempunyai jenis tanah vertisol dengan relief agak curam.
b.         Kemasaman tanah pada profil yang diamati
a)         pH H2O
     Pada horison A pH tanah 6, pada horison B pH tanah 6, pada horison C1 pH tanah 6, pada horison C2 pH tanah 5.
b)      pH KCl
     Pada horison A pH tanah 6, pada horison B pH tanah 6, pada horison C1 pH tanah 5, pada horison C2 pH tanah 5. Tidak diketemukan kandungan kapur pada tanah ini.



DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1997. Petunjuk Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Fakultas  
_______. 2005. Kimia Tanah. http://id.wikipedia.org/wiki/Kimia_tanah. Diakses tanggal 29 November 2011.
_______. 2006. Fisika Tanah. http://id.wikipedia.org/wiki/Fisika_tanah. Diakses         tanggal 29 November 2011.
_______. 2007. Tentang pH Tanah. http://nglithis.wordpress.com/2007/04/24/7/. Diakses tanggal 15 November 2011
_______. 2009. Kadar Lengas Tanah. ilmutanahuns.files.wordpress.com/2009/02/kadar-lengas-tanah.pdf. Diakses tanggal 15 November 2011
_______. 2009. Mengukur pH Tanah dan Kebutuhan Kapur. http://kapurpertanian.com/index.php/Berita-Terbaru/Mengukur-pH-tanah-dan-kebutuhan-kapur.html. Diakses tanggal 10 November 2011
_______. 2010. Tanah Vertisol. https://wahyuaskari.wordpress.com/literatur/tanah-vertisol/. Di akses tanggal 04                                                                                                                            Desember 2011.
_______. 2011. Kemasaman Tanah (pH Tanah). http://www.silvikultur.com/Kemasaman_Tanah_pH.html. Diakses tanggal 10 November 2011
_______. 2011. Konservasi Tanah. http://id.wikipedia.org/wiki/Konservasi_tanah. Diakses tanggal 15 November 2011  
Bridges,E.M.1979. World Soils. Cambridge Univ.Press.Cambridge,New York.
            Cipta. Jakarta.

19
 
Darmawidjaja, M. Isa. 1997. Klasifikasi Tanah. UGM Press. Yogyakarta.
             Fakultas Pasca Sarjana IPB. Bogor.
Foth, Henry D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gajah Mada University.
Handayani, S. 2009. Panduan Praktikum dan Bahan Asistensi Dasar-dasar Ilmu    Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.                        Yogyakarta.
Hillel,D.1983.Fundamental of Soil Physic.Academic Press.New York.
Kartosapoetro. 1991. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Penerbit Rineka
Munir, M. 1996. Geografi, Perkembangan dan Penyebaran Tanah di Indonesia.
             Pertanian UNS. Surakarta.
Sanchez, P. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. ITB. Bandung.
             Yogyakarta.
Yong,R.N and B.P Warkentin.1975. Soil Properties and Behaviour. Elsevier, Amsterdam.

<a href="http://www.mylivesignature.com" target="_blank"><img src="http://signatures.mylivesignature.com/54490/202/A9C737DC619F2FB88A26C66B3D954A18.png" style="border: 0 !important; background: transparent;"/></a>

2 comments:

  1. Terima kasih atas artikelnya.
    o iya selama saya jelajah mencari ilmu tentang blogging, menurut saya anda memiliki kelebihan tersendiri dari situs-situs lain dan jujur potensi anda juga sangat bagus, banyak juga ilmu yang saya pelajari disini jika ada waktu saya akan berkunjung lagi.



    #Semoga sehat selalu :D

    ReplyDelete
  2. waa saya bingung mau ngomong apa...
    saya juga masih belajar nge-blog :)
    yaa terima kasih, semoga bermanfaat :)

    ReplyDelete