|
|
HUBUNGAN
FAKTOR IKLIM DENGAN PERTUMBUHAN TANAMAN
A. Pendahuluan
1. Latar
Belakang
Iklim merupakan
komponen lingkungan terpenting yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Sejak
awal perkecambahan biji hingga panen dibutuhkan pemahaman yang mendasar tentang
iklim beserta faktor yang bekerja, karena sangat berperan menentukan
keberhasilan tanaman pada setiap fase pertumbuhan.
Kondisi saat ini
dengan iklim yang tidak lagi dapat diprediksi (anomali cuaca), membuat para
pelaku bidang pertanian berpikir keras untuk mengantisipasi melalui berbagai
penelitian tentang seberapa besar tingkat toleransi tanaman terhadap kondisi
tersebut. Bagi para mahasiswa, hal itu dijadikan dasar acuan untuk menganalisis
seberapa jauh hubungan beberapa faktor iklim dengan pertumbuhan tanaman.
Faktor-faktor iklim tersebut terdiri atas cahaya matahari, temperatur, curah
hujan, kelembapan udara dan angin.
2. Tujuan
Praktikum
Praktikum mengenai
hubungan faktor iklim dengan pertumbuhan bertujuan untuk mempelajari hubungan antara
faktor-faktor iklim dengan pertumbuhan tanaman.
B.
Tinjauan
Pustaka
1. Kacang
hijau
1
|
Kacang hijau adalah sejenis tanaman budidaya
dan palawija
yang dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan
(Fabaceae) ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai
sumber bahan pangan berprotein nabati tinggi. Kacang hijau di Indonesia
menempati urutan ketiga terpenting sebagai tanaman pangan legum, setelah kedelai
dan kacang tanah
(Anonim, 2011)
(Anonim, 2011)
Dibanding dengan
tanaman kacang-kacangan lainnya, kacang hijau memiliki kelebihan ditinjau dari
segi agronomi dan ekonomis, seperti:
(a) lebih tahan
kekeringan;
(b) serangan hama dan
penyakit lebih sedikit;
(c) dapat dipanen pada
umur 55-60 hari;
(d) dapat ditanam pada
tanah yang kurang subur;
(e) cara budidayanya
mudah (Sunantara,2000)
Radiasi adalah
unsur iklim yang besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman yang kemudian menentukan hasil panen. Pengaruh radiasi surya terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman diantaranya melalui proses fotosintesis,
fotomorfogenesis, fotorespirasi, transpirasi suhu jaringan dan perpanjangan
sel. Tiga factor utama radiasi surya sangat penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan tanaman adalah intensitas, kualitas dan lama penyinaran (Las dan
Maladi, 1988)
Permintaan
kacang hijau diperkirakan akan terus meningkat pada tahun-tahun mendatang
seiring dengan meningkatnya konsumsi sehingga produksi komoditas ini perlu pula
terus ditingkatkan. Dalam upaya peningkatan produksi, penelitian kacang hijau
antara lain diarahkan paada perbaikan varietas dan teknik budidaya
(Sunihardi dan Hermanto, 1998)
(Sunihardi dan Hermanto, 1998)
2. Kedelai
Kedelai putih (Glycine max) merupakan tanaman yang
masuk ke dalam divisi spermatophyta
dengan subdivisi angiospermae.
Tanaman kedelai merupakan tanaman berbiji tunggal (monocotyledonae) yang masuk ke dalam ordo fabales dan famili fabaceae. kedelai
putih memiliki nama genus glycine dengan spesies ma. (Anonim, 2011)
Kedelai
merupakan terna
dikotil
semusim dengan percabangan sedikit, sistem perakaran akar tunggang, dan batang
berkambium. Kedelai dapat berubah penampilan menjadi tumbuhan setengah merambat
dalam keadaan pencahayaan rendah. Kedelai, khususnya kedelai putih dari daerah
subtropik, juga merupakan tanaman hari-pendek
dengan waktu kritis rata-rata 13 jam. Ia akan segera berbunga apabila pada masa
siap berbunga panjang hari kurang dari 13 jam. Ini menjelaskan rendahnya
produksi di daerah tropika, karena tanaman terlalu dini berbunga (Anonim, 2011)
Sebagai sumber
protein yang murah dan terjangaku oleh lapisan bawah, kedelai perlu terus
ditingkatkan produksinya mengingat kebutuhan yang terus meningkat. melalui
penelitian telah dihasilkan teknologi yang menunjang upaya peningkatan produksi
(Sunihardi dan Hermanto, 1998)
(Sunihardi dan Hermanto, 1998)
Kehilangan hasil kedelai karena
serangan hama ditentukan oleh berbagai faktor antaralain tinggi rendahnya
populasi, bagian tanaman yang dirusak, intensitas serangan, tanggapan tanaman
terhadap gangguan kerusakan, fase pertumbuhan tanaman, dan kemampuan petani
melaksanakan pengendalian (Marwoto,1992)
Suhu merupakan faktor lingkungan
yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman kedelai. Suhu berkorelasi positif dengan
radiasi matahari Tinggi rendahnya suhu disekitar tanaman ditentukan oleh radiasi
matahari, kerapatan tanaman, distribusi cahaya dalam tajuk tanaman, kandungan
lengas tanah Suhu mempengaruhi beberapa proses fisiologis
penting: bukaan stomata, laju transpirasi, laju penyerapan air dan nutrisi,
fotosintesis, dan respirasi (Didik J Rachbini,
2008)
C. Metode Praktikum
1. Waktu
dan Tempat praktikum
Praktikum hubungan faktor iklim dengan pertumbuhan tanaman dilaksanakan pada
hari Minggu tanggal 2 Oktober 2011 pukul 09.00 sampai 11.00 WIB dan
bertempat di rumah kaca Fakultas Pertanian UNS.
2.
Alat dan Bahan
Alat :
a.
Pot/ember
plastik yang sudah ditanami kacang hijau dan kedelai
b.
Termometer
udara, higrometer, lightmeter, kertas milimeter, dan timbangan
Bahan : Tanaman kacang hijau dan kedelai berumur
satu minggu
3.
Cara Kerja
a.
Menyediakan
beberapa pot yang sudah ditanami kacang hijau dan kedelai berumur satu minggu
b.
Melakukan
penyiraman setiap hari secukupnya
c.
Melakukan
pengukuran terhadap suhu udara, kelembaban udara, dan intensitas cahaya setiap
hari
d.
Pengukuran
tinggi tanaman (pertumbuhan) dilakukan setiap minggu, dan menghitung
pertambahan tinggi tanaman tersebut (tinggi tiap minggu)
e.
Berdasarkan
hasil pengukuran suhu, kelembaban udara dan intensitas cahaya, dihitung
rata-rata harian setiap minggu.
f.
Pengamatan
dilakukan sampai awal pertumbuhan generatif (sekitar 8 minggu)
g.
Menggambarkan hubungan
antara faktor-faktor lingkungan dengan pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman)
D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1. Hasil
Pengamatan
Tabel 1 Tinggi Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata)
dan Kedelai (Glycine max)
Tinggi Tanaman Minggu Ke (cm)
|
Jenis Tanaman
(cm) |
Suhu (0C)
|
Kelembaban (%)
|
IRM
(fc)
|
|
Kacang Hijau
|
Kedelai
|
||||
1
|
12,8
|
8,7
|
40,86
|
48,00
|
749,14
|
2
|
23,3
|
15,9
|
36,00
|
35,00
|
1165,00
|
3
|
31,8
|
21,8
|
34,50
|
43,50
|
417,00
|
4
|
40,8
|
31,2
|
36,01
|
41,00
|
4432,00
|
5
|
46,8
|
41,8
|
33,67
|
44,33
|
730,00
|
6
|
54,7
|
51,2
|
42,80
|
40,00
|
4106,00
|
7
|
56,6
|
61,1
|
39,70
|
40,00
|
4305,70
|
8
|
61,3
|
70,1
|
39,00
|
67,75
|
4892,25
|
Sumber : Data Rekapan
Gambar 1 Grafik Hubungan Faktor Iklim dengan
Pertumbuhan Tinggi Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata) dan Kedelai (Glycine
max)
2. Pembahasan
Berdasarkan
tabel 1 dapat diketahui bahwa tanaman kacang hijau dapat tumbuh karena adanya
pengaruh lingkungan seperti suhu, kelembaban dan IRM (intensitas radiasi matahri.
Pada tabel 1 diatas menunjukkan pertumbuhan
tanaman kacang hijau maupun kedelai yang rata-rata pertumbuhannya 6,0625 dan
7,6 cm perminggu. Pertumbuhan yang maksimal ditunjukan pada minggu yang keempat
dan kelima, masing-masing tumbuhan mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan.
Pada kacang hijau tumbuh 9 cm pada minggu keempat dan pada kedelai 10 cm pada
minggu kelima. Dengan suhu dan kelembaban pada minggu keempat yaitu 36,010C
dan 41,00%. Pada tanaman kedelai baru tumbuh dengan kenaikan pertumbuhan yang
baik pada minggu kelima dengan suhu 33,670C dan kelembaban sebesar
44,33%.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
tanaman kacang hijau akan tumbuh dengan pertumbuhan yang maksimal pada suhu
36,010C dan kelembaban sebesar 41,00%. Kacang hijau dapat dikatakan
sebagai tanaman yang tahan terhadap panas. Karena kacang hijau masih dapat
tumbuh pada suhu diatas 350C, terlebih pada tabel telah di buktikan
bahwa tanaman kacang hijau dapat tumbuh dengan maksimal pada suhu tersebut.
Dengan memperhitungkan pula intensitas radiasi matahari yang diterima tanaman,
dibuktikan bahwa tanaman kacang hijau merupakan tanaman yang cukup tahan
terhadap radiasi matahari yang cukup tinggi.
Sebaliknya,
tanaman kedelai mengalami kenaikan pertumbuhan yang cukup tinggi pada suhu
dibawah 350C. Walaupun demikian, kedelai masih tetap dapat tumbuh
dengan baik pada suhu hampir 400C, hal ini dikarenakan daya adaptasi
tanaman kedelai yang cukup tinggi, sehingga suhu yang rendah maupun tinggi,
kedelai tetap dapat hidup. Namun intensitas radiasi matahari yang baik bagi
kedelai tetap pada kisaran 730,00 fc.
Faktor iklim sangat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman. Faktor iklim meliputi suhu, radiasi, kelembaban. Asanya perbedaan
suhu, radiasi dan kelembaban akan menyebabkan perbedaan pada pertumbuhan tinggi
tanaman.
E. Kesimpulan dan saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan
pengamatan pengaruh faktor iklim terhadap pertumbuhan tanaman dapat disimpulkan
bahwa :
a. Radiasi matahari mempengaruhi pertumbuhan
tanaman dengan mempengaruhi suhu serta kelembaban.
b. Radiasi matahari merupakan salah satu faktor
iklim yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dengan mengendalikan suhu dan
kelembaban yang mempengaruhi fotosintesis, respirasi dan transpirasi.
c. Fotosintesis yang terjadi pada tanaman kacang
hijau dan kedelai cukup baik karena dapat menumbuhkan beberapa buah. Namun ada
juga tanaman yang mati karena intensitas cahaya nya yang terlalu tinggi
sehingga tanaman tersebut tidak dapat bertahan.
d. Pada tanaman kacang hijau dan kedelai,
keduanya memiliki tingkat adaptasi yang baik sehingga pada suhu tinggi dan
radiasi yang tinggi dapat tumbuh dengan cukup baik.
e. Radiasi matahari yang tinggi beberapa tanaman
tetap dapat tumbuh, salah satunya kacang hijau dan kedelai.
2. Saran
Adapun
beberapa saran untuk menunjang perbaikan fasilitas yang mendukung praktikum
agroekosistem.
a.
Rumah kaca perlu
diadakan perbaikan dikarenakan kondisi dalam rumah kaca kurang baik.
b.
Kondisi kamar
mandi di dalam rumah kaca perlu diperbaiki agar dapat berfungsi seperti
selayaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Kacang hijau. http://id.wikipedia.org/wiki/Kacang_hijau. Diakses
tanggal 29 Oktober 2011
Marwoto
et al . 1992. Pengendalian
Hama Terpadu Tanaman Kedelai. Balai Penelitian Dan Pengendalian : Malang
Sunihardi
dan Hermanto, 1998. Jurnal : Laporan
Tahunan Puslitbang Tanaman Pangan. Balai Penelitian dan Pengembangan
Pertanian: Bogor.
ACARA
II
PENGARUH
FAKTOR CAHAYA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN
A. Pendahuluan
1. Latar
Belakang
Cahaya adalah
salah satu komponen lingkungan (abiotik) yang berperan dalam pertumbuhan
tanaman melalui proses fotosintesis. Selain itu, cahaya (sinar tampak)
dikatakan sebagai sumber energi utama di bumi yang secara fisik berupa radiasi
gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang antara 400-740 nm. Di bawah
400 nm berupa sinar ultra ungu (UV) dan siatas 700 nm berupa sinar infra merah
atau merah jauh. Diantara sinar tersebut hanya cahaya yang dapat dimanfaatkan
tanaman untuk proses fotosintesis sehingga disebut radiasi aktif utnuk
fotosintesis (photosynthetic Active
Radiation = PAR).
Pertumbuhan
tanaman ditentukan oleh seberapa besar intensitas cahaya yang dapat diterima
oleh tanaman. Dengan mengukur intensitas cahaya selama pertumbuhan akan
diketahui rata-rata intensitas radiasi matahari pada setiap tempat tumbuh.
Perbedaan faktor lingkungan tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan dan hasil
tanaman yang tercermin dari tinggi tanaman, biomassa, luas daun, dan teba daun.
Karena itu, sangat tepat bila pembuktian peran cahaya terhadap pertumbuhan
tanaman dilakukan melalui acara praktikum ini.
2. Tujuan
Praktikum
Praktikum pengaruh faktor cahaya
terhadap pertumbuhan bertujuan untuk mempelajari perbedaan pertumbuhan tanaman
yang diletakkan di Rumah Kaca, di bawah naungan dan di tempat terbuka.
9
|
B. Tinjauan Pustaka
Tanaman yang baik diperoleh melalui perlakuan
yang tepat pada tanaman. Untuk mendapatkan pertumbuhan dan produktivitas yang
baik diperlukan adanya usaha-usaha perbaikan budidaya antara lain dengan
mengatur intensitas cahaya yang tepat bagi tanaman karena intensitas cahaya
berhubungan erat dengan aktifitas fotosintesis tanaman (Widiastuti et.all, 2004).
Jagung
merupakan tanaman semusim determinat, dan satu siklus hidupnya diselesaikan
dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan
vegetatif dan paruh kedua untuk pertumbuhan generatif. Jagung (Zea mays) merupakan tanaman yang masuk
ke dalam divisi spermatophyta dan
subdivisi angiospermae. Tanaman
jagung atau Zea mays masuk ke dalam
kelas liliopsida dengan ordo poales dan famili poaceae (Anonim, 2011)
Jagung merupakan tanaman semusim
(annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama
dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap
pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun
tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang
dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah
hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas
dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki
kemampuan ini (Anonim, 2011)
Jagung dataran rendah, yang dapat
menghasilkan dengan baik apabila ditanam di dataran rendah atau dibawah 800
mdpl. Jagung dataran tinggi, yang dapat memberikan hasil baik kalau ditanam di
dataran tinggi atau di atas 800 mdpl (Suprapto, 1985)
Tanaman jagung membutuhkan pupuk N dalam jumlah
relatif banyak agar subur dan memberi hasil tinggi. Kebutuhan N dipenuhi dari
dalam tanah maupun pemupukan. Terdapat interaksi antara kepadatan tanaman
dengan takaran N terhadap bobot biji/tongkol dan hasil biji (Sunihardi dan
Hermanto, 1998)
C. Metode Praktikum
1. Waktu
dan Tempat praktikum
Praktikum pengaruh faktor cahaya terhadap pertumbuhan tanaman dilaksanakan pada
hari Minggu tanggal 2 Oktober 2011 pukul 09.00 sampai 11.00 WIB dan
bertempat di rumah kaca Fakultas Pertanian UNS.
2.
Alat dan Bahan
Alat :
a.
Pot/ember
plastik berisi tanah
b.
Cawan
c.
Kertas milimeter
Bahan : Biji jagung
3.
Cara Kerja
Menyediakan pot plastik diameter 30 cm atau polibag
sejumlah 3 buah, isi dengan tanah/media tanam
a.
Memilih biji
jagung yang baik dan direndam dalam air selama 1 jam
b.
Menanamkan 2
biji jagung pada setiap pot yang telah terisi tanah dan setelah satu minggu
pada setiap pot disisakan satu tanaman yang baik
c.
Pot diletakkan
di tiga tempat yang telah ditentukan (di rumah kaca, di bawah naungan dan di
tempat terbuka), masing-masing 2 ulangan
d.
Tanaman disiram
tiap hari sampai tanaman berumur 8 minggu
e.
Pengamatan
meliputi : tinggi tanaman (diukur tiap minggu), panjang dan lebar daun tanaman
(seluruh daun) diukur setelah selesai pengamatan, berat daun, berat batang, dan
berat akar ditimbang dalam keadaan kering konstan (dioven 110˚C, 24 jam)
f.
Mengukur
intensitas cahaya pada pagi hari (09.00) dan siang hari (11.00) selama
pertumbuhan berlangsung dan susun secara sistematis untuk memudahkan analisis.
Data yang diperoleh di analisis secara deskriptif.
D.
Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1.
Hasil Pengamatan
Tabel 2 Tinggi
Tanaman Jagung (Zea mays)
Tinggi Tanaman Minggu ke (cm)
|
Tempat
|
IRM (fc)
|
||||
Rumah Kaca
|
Tempat Terbuka
|
Di bawah naungan
|
Rumah Kaca
|
Tempat Terbuka
|
Di bawah naungan
|
|
1
|
14,1
|
11,6
|
12,5
|
749,14
|
952,29
|
305,5
|
2
|
28,9
|
25,6
|
25,2
|
1165,00
|
2200,00
|
1085,00
|
3
|
43,7
|
40,5
|
38,8
|
417,00
|
1117,50
|
379,00
|
4
|
57,0
|
57,0
|
50,6
|
4432,00
|
4911,40
|
445,60
|
5
|
65,8
|
68,6
|
64,1
|
730,00
|
1224,00
|
730,00
|
6
|
73,4
|
77,4
|
77,4
|
4106,00
|
4724,90
|
740,50
|
7
|
81,4
|
92,3
|
90,9
|
4305,70
|
4724,90
|
800,90
|
8
|
89,0
|
102,7
|
102,2
|
4892,25
|
5930,75
|
770,70
|
Sumber : Data
Rekapan
Gambar 2 Grafik Pengaruh
Faktor Cahaya Terhadap Pertumbuhan Tinggi Tanaman Jagung (Zea mays)
Tabel 3 Panjang, Lebar dan Luas daun Tanaman
jagung (Zea mays)
Tempat
|
Panjang (cm)
|
Lebar (cm)
|
Rumah Kaca
|
56,8
|
4,9
|
Tempat Terbuka
|
65,3
|
5,3
|
Di Bawah Naungan
|
67,5
|
4,7
|
Sumber : Data
Rekapan
Tabel 4 Berat Biomassa Jagung (Zea mays)
Tempat
|
Berat kering (gr)
|
|||
Akar
|
Batang
|
Daun
|
Total
|
|
Rumah Kaca
|
3,7
|
9,5
|
7,6
|
20,8
|
Tempat Terbuka
|
11,9
|
23,1
|
13,9
|
48,9
|
Di Bawah Naungan
|
3,8
|
13,8
|
45,7
|
63,3
|
Sumber : Data
Rekapan
2.
Pembahasan
Berdasarkan
tabel 2 dari data rekapan praktikum, dapat diketahui bahwa cahaya sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman di rumah kaca,
tempat terbuka dan naungan berbeda-beda. Tanaman yang diletakkan di dalam rumah
kaca cenderung tumbuh lebih lambat, hal tersebut terjadi karena intensitas
radiasi matahari di dalam rumah kaca lebih besar sehingga suhu udara di dalam
rumah kaca lebih tinggi dan hal itu menyebabkan tanaman tidak bisa
berfotosintesis secara optimal.
Ukuran
panjang dan lebar daun pada tanaman jagung dengan perlakuan yang tidak sama pun
akan berbeda. Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa daun terpanjang
terdapat pada tanaman jagung yang diletakkan di bawah naungan, dengan panjang
67,5 cm. Sedangkan tanaman jagung pada tempat terbuka memiliki panjang daun
65,3 cm dan pada tanaman jagung yang diletakkan di rumah kaca memiliki panjang
paling kecil yakni hanya 56,8 cm saja. Hal tersebut dikarenakan terlalu panas
dan terlalu banyak cahaya yang terdapat dalam rumah kaca sehingga menyebabkan
pertumbuhan tidak optimal.
Berdasarkan
tabel 3 dapat diketahui bahwa total biomassa terbesar terdapat pada tanaman
jagung yang diletakkan di bawah naungan, yakni dengan berat sebesar 63,3 gram,
sedangkan berat biomassa total tanaman jagung yang diletakkan di tempat terbuka
mencapai 48,9 gram dan pada rumah kaca hanya sebesar 20,8 gram.
Berat biomassa
tanaman yang berada diluar rumah kaca lebih berat daripada di dalam rumah kaca
karena tanaman di luar rumah kaca dapat meradiasi cahaya matahari secara
langsung sehingga proses fotosintesis berlangsung jauh lebih cepat dan tanaman
menjadi jauh lebih berat karena kandungan zat makanannya lebih tinggi.
Sedangkan luas daun pada tanaman diluar lebih luas karena tanaman diluar tidak
mengalami panas seperti pada tanaman yang di dalam rumah kaca. Hal ini
bertujuan agar tanaman di dalam rumah kaca dapat mengurangi penguapan air
dengan daun yang lebih sempit.
E.
Kesimpulan dan saran
1.
Kesimpulan
Berdasarkan
praktikum mengenai pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan tanaman, dapat
disimpulkan bahwa :
a.
Cahaya sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
b.
Tanaman yang
ternaungi dapat tumbuh lebih optimal dibandingkan dengan tanaman yang diletakkan
di tempat terbuka dan rumah kaca yang memiliki intensitas radiasi matahari
lebih besar daripadi di naungan
c.
Tanaman yang
ternaungi memiliki ukuran daun lebih panjang daripada tanaman yang diletakkan
di tepmat terbuka dan rumah kaca dikarenakan tanaman dapat berfotosintesis
optimal sehingga pertumbuhan pun optimal.
d.
Tanaman yang
diletakkan di bawah naungan memiliki biomassa lebih besar daripada tanaman yang
diletakkan di tempat terbuka dan rumah kaca.
2.
Saran
Adapun
beberapa saran untuk menunjang perbaikan fasilitas yang mendukung praktikum
agroekosistem.
a.
Rumah kaca perlu
diadakan perbaikan dikarenakan kondisi dalam rumah kaca kurang baik.
b.
Kondisi kamar
mandi di dalam rumah kaca perlu diperbaiki agar dapat berfungsi seperti
selayaknya.
DAFTAR PUSTAKA
______. 2011. Taksonomi Tanaman Jagung. http://jagungkuningbone.blogspot.com/2010/02/taksonomi-tanaman-jagung.html. Diakses tanggal 29 Oktober 2011
Sunihardi
dan Hermanto, 1998. Jurnal : Laporan
Tahunan Puslitbang Tanaman Pangan. Balai Penelitian dan Pengembangan
Pertanian: Bogor.
Suprapto,
1985. Bertanam Jagung. Penebar
Swadaya: Jakarta
ACARA III
PENGARUH FAKTOR SUHU TERHADAP PERTUMBUHAN
TANAMAN
A.
Pendahuluan
1. Latar
Belakang
Suhu udara pada
prinsipnya adalah kandungan energi panas pada suatu obyek, dan bersumber dari
radiasi matahari (energi solar) sehingga faktor suhu sangat berkaitan dengan
faktor radiasi cahaya matahati. Suhu dipermukaan bumi sangat bervariasi oleh
karena perbedaan tinggi tempat (altitude)
dan letak lintang (latitude). Sebagai
contoh, suhu udara di padang pasir dapat mencapai 58˚C pada siang hari dan
-40˚C di kutub.
Pertumbuhan
tanaman ditentukan oleh aktifitas metabolisme yang terkendali oleh faktor
lingkungan diantaranya suhu. Proses fotosintesis berjalan baik pada suhu
sekitar 21˚C dan dalam kondisi demikian proses pembentukan senyawa glukose
relatif lancar sehingga kesempatan untuk mengantarkan fotosintat ke seluruh
tubuh cukup tinggi. Namun demikian, pada suhu yang relatif rendah, kesempatan
tersebut terhambat oleh ketersediaan energi karena proses pembakaran atau
respirasi pada suhu rendah akan menghasilkan energi yang relatif kecil.
Demikianlah suhu ikut berperan dalam keberhasilan pertumbuhan tanaman.
2. Tujuan
Praktikum
Praktikum
pengaruh faktor suhu terhadap pertumbuhan bertujuan untuk mempelajari perbedaan
pertumbuhan tanaman yang diletakkan di Rumah Kaca, di bawah naungan dan di
tempat terbuka.
17
|
B.
Tinjauan
Pustaka
Kedelai
putih (Glycine max) merupakan tanaman
yang masuk ke dalam divisi spermatophyta
dengan subdivisi angiospermae.
Tanaman kedelai merupakan tanaman berbiji tunggal (monocotyledonae) yang masuk ke dalam ordo fabales dan famili fabaceae. kedelai
putih memiliki nama genus glycine dengan spesies max (Anonim, 2011)
Kedelai
merupakan terna
dikotil
semusim dengan percabangan sedikit, sistem perakaran akar tunggang, dan batang
berkambium. Kedelai dapat berubah penampilan menjadi tumbuhan setengah merambat
dalam keadaan pencahayaan rendah. Kedelai, khususnya kedelai putih dari daerah
subtropik, juga merupakan tanaman hari-pendek
dengan waktu kritis rata-rata 13 jam. Ia akan segera berbunga apabila pada masa
siap berbunga panjang hari kurang dari 13 jam. Ini menjelaskan rendahnya
produksi di daerah tropika, karena tanaman terlalu dini berbunga ( Anonim,
2011)
Sebagai
sumber protein yang murah dan terjangaku oleh lapisan bawah, kedelai perlu
terus ditingkatkan produksinya mengingat kebutuhan yang terus meningkat.
melalui penelitian telah dihasilkan teknologi yang menunjang upaya peningkatan
produksi (Sunihardi dan Hermanto, 1998)
Kehilangan
hasil kedelai karena serangan hama ditentukan oleh berbagai faktor antaralain
tinggi rendahnya populasi, bagian tanaman yang dirusak, intensitas serangan,
tanggapan tanaman terhadap gangguan kerusakan, fase pertumbuhan tanaman, dan
kemampuan petani melaksanakan pengendalian (Marwoto,1992)
Suhu
merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman kedelai. Suhu
berkorelasi
positif dengan radiasi matahari
Tinggi rendahnya suhu disekitar tanaman ditentukan oleh radiasi
matahari, kerapatan tanaman, distribusi cahaya dalam tajuk tanaman, kandungan
lengas tanah Suhu mempengaruhi beberapa proses fisiologis
penting: bukaan stomata, laju transpirasi, laju penyerapan air dan nutrisi,
fotosintesis, dan respirasi
(Didik J Rachbini, 2008)
(Didik J Rachbini, 2008)
C.
Metode
Praktikum
1. Waktu
dan Tempat praktikum
Praktikum pengaruh faktor suhu terhadap pertumbuhan dilaksanakan pada
hari Minggu tanggal 2 Oktober 2011 pukul 09.00 sampai 11.00 WIB dan
bertempat di rumah kaca Fakultas Pertanian UNS.
2.
Alat dan Bahan
Alat :
a.
Pot/ember
plastik berisi tanah
b.
Cawan
c.
Kertas milimeter
Bahan : Biji
kedelai
3.
Cara Kerja
a.
Menyediakan pot
plastik diameter 30 cm atau polibag sejumlah 6 buah, isi dengan tanah/media
tanam
b.
Memilih biji
kedelai yang baik dan rendam dalam air selama 1 jam
c.
Menanamkan 2
biji kedelai pada setiap pot yang telah terisi tanah dan setelah satu minggu
pada setiap pot disisakan satu tanaman yang baik
d.
Pot diletakkan
di tiga tempat yang telah ditentukan (di rumah kaca, di bawah naungan dan di
tempat terbuka), masing-masing 2 ulangan
e.
Tanaman disiram
tiap hari sampai tanaman berumur 8 minggu
f.
Pengamatan
meliputi : tinggi tanaman (diukur tiap minggu), panjang dan lebar daun tanaman
(seluruh daun) diukur setelah selesai pengamatan, berat daun, berat batang, dan
berat akar ditimbang dalam keadaan kering konstan (dioven 110˚C, 24 jam)
g.
Mengukur intensitas
cahaya pada pagi hari (09.00) dan siang hari (11.00) selama pertumbuhan
berlangsung dan susun secara sistematis untuk memudahkan analisis. Data yang
diperoleh di analisis secara deskriptif.
D.
Hasil
Pengamatan dan Pembahasan
1. Hasil
Pengamatan
Tabel 5 Tinggi
Tanaman Kedelai (Glycine max)
Tinggi Tanaman Minggu ke (cm)
|
Tempat
|
Suhu (0C)
|
||||
Rumah Kaca
|
Tempat Terbuka
|
Di bawah naungan
|
Rumah Kaca
|
Tempat Terbuka
|
Di bawah naungan
|
|
1
|
6,4
|
4,1
|
5,9
|
40,86
|
41,43
|
28,57
|
2
|
13,2
|
7,1
|
11,2
|
36,00
|
33,50
|
32,50
|
3
|
20,2
|
10,2
|
12,9
|
34,50
|
32,00
|
32,00
|
4
|
24,8
|
14,3
|
17,8
|
36,01
|
36,50
|
34,40
|
5
|
33,4
|
15,3
|
21,5
|
33,67
|
33,00
|
32,33
|
6
|
43,5
|
20,0
|
24,8
|
42,80
|
39,10
|
33,90
|
7
|
52,0
|
35,2
|
33
|
39,70
|
40,70
|
34.50
|
8
|
56,4
|
24,6
|
35,5
|
39,00
|
28,25
|
29,00
|
Sumber : Data Rekapan
Gambar 3 Grafik Pengaruh Faktor Suhu Terhadap Pertumbuhan Tinggi Tanaman
Kedelai (Glycine max)
Tabel 6 Panjang,
Lebar dan Luas daun Tanaman Kedelai (Glycine max)
Tempat
|
Panjang (cm)
|
Lebar (cm)
|
Rumah Kaca
|
3,2
|
2,1
|
Tempat Terbuka
|
6,0
|
4,4
|
Di Bawah Naungan
|
4,6
|
3,0
|
Sumber
: Data Rekapan
Tabel 7 Berat Biomassa Kedelai (Glycine max)
Tempat
|
Berat kering (gr)
|
|||
Akar
|
Batang
|
Daun
|
Total
|
|
Rumah Kaca
|
0,4
|
0,8
|
0,5
|
1,7
|
Tempat Terbuka
|
2,4
|
1,4
|
1,5
|
5,3
|
Di Bawah Naungan
|
1,0
|
1,1
|
1,0
|
3,1
|
Sumber : Data
Rekapan
2. Pembahasan
Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Suhu mempengaruhi beberpa proses
fisiologis penting yaitu :
a.
Buka dan
menututupnya stomata
b.
Transpirasi
c.
Penyerapan
air dan nutrisi (unsur hara)
d.
Fotosintesis
e.
Respirasi
f.
Kinerja
enzim
g.
Cita rasa
tanaman
h.
Pembentukan
primordia bunga
Peningkatan suhu sampai titik optimum akan diikuti
oleh peningkatan proses-proses tersebut dan setelah melewati titik optimum
proses tersebut mulai dihambat baik secara fisik maupun kimia. Menurunnya
aktivitas enzim (degradasi enzim).
Rata-rata suhu tertinggi selama
praktikum terdapat di rumah kaca yaitu sekitar 37,82 0C. Sedangkan
suhu di tempat terbuka dan naungan lebih rendah daripada di rumah kaca meskipun
sama-sama lebih dari 300C. Rata-rata suhu di tempat terbuka selama
praktikum adalah 35,56 0C sedangkan suhu di bawah naungan sekitar
32,15 0C.
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat
bahwa tanaman tumbuh tinggi di rumah kaca, akan tetapi pertumbuhan tinggi
tanaman tersebut tidak diimbangi dengan pertumbuhan berat tanaman. Hal tersebut
dikarenakan suhu di dalam rumah kaca terlalu tinggi sehingga proses
fotosintesis tidak dapat optimal.
Berdasarkan tabel 6 pertumbuhan
panjang dan lebar daun yang terbesar terdapat pada tanaman kedelai yang
diletakkan di tempat terbuka yakni dengan panjang 6,0 cm dan lebar daun
mencapai 4,4 cm. Sedangkan pad tanaman kedelai yang diletakkan di tempat yang
ternaungi, panjang daun mencapai 4,6 cm dan lebar daun mencapai 3,0 cm. Tanaman
kedelai pada rumah kaca memiliki panjang dan lebar daun terkecil yakni dengan
panjang hanya mencapai 3,2 cm dan lebar hanya mencapai 2,1 cm saja.
Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui
bahwa berdasarkan biomassa total, tanaman kedelai yang diletakkan di tempat
terbuka lebih besar biomassa-nya yakni sebesar 5,3 gram dibandingkan biomassa
tanaman kedelai yang diletakkan di tempat ternaungi dan di dalam rumah kaca
dengan biomassa masing-masing 3,1 dan 1,7 gram.
Berat biomassa tanaman yang berada
diluar rumah kaca lebih berat daripada di dalam rumah kaca karena tanaman di
luar rumah kaca dapat meradiasi cahaya matahari secara langsung sehingga proses
fotosintesis berlangsung jauh lebih cepat dan tanaman menjadi jauh lebih berat
karena kandungan zat makanannya lebih tinggi. Sedangkan luas daun pada tanaman
diluar lebih luas karena tanaman diluar tidak mengalami panas seperti pada
tanaman yang di dalam rumah kaca. Hal ini bertujuan agar tanaman di dalam rumah
kaca dapat mengurangi penguapan air dengan daun yang lebih sempit.
E.
Kesimpulan
dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum mengenai
pengaruh faktor suhu terhadap pertumbuhan tanaman dapat disimpulkan bahwa :
a. Tanaman
kedelai yang tumbuh di rumah kaca tidak dapat tumbuh optimal dikarenakan
terlalu tinggi suhu yang ada di rumah kaca.
b. Tanaman
kedelai yang diletakkan di tempat terbuka dapat tumbuh optimal karena suhu yang
optimal untuk berfotosintesis terdapat di tempat terbuka sehingga pertumbuhan
dapat optimal.
c. Tanaman
kedelai yang terdapat di tempat terbuka memiliki berat biomassa jauh lebih
besar dibandingkan dengan tanaman kedelai yang diletakkan di tempat ternaungi
dan rumah kaca.
2. Saran
Adapun
beberapa saran untuk menunjang perbaikan fasilitas yang mendukung praktikum
agroekosistem.
a.
Rumah kaca perlu
diadakan perbaikan dikarenakan kondisi dalam rumah kaca kurang baik.
b.
Kondisi kamar
mandi di dalam rumah kaca perlu diperbaiki agar dapat berfungsi seperti
selayaknya
DAFTAR
PUSTAKA
Marwoto et al .
1992. Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Kedelai. Balai Penelitian Dan
Pengendalian : Malang
Sunihardi dan Hermanto, 1998. Jurnal : Laporan Tahunan Puslitbang Tanaman Pangan. Balai
Penelitian dan Pengembangan Pertanian: Bogor.
Didik
J Rachbini. 2008. Hubungan Suhu dan Pertumbuhan Tanaman. http://www. faperta.ugm.ac.id.
(diakses pada 29 November 2010 : 10.30).
ACARA
IV
PERSAINGAN ANTARA TANAMAN SEJENIS
(INTRASPESIFIK)
A.
Pendahuluan
1. Latar
Belakang
Didalam
masyarakat tumbuhan seperti padang rumput, semak belukar, hutan daerah
pertanian (sawah, tegal, pekarangan, perkebunan, dan sebagainya), akan terjadi
persaingan antara individu dari satu jenis atau berbagai jenis. Kompetisi
terjadi terutama jika individu-individu tersebut mempunyai kebutuhan yang sama
terhadap unsur hara, air, intensitas radiasi matahari, dan faktor lingkungan
lain yang dalam kondisi terbatas. Di alam bebas tumbuhan tidak bersaing satu
sama lain dengan cara fisik seperti binatang tetapi menggunakan pengaruh
terhadap lingkungan tempat hidup. Akar suatu tumbuhan dapat lebih kuat dari
yang lain dalam pengambilan unsur pada ruang atau tempat tumbuh yang sama.
Teori ekologi menjelaskan bahwa
ketergantungan, keterkaitan antar makhluk hidup, dan interaksi dengan
lingkungan fisik merupakan kunci harmonisasi kehidupan di dalam suatu
ekosistem. Didalamnya mengandung pengertian beragam tipe interaksi dan salah
satu diantaranya adalah kompetisi atau persaingan. Dampak dari peristiwa
kompetisi adalah makhluk hidup tetap eksis dalam mempertahankan hidup atau
menderita dan akhirnya tidak mampu bertahan melanjutkan siklus hidup. Hal
inilah yang akan diamati untuk melihat kenyataan bahwa individu tanaman yang
bersaing tetap tumbuh dengan baik atau mengalami kemunduran.
2. Tujuan
Praktikum
25
|
B. Tinjauan Pustaka
Pengaruh kerapatan tanaman terhadap
diameter dan tinggi tanaman yaitu semakin besar kerapatan tanaman maka semakin
kecil diameter dan tinggi tanaman dan semakin kecil kerapatan tanaman maka
semakin besar diameter dan tinggi tanaman yang ada. Hal ini disebabkan karena
kerapatan yang besar berarti jumlah tanaman sejenis banyak tumbuh di ruang
sempit, saling berkompetisi untuk mendapatkan air, dan nutrisi yang jumlahnya
terbatas. Oleh karena itu diameter batang dan tinggi tanaman tidak dapat tumbuh.
Begitupun sebaliknya, jika kerapatan kecil maka air dan nutrisi yang tersedia
akan semakin besar dan kesempatan tanaman untuk menyerap air dan nutrisi
semakin besar, sehingga diameter batang dan tinggi tanaman bisa tumbuh secara
maksimal. Pengaruh kerapatan tanaman terhadap pertumbuhan akar dan tajuk yaitu
semakin besar kerapatan tanaman, pertumbuhan akar dan tajuk tanaman akan
semakin kecil karena faktor nutrisi dan air akan diperebutkan oleh
banyak tanaman yang sejenis (Anonim, 2007)
Persaingan
antar tanaman sejenis dalam mendapatkan air ataupun cahaya matahari berpengaruh
terhadap pertumbuhan vegetatif, sehingga jarak tanam yang lebih lebar akan
lebih memacu pertumbuhan vegetatif tanaman. Jarak tanam yang lebih longgar
dapat menghasilkan berat kering brangkasan yang lebih besar daripada jarak
tanam yang lebih rapat. Berat kering brangkasan adalah indikator pertumbuhan
tanaman karena berat kering tanaman merupakan hasil akumulasi asimilat tanaman
yang diperoleh dari total pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kerapatan
tanaman tinggi membuat semakin kecilnya hasil fotosintesis sebagai akibat
berkurangnya penerimaan cahaya matahari, unsur hara dan air, sehingga semakin
kecil pula hasil fotosintesis yang ditranslokasikan dan disimpan dalam batang.
Ternyata tanam yang lebih rapat mampu memberikan hasil umbi tiap petak yang
tinggi dari pada jarak tanam yang lebih renggang. Dengan jarak tanam yang lebih
rapat berarti populasi tanaman tinggi, sementara itu berat umbi per tanaman
tidak berbeda nyata sehingga jumlah populasi tanaman sangat menentukan hasil
yang didapat tiap petakan (Kartasaputra, 1987)
Pengaturan
jarak tanam, populasi dan pengolahan tanah memperlihatkan bahwa perlakuan
pengolahan tanah berpengaruh sangat nyata terhadap parameter pertumbuhan dan
produksi tanaman. Perlakuan populasi berpengaruh nyata sampai sangat nyata.
Salah satu bentuk interaksi antara satu populasi dengan populasi lain atau antara individu satu dengan
individu lain adalah bersifat persaingan (kompetisi). Persaingan terjadi bila
kedua individu mempunyai kebutuhan sarana pertumbuhan yang sama sedangkan
lingkungan tidak menyediakan kebutuhan tersebut dalam jumlah yang cukup.
Persaingan ini akan berakibat negatif atau menghambat pertumbuhan
individu-individu yang terlibat. Persaingan dapat terjadi diantara sesama jenis
atau antar spesies yang sama (intraspesifik
competition), dan dapat pula terjadi antara jenis-jenis yang berbeda (interspsifik competition). Persaingan
sesama jenis pada umumnya terjadi lebih awal dan menimbulkan pengaruh yang
lebih buruk dibandingkan persaingan yang terjadi antar jenis yang berbeda.
(Campbell, 2002)
C.
Metode
Praktikum
1. Waktu
dan Tempat praktikum
Praktikum persaingan antara tanaman sejenis dilaksanakan pada
hari Minggu tanggal 2 Oktober 2011 pukul 09.00 sampai 11.00 WIB dan
bertempat di rumah kaca Fakultas Pertanian UNS.
2.
Alat dan Bahan
Alat :
a.
Pot/ember
plastik berisi tanah
b.
Cawan
c.
Meteran
Bahan : Biji tanaman jagung, kacang hijau dan
kedelai
3.
Cara Kerja
a.
Menyediakan pot
plastik atau polibag yang berisi tanah atau media tanam ( 9 buah)
b.
Memilih biji
jagung, kacang hijau, dan kedelai yang baik dan rendam dalam air selama 1 jam
c.
Menanam
biji-biji tersebut kedalam pot-pot atau polibag dan diatur sedemikian rupa
sehingga dalam percobaan ini terdapat beberapa perlakuan: pot ditanami 2 biji,
4 biji, 8 biji dan masing-masing diulang 3 kali
d.
Menyediakan beberapa
pot yang ditanami 3 jenis biji tersebut sebagai cadangan untuk penyulaman
apabila selama percobaan ada tanaman yang mati
e.
Penyiraman dan
perawatan tanaman yang lain dilakukan setiap hari
f.
Dilakukan
pengamatan sampai tanaman berumur 6 minggu dan ukur tinggi tanaman setiap
minggu
g.
Membandingkan
pertumbuhan tinggi tanaman pada tiap jenis tanaman yang memiliki kerapatan
tanam berbeda
h.
Dilakukan
pengujian statistik apabila ada pengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman
i.
Dilakukan
penimbangan biomassa pada saat selesai pengamatan dan gambarkan perbedaan
biomassa dari beberapa kerapatan tanam tersebut
j.
Catatan : pada
pot yang ditumbuhi lebih dari satu individu tanaman akan terjadi persaingan
antara tanaman tersebut dalam pengambilan unsur hara dan atau cahaya.
D.
Hasil
Pengamatan dan Pembahasan
1. Hasil
Pengamatan
Tabel 8 Tinggi Tanaman Jagung (Zea mays), Kacang Hijau (Vigna
radiata) dan Kedelai (Glycine max)
Tinggi Tanaman
Minggu ke (cm)
|
Jenis Tanaman
(cm)
|
||||||||
Jagung (biji)
|
Kacang Hijau
(biji)
|
Kedelai (biji)
|
|||||||
2
|
4
|
8
|
2
|
4
|
8
|
2
|
4
|
8
|
|
1
|
11,2
|
25,2
|
37,3
|
7,1
|
17,2
|
26,8
|
10,7
|
21,3
|
32,9
|
2
|
49,4
|
59,0
|
67,6
|
35,8
|
49,7
|
64
|
36,4
|
49,7
|
60,5
|
3
|
71,4
|
83,4
|
13,0
|
60,4
|
68,2
|
7,0
|
68,9
|
78,2
|
12,4
|
4
|
26,1
|
34,1
|
49,1
|
15,0
|
22,6
|
34,9
|
22,5
|
28,3
|
40,3
|
5
|
54,2
|
66,0
|
60,6
|
43,7
|
54,8
|
55,9
|
48,5
|
55,9
|
64,6
|
6
|
74,7
|
12,8
|
26,5
|
57,4
|
6,5
|
13,9
|
63,8
|
10,9
|
20,4
|
7
|
36,5
|
45,2
|
52,7
|
19,3
|
24,3
|
36,9
|
29,8
|
34,8
|
39,9
|
8
|
58,7
|
67,9
|
74,4
|
46,4
|
53,2
|
53,1
|
46,9
|
53,1
|
49,7
|
Sumber
: Data Rekapan
Gambar 4 Grafik Persaingan
Tanaman Sejenis Terhadap Tinggi Tanaman Jagung (Zea mays)
Gambar 5 Grafik Persaingan
Tanaman Sejenis Terhadap Tinggi Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata)
Gambar 6 Grafik Persaingan Tanaman Sejenis Terhadap
Tinggi Tanaman Kedelai (Glycine max)
Tabel
9 Berat Biomassa Jagung (Zea mays),
Kacang Hijau (Vigna radiata) dan Kedelai (Glycine max)
Tinggi Tanaman Minggu Ke (cm)
|
Jenis Tanaman (cm)
|
||||||||
Jagung (biji)
|
Kacang Tanah (biji)
|
Kedelai (biji)
|
|||||||
2
|
4
|
8
|
2
|
4
|
8
|
2
|
4
|
8
|
|
Total Biomassa
|
27,6
|
27,1
|
27,4
|
6,0
|
6,3
|
8,3
|
10,5
|
13,7
|
10,3
|
Gambar 7 Histogram Persaingan Tanaman Sejenis Terhadap Berat Biomassa
Tanaman Jagung (Zea mays), Kacang Hijau (Vigna radiata) dan Kedelai (Glycine
max)
2.
Pembahasan
Dari hasil pengamatan dan pengukuran di atas, dapat kita
ketahui bahwa tanaman dengan kerapatan rendah (renggang) memiliki tinggi dan
berat yang lebih besar. Hal tersebut terjadi karena tanaman yang ditanam dengan
kerapatan rendah (renggang) tidak mengalami persaingan, sehingga laju
pertumbuhannya tak terhambat. Tanaman
yang ditanam dengan kerapatan tinggi, berat biomassanya akan semakin kecil
seperti yang terlihat pada perlakuan dengan 8 biji.
Jarak tanam sangat penting dalam penanaman tanaman tersebut karena apabila menanam pada jarak yang
terlalu dekat akan mengakibatkan antar tanaman berebut unsur hara sehingga
tanaman yang kalah bersaing dapat mati karena kekurangan unsur hara. Selain itu
kebutuhan akan air juga sangat mempengaruhi pertumbuhan. Apabila tanaman
kekurangan air maka tanaman itu tidak dapat tumbuh dengan subur, atau akibatnya
salah satu dari tanaman akan ada yang mati karena kalah bersaing / kalah
berkompetisi mencari makan untuk bertahan hidup.
Selain
tinggi, berat biomassa pada pengamatan persaingan tanaman sejenis
pada tanamna jagung, kacang hijau, serta kedelai menunjukkan perbedaan
yang berarti. Polybag dengan 2 biji memiliki berat biomassa yang lebih berat disbanding polybag
dengan jumlah biji berbeda karena
adanya
persaingan antar tanaman itu
sendiri dalam mendapat nutrisi yang diperoleh dari bawah tanah. Semakin banyak
jumlah tanaman dalam satu wadah dengan jumlah unsure hara/nutrisi yang sama,
maka akan menghasilkan berat biomassa yang berbeda karena semakin banyak
tanaman yang ada maka akan semakin sedikit nutrisi yang diserap sehingga berat
biomassa-nya pun semakin sedikit.
Untuk total berat basah biomassanya
secara berurutan dari perlakuan penanaman 1 biji sampai perlakuan 8 biji adalah
3,64 gr; 1,58 gr; 0,00 gr; dan 0,22 gr. Dan untuk total berat kering
biomassanya secara berurutan dari perlakuan penanaman 1 biji sampai perlakuan 7
biji adalah 5,78 gr; 0,30 gr; 0,00 gr; dan 0,03 gr.
E.
Kesimpulan dan Saran
1.
Kesimpulan
a. Semakin banyak
tanaman yang ditanam dalam satu wadah maka persaingan unsur-unsur hara, air,
cahaya matahari dan udara semakin ketat.
b. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut akan
terhambat dan tidak stabil.
c. Jarak
tanam sangat berpengaruh dalam mendapatkan unsur hara tanaman
d. Semakin
rapat suatu populasi dalam pembudidayaan akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman
maupun pada produksi tanaman.
e. Pada
tanaman yang bermedia terbatas, kerapatan lebih longgar akan mendapatkan unsur
yang cukup baik dari cahaya matahari, unsur hara, air dan faktor penunjang
lainya.
2.
Saran
Adapun beberapa saran untuk menunjang perbaikan
fasilitas yang mendukung praktikum agroekosistem.
c.
Rumah kaca perlu
diadakan perbaikan dikarenakan kondisi dalam rumah kaca kurang baik.
d.
Kondisi kamar
mandi di dalam rumah kaca perlu diperbaiki agar dapat berfungsi seperti
selayaknya.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2007. Pengaruh Kerapatan Tanaman Terhadap
Pertumbuhan Tanaman..http://www.scribd.com/doc/66493698/Perssaingan-tumbuhan.
Diakses tanggal 29 Oktober 2011
Cambell, NA. 2002. Biologi Jilid II. Erlangga: Jakarta
Kartasapoetra, G. 1987. “Teknologi Konservasi Tanah dan Air”. Jakarta : PT Rineka Cipta.
ACARA
V
ALLELOPHATI
A.
Pendahuluan
1. Latar
Belakang
Alelopati merupakan
interaksi antar populasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat
menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans)
jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang
bersifat toksik. Pada mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai anabiosa
atau antibiotisme. Contoh, jamur Penicillium
sp. dapat menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri tertentu.
Alelopati
tentunya menguntungkan bagi spesies yang menghasilkannya, namun merugikan bagi
tumbuhan sasaran. Oleh karena itu, tumbuhan-tumbuhan yang menghasilkan
alelokimia umumnya mendominasi daerah-daerah tertentu, sehingga populasi hunian
umumnya adalah populasi jenis tumbuhan penghasil alelokimia. Dengan adanya
proses interaksi ini, maka penyerapan nutrisi dan air dapat terkonsenterasi
pada tumbuhan penghasil alelokimia dan tumbuhan tertentu yang toleran terhadap
senyawa ini.
Proses
pembentukkan senyawa alelopati sungguh merupakan proses interaksi antarspesies
atau antarpopulasi yang menunjukkan suatu kemampuan suatu organisme untuk
mempertahankan kelangsungan hidup dengan berkompetisi dengan organisme lainnya,
baik dalam hal makanan, habitat, atau dalam hal lainnya.
2. Tujuan
Praktikum
Praktikum
allelophati bertujuan untuk mempelajari pengaruh Allelophati alang-alang
terhadap perkecambahan.
35
|
B. Tinjauan Pustaka
Alelopati merupakan suatu peristiwa
dimana suatu individu tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat
pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut
(Rohman, 2001)
(Rohman, 2001)
Beberapa
pengaruh alelopati terhadap aktivitas tumbuhan antara lain : Senyawa alelopati
dapat menghambat penyerapan hara yaitu dengan menurunkan kecepatan penyerapan
ion-ion oleh tumbuhan. Beberapa alelopat menghambat pembelahan sel-sel akar
tumbuhan. Beberapa alelopat dapat menghambat pertumbuhan yaitu dengan
mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan. Beberapa senyawa alelopati memberikan
pengaruh menghambat respirasi akar. Senyawa alelopati memberikan pengaruh
menghambat sintesis protein. Beberapa senyawa alelopati dapat menurunkan daya
permeabilitas membran pada sel tumbuhan. Senyawa alelopati dapat menghambat
aktivitas enzim (Anonim, 2011)
Mekanisme pengaruh alelokimia (khususnya
yang menghambat) terhadap pertumbuhan dan perkembangan organisme (khususnya
tumbuhan) sasaran melalui serangkaian proses yang cukup kompleksproses tersebut
diawali di membran plasma dengan terjadinya kekacauan struktur, modifikasi
saluran membran, atau hilangnya fungsi enzim ATP-ase. Hal ini akan berpengaruh
terhadap penyerapan dan konsentrasi ion dan air yang kemudian mempengaruhi pembukaan
stomata dan proses fotosintesis. Hambatan berikutnya mungkin terjadi dalam
proses sintesis protein, pigmen dan senyawa karbon lain, serta aktivitas
beberapa fitohormon. Sebagian atau seluruh hambatan tersebut kemudian bermuara
pada terganggunya pembelahan dan pembesaran sel yang akhirnya menghambat
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan sasaran.
(Einhellig, 1995)
Senyawa-senyawa
kima dapat ditemukan pada jaringan tumbuhan (daun, batang, akar, rhizoma,
bunga, buah, dan biji). Lebih lanjut dijelaskan bahwa senyawa-senyawa tersebut dapat
terlepas dari jaringan tumbuhan melalui berbagai cara yaitu melalui penguapan, eksudat akar,
pencucian, dan pembusukan bagian-bagian organ yang mati
(Rohman, 2001)
(Rohman, 2001)
Kuantitas dan kualitas
senyawa alelopati yang dikeluarkan oleh tumbuhan dapat dipengaruhi oleh
kerapatan tumbuhan alelopat, macam tumbuhan alelopat, saat kemunculan tumbuhan
alelopat, lama keberadaan tumbuhan alelopat, habitus tumbuhan alelopat,
kecepatan tumbuh tumbuhan alelopat, dan jalur fotosintesis tumbuhan alelopat
(Budianta, 2001)
C.
Metode
Praktikum
1. Waktu
dan Tempat praktikum
Praktikum
Allelopathi dilaksanakan pada hari Kamis tanggal Oktober 2011 pukul sampai WIB dan bertempat di rumah kaca Fakultas
Pertanian UNS.
2. Alat
dan Bahan
Alat :
a. Cawan
petri
b. Kertas
saring
c. Corong
penyaring
d. Mangkok
penggerus
e. Kertas
merang
Bahan
:
a. Bagian
akar alang-alang
b. Biji
kacang hijau dan kedelai
3. Cara
Kerja
a. Memilih
biji kacang hijau dan kedelai yang baik
b. Menyediakan
beberapa cawan petri lapisi dengan kertas merang
c. Membuat
ekstrak alang-alang dengan cara sebagai berikut :
-
Menghaluskan bagian akar alang-alang
dengan mangkok penggerus
-
Mencampurkan bahan gerusan tersebut
dengan air (aquadest) dengan perbandingan bagian tumbuhan dan air (1:3, 1:6)
dan rendam selama 24 jam
-
Setelah 24 jam saring ekstrak yang
diperoleh
d. Meletakkan
10 biji kacang hijau (2 petri) dan kedelai kedalam cawan petri yang berbeda
(lakukan dua ulangan)
e. Menyiramkan
5 ml ekstrak alang-alang kedalam cawan petri yang sudah berisi biji-biji
tersebut
f. Disiapkan
pula cawan petri dan biji seperti diatas dan disiram dengan air
g. Mengamati
perkecambahan biji-biji tersebut setiap hari selama 7-10 hari
h. Menentukan
persentase perkecambahan
i.
Membandingkan dengan perkecambahan yang
hanya disiram denagn air/aquadest (kontrol)
j.
Data yang terkumpul disajikan dalam
bentuk histogram.
D.
Hasil
Pengamatan dan Pembahasan
1. Hasil
Pengamatan
a. Kacang
Hijau
Perbandingan 1:3
Kecepatan kecambah =
=
100 %
Daya kecambah =
=
100 %
Perbandingan 1:6
Kecepatan kecambah =
= 80
%
Daya kecambah =
= 60
%
b. Kedelai
Perbandingan 1:3
Kecepatan kecambah =
= 20
%
Daya kecambah =
= 20
%
Perbandingan 1:6
Kecepatan kecambah =
= 40
%
Daya kecambah =
= 40
%
2.
Pembahasan
Alelopati
merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan yang menghasilkan zat
kimia dan dapat menghambat pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing
dengan tumbuhan tersebut.
Beberapa pengaruh alelopati terhadap
aktivitas tumbuhan antara lain : Senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan
hara yaitu dengan menurunkan kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan.
Beberapa alelopat menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan. Beberapa
alelopat dapat menghambat pertumbuhan yaitu dengan mempengaruhi pembesaran sel
tumbuhan. Beberapa senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat respirasi
akar. Senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat sintesis protein.
Beberapa senyawa alelopati dapat menurunkan daya permeabilitas membran pada sel
tumbuhan. Senyawa alelopati dapat menghambat aktivitas enzim.
Dalam praktikum Allelopathi, untuk
mengetahui pengaruh allelopath terhadap pertmbuhan tanaman maka dilakukan
percobaan dengan pemberian ekstrak alang-alang pada biji-biji kedelai dan
kacang hijau. Setelah beberapa hari maka akan dapat dihitung daya kecambah dan
kecepatan kecambah. Dari hasil penghitungan kecepatan dan daya kecambah dapat
diketahui seberapa besar pengaruh alelopath alang-alang terhadap pertumbuhan
perkecambahan kedelai dan kacang hijau.
Daya Kecambah adalah kemampuan benih untuk tumbuh atau berkecambah normal.
Daya kecambah dapat dihitung dengan rumus :
Sedangkan kecepatan kecambah dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
a. Kacang
Hijau
Dari hasil pengamatan di
atas, dapat disimpulkan bahwa perbandingan ekstrak alang-alang yang diberikan pada
biji kacang hijau mempengaruhi pertumbuhan biji kacang hijau karena pada
perbandingan 1:3 menghasilkan presentase kecepatan dan daya kecambah yaitu
sebesar 100%. Semua biji tumbuh karena tidak busuk dan berjamur. Akan tetapi,
pada perbandingan 1:6 prosentase kecepatan dan daya tumbuh mengalami perbedaan
dengan perbandingan 1:3. Pada perbandingan 1:6, kecepatan tumbuh hanya mencapai
80 % sedangkan daya tumbuh mencapai 60 % saja. Jamur yang terdapat pada cawan
dengan perbandingan 1:6 lebih banyak daripada yang terdapat pada perbandingan
1:3. Hal tersebut menunjukkan bahwa ekstrak alang-alang menghambat
perkecambahan pada biji kacang hijau.
b.
Kedelai
Dari pengamatan di atas,
dapat disimpulkan bahwa perbandingan ekstrak alang-alang yang diberikan pada
biji kedelai mempengaruhi pertumbuhan kedelai, pada perbandingan 1:3 kecepatan
kecambah dan daya kecambah sama, yaitu 20%. Terdapat masing-masing 8 biji yang
tidak tumbuh dikarenakan tumbuhnya jamur. Sedangkan pemberian ekstrak alang-alang
dengan perbandingan 1:6 kecepatan kecambah dan daya kecambah hanya mencapai 40
% dikarenakan tumbuhnya jamur yang menyebabkan biji menjadi busuk, berwarna
kecoklatan dan tidak dapat tumbuh dan berkecambah.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan
praktikum mengenai allelophati padatanaman, dapat disimpulkan bahwa :
a. Allelophati
dapat merugikan tanaman karena dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
b. Perbandingan
pemberian senyawa allelopath dapat memberikan pengaruh yang berbeda pada
tanaman kedelai dan kacang hijau.
c. Pertumbuhan
jamur akibat ekstrak alang-alang dapat menyebabkan biji kedelai dan kacang
hijau menjadi busuk dan berwarna coklat serta berbau tidak sedap sehingga dapat
menyebabkan tanaman gagal tumbuh.
2. Saran
Adapun beberapa
saran untuk perbaikan sarana prasarana praktikum adalah sebagai berikut :
a. Perlu
ditambah alat-alat laboratorium yang lebih modern untuk perbaikan kualitas.
b. Perbaikan
wastafel dan sumber air agar lebih baik dan lebih nyaman apabila digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Alelopati. http://ifaradie.blogspot.com/2011/03/alelopati.html.
Diakses tanggal 29 Oktober 2011
Einhellig FA. 1995. Allelopathy: Current status and
future goals. Dalam Inderjit, Dakhsini KMM, Einhellig FA (Eds). Allelopathy.
Organism, Processes and Applications. Washington DC: American Chemical Society.
Hal. 1 – 24.
Rohman, Fatchur. 2001. Petunjuk Praktikum
Ekologi Tumbuhan. Malang: Universitas Negeri Malang.
ACARA VI
ANALISIS AGROEKOSISTEM
A.
Pendahuluan
1. Latar
Belakang
Ekosistem pertanian
adalah ekosistem yang sederhana dan monokultur jika dilihat dari komunitas,
pemilihan vegetasi, diversitas spesies, serta resiko terjadi ledakan hama dan
penyakit. Dalam garis besarnya cara-cara orang Indonesia memanfaatkan alam
dalam kaitannya dengan pertanian banyak macamnya. Diantaranya berladang,
pertanian pekarangan, bersawah, dan bertegal.
Sebagai unsur
pelaku yang bergerak di bidang pertanian perlu memahami hubungan antara
subsiatem dengan agroekosistem. Sawah, tegal, dan perkebunan adalah subsistem
dengan dominasi tanaman tertentu perlu dievaluasi sebagai subsistem dan sebagai
bagian dari agroekosistem. Sedangkan talun sebagai subsistem dengan diversitas
tingggi apakah dapat bertindak sebagai ekosistem yang mandiri.
2. Tujuan
Praktikum
Praktikum Analisis Agroekosistem bertujuan untuk :
1. Memperkenalkan
mahasiswa semester 1 dengan berbagai tipe penggunaan lahan untuk kepentingan
produksi pertanian
2. Meningkatkan
pemahaman mahasiswa tentang perlunya pengelolaan setiap subsistem dengan memperhitungkan
kaidah-kaidah lingkungan
3. Meningkatkan
kecerdasan mahasiswa dengan kesadaran dan pikiran logis dari apa yang mereka
lihat di lapangan dengan teori dan kajian yang selama ini diperoleh di kelas
saat tatap muka.
44
|
B. Tinjauan Pustaka
Agroekosistem berasal dari kata sistem,
ekologi dan agro. Sistem adalah suatu
kesatuan himpunan komponen-komponen yang saling berkaitan dan
pengaruh-mempengaruhi sehingga di antaranya terjadi proses yang serasi. Ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbal
balik antara organisme dengan lingkungannya. Sedangkan ekosistem adalah sistem yang terdiri dari komponen biotic dan
abiotik yang terlibat dalam proses bersama (aliran energi dan siklus nutrisi).
Pengertian Agro = Pertanian dapat berarti sebagai kegiatan produksi/industri biologis yang
dikelola manusia dengan obyek tanaman dan ternak. Pengertian lain dapat meninjau sebagai
lingkungan buatan untuk kegiatan budidaya tanaman dan ternak. Pertanian dapat
juga dipandang sebagai pemanenan energi matahari secara langsung atau tidak
langsung melalui pertumbuhan tanaman dan ternak (Saragih, 2000).
a.
Subsistem
sawah
Sawah adalah lahan
usaha pertanian
yang secara fisik berpermukaan rata, dibatasi oleh pematang,
serta dapat ditanami padi,
palawija
atau tanaman budidaya
lainnya. Kebanyakan sawah digunakan untuk bercocok tanam padi.
Untuk keperluan ini, sawah harus mampu menyangga genangan air karena padi
memerlukan penggenangan pada periode tertentu dalam pertumbuhannya. Untuk
mengairi sawah digunakan sistem irigasi
dari mata
air,
sungai
atau air hujan.
Sawah yang terakhir dikenal sebagai sawah tadah hujan, sementara yang lainnya
adalah sawah irigasi. Padi yang ditanam di sawah dikenal sebagai padi lahan
basah (lowland rice) (Anonim, 2011)
Sawah terdiri dari beberapa macam antara lain adalah
sawah berpengairan teknis, setengah teknis dan tadah hujan. Perbedaan antara
sawah dan tegalan adalah di lahan sawah terdapat pematang, tapi di tegalan
tidak ditemukan (Pratiwi, 2004).
Sawah itu sangat stabil atau tahan lama, sawah itu dapat
terus menghasilkan panenan yang boleh dikatakan tak berkurang dari tahun ke
tahun, bahkan seringkali dua kali setahun. "Padi yang ditanam dengan
irigasi adalah tanaman yang unik." (Gourou, 1953)
Rendahnya
produktivitas tanaman padi disebabkan oleh penerapan rekayasa tehnologi
budidaya dikalangan petani belum maksimal. Hal ini dipengaruhi oleh minimnya
pengetahuan petani terhadap penggunaan tehnologi tersebut, yang dititikberatkan
terhadap program intensifikasi, seperti: penggunaan umur bibit, dan jarak tanam
serta penerapan tehnologi panca usaha tani secara efektif dan tepat sasaran (
Sjarifuddin et al, 1999)
Pengaturan
jarak tanam yang baik dapat memberikan jumlah populasi maksimal dengan tetap
memperhatikan bahwa tingkat populasi berpengaruh terhadap efektifitas proses
fotosintesis. Penggunaan jarak tanam yang disesuaikan dengan jenis varietas,
kesuburan tanah, dan kondisi iklim dapat meningkatkan produktivitas tanaman
padi, karena jarak tanam erat hubungannya dengan jumlah tanaman per satuan luas
yang menentukan jumlah gabah dari jumlah malai yang dihasilkan dari setiap
tanaman ( Hardian Siregar, 1981)
b.
Subsistem
pekarangan
Pekarangan adalah areal tanah
yang biasanya berdekatan dengan sebuah bangunan.
Tanah ini dapat diplester, dipakai untuk berkebun,
ditanami bunga,
atau kadang-kadang memiliki kolam.
Pekarangan bisa berada di depan, belakang atau samping sebuah bangunan,
tergantung seberapa besar sisa tanah yang tersedia setelah dipakai untuk
bangunan utamanya (Anonim, 2011)
Nampaknya, bagi masyarakat desa, pekarangan
juga mempunyai fungsi sebagai jalan umum (lurung) antar tetangga, atar kampung,
antar dkuh, ahkan antar desa satu dengan yang lainnya.
Di samping itu, pada setiap pekarangan
terdapat”pelataran” (Jawa) atau “buruan” (Sunda) yang dapat dipergunakan
sebagai tempat bemain anak-anak sekampung. Adanya kolam tempat mandi atau sumur
di dalam pekarangan, juga dapat
dipergunakan oleh orang-orang sekampung dengan bebas bahkan sekaligus
merupakan tempat pertemuan mereka sebagai sarana komunikasi masa (Soemarwoto,
1978)
Lahan pekarangan beserta isinya merupakan satu kesatuan
kehidupan yang saling menguntungkan. Sebagian dari tanaman dimanfaatkan untuk
pakan ternak, dan sebagian lagi untuk manusia, sedangkan kotoran ternak
digunakan sebagai pupuk kandang untuk menyuburkan tanah pekarangan. Dengan
demikian, hubungan antara tanah, tanaman, hewan piaraan, ikan dan manusia
sebagai unit-unit di pekarangan merupakan satu kesatuan terpadu. (Supriyono,
2002).
Teknik pengolahan tanahnya pun menggunakan TOT (Tanpa
Olah Tanah), sehingga pemilik dari pekarangan tidak pernah atau jarang sekali
merawat tanahnya, dan dibiarkan begitu saja agar lebih alami sehingga kandungan
bahan organik maupun humusnya lebih banyak. Hal ini membuat tanah menjadi lebih
subur, tanaman juga tumbuh dengan subur, dan hasilnya juga maksimal dan tuumbuh
secara alami tanpa rekayasa teknologi manusia. Akan tetapi teknik ini membuat
serangan hama dan penyakit meningkat. Akan tetapi, justru kondisi seperti
inilah yang membuat rantai makanan akan lebih bervariasi dan lebih alami. Pada
lahan pekarangan ini, siklus haranya adalah tertutup, tanaman itu rontok
daunnya lalu diambil tanaman semusim, dan sisa-sisa tanaman tetap di sini tidak
diambil. Jika diambil, semuanya tetep kembali dari hasil kotoran. (Soemarwoto, 2000).
Kesuburan tanah memang mempengaruhi hasil panenan
seperti halnya pemupukan tapi tanah itu kelihatannya tidak kehilangan daya
hasilnya sekalipun lama tidak dipupuk, bahkan sering dapat menjadi lebih baik.
Dalam dua atau tiga tahun yang pertama hasil tanah yang baru saja dibuka akan
merosot dengan cepat, jika tidak dipupuk; tetapi setelah 10 atau 20 tahun hasil
panenan itu biasanya menjadi stabil untuk waktu yang boleh dikatakan tak
terbatas (Murphey, 1957).
c.
Subsistem tegal
Tegalan adalah
lahan kering yang ditanami dengan tanaman musiman atau tahunan, seperti padi
ladang, palawija, dan holtikultura. Tegalan letaknya terpisah dengan halaman
sekitar rumah. Tegalan sangat tergantung pada turunnya air hujan. Tegalan
biasanya diusahakan pada daerah yang belum mengenal sistem irigasi atau
daerah yang tidak memungkinkan dibangun saluran irigasi. Permukaan tanah
tegalan tidak selalu datar. Pada musim kemarau keadaan tanahnya terlalu kering
sehingga tidak ditanami (Anonim, 2010)
Kesuburan tanah memang mempengaruhi hasil
panenan seperti halnya pemupukan tapi tanah itu kelihatannya tidak kehilangan
daya hasilnya sekalipun lama tidak dipupuk, bahkan sering dapat menjadi lebih
baik. Dalam dua atau tiga tahun yang pertama hasil tanah yang baru saja dibuka
akan merosot dengan cepat, jika tidak dipupuk; tetapi setelah 10 atau 20 tahun
hasil panenan itu biasanya menjadi stabil untuk waktu yang boleh dikatakan tak
terbatas (Murphey, 1957).
Dalam rangka pengendalian erosi atau
pengawetan tanah, cara menanam berbagai tanaman dengan larikan-larikan yang
searah dengan garis kontur adalah penting, karena cara demikian dapat
memperlambat lajunya aliran permukaan.Tentang pembuatan teras-teras atau
sengkedan merupakan perbuatan yang terbaik dalam mengatur aliran air di
daerah-daerah yang lahannya miring. Pada lahan yang berlereng panjang, kita
akan mengetahui laju aliran air pada permukaan tanah adalah demikian cepat dan
kejadian ini tenunya akan mengakibatkan pengikisan tanah ang lebih besar (G.
Kartasapoetra, 1987).
Lapangan
produksi ada bermacam macam antara lain adalah lahan terbuka yang terdiri dari sub sistem antara lain sawah,
tegalan, kebun buah, dan kebun sayur. Sawah terdiri dari beberapa macam antara
lain adalah sawah berpengairan teknis, setengah teknis dan tadah hujan.
Perbedaan antara sawah dan tegalan adalah di lahan sawah terdapat pematang,
tapi di tegalan tidak ditemukan (Tejasarwana, 2001).
Meningkatnya kesuburan tanah pada sistem olah tanah
konservasi berkaitan erat dengan adanya pendaurulangan internal hara melalui
pemanfatan mulsa in situ dan rendahnya erosi tanah serta pencucian hara. Namun,
disisi lain ternyata kemasaman tanah pada sistem olahtanah konservasi terus
meningkat. Hal ini berhubungan dengan lamanya penggunaan tanah
(Utomo, 1995).
d.
Subsistem talun
Secara umum, pestisida nabati diartikan sebagai suatu
pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Pestisida relatif mudah
dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas. Oleh karena terbuat dari
bahan alami maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai (biodegradable) di
alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan
ternak peliharaan karena residunya mudah hilang. Pestisida nabati bersifat
“pukul dan lari” yaitu, apabila diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu
dan setelah hamanya terbunuh maka residunya akan cepat menghilang di alam (Agus
Kardinan, 2000).
Di dalam ekosistem ada
aliran energi satu arah dari sinar matahari, ada input bahan atau material dan
hara atau nutrisi lain, energi keluar sistem berupa panas dan juga bahan yang
di eksport di dalam sistem ada kontrol umpan balik atau feedback energi
(Supriyono, 2002).
Talun sebagai sistem tradisional yang mempunyai aneka
fungsi selain fungsi produksi, dimana dalam sistem ini terdapat kombinasi
tanaman pertanian semusim dengan pepohonan. Talun umumnya mempunyai batas-batas
kepemilikan yang jelas dan ditemukan di sekitar daerah pemukiman. Talun juga
memiliki struktur yang mirip dengan hutan, sehingga sering juga disebut sebagai
mimicking forest. Secara garis besar, talun dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu talun permanen dan talun tidak permanen (talun-kebun) (Yanto, 2008).
Secara
garis besar, talun dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu talun permanen dan
talun tidak permanen (talun-kebun). Pada talun permanen, tidak ditemukan adanya
pergiliran tanaman dan pohon-pohonnya rapat dengan kanopi menutupi area,
sehingga cahaya yang tembus sedikit dan hanya sedikit tanaman toleran yang
ditanam. Pada talun yang pohonnya jarang, cahaya bisa banyak tembus, sehingga
tanaman musiman tumbuh dan dapat ditemukan ditemuakan, talun seperti itu
disebut juga “Kebun Campuran”. Pada talun tidak permanen, ditemukan adanya
pergiliran tanaman, biasanya terdiri dari tiga fase, yaitu kebun, kebun
campuran, dan talun (Widagda, 2000).
Pola tanam yang diterapkan dilahan tegal adalah sistem
campuran lahan kering, sehingga sumber air hanya dari hujan saja. Sistem
tanamanya streep croping untuk efesiensi konversi energi dan pola tanam antara
tanaman yang satu dengan tanaman yang lain sama umur. Pengolahan tanah agar
tidak terjadi erosi maka dibuat terasering (Nasrudin, 2005).
e.
Subsistem
perkebunan
Lahan perkebunan adalah lahan usaha
pertanian yang luas, biasanya terletak di daerah tropis
atau subtropis, yang digunakan untuk menghasilkan komoditi
perdagangan (pertanian) dalam skala besar dan
dipasarkan ke tempat yang jauh, bukan untuk konsumsi lokal. Perkebunan dapat
ditanami oleh tanaman keras/industri
seperti kakao,
kelapa,
dan teh,
atau tanaman hortikultura seperti pisang,
anggur,
atau anggrek.
Dalam pengertian bahasa Inggris,
"perkebunan" dapat mencakup plantation dan orchard
(Anonim, 2011)
Semua
jenis karet adalah polimer tinggi dan mempunyai sususan kimia yang berbeda dan
memungkinkan untuk diubah menjadi bahan-bahan yang bersifat elastis. Namun,
bahan-bahan itu berbeda sifat bahan dasarnya misalnya, kekuatan tensil, daya
ukur maksimum, daya lentur, dan terutama pada proses pengolahannya serta
prestasinya sebagai barang jadi (James, 1982)
Teh
diperoleh dari pengolahan daun tanaman teh (Camellia Sinensis L) dari familia
Theaceae. Tanaman ini diperkirakan berasal dari daerah pegunungan Himalaya dan
daerah-daerah pegunungan yang berbatasan dengan Republik Rakyat China, India
dan Burma. Tanaman ini dapat tumbuh subur di daerah tropik dan subtropik dengan
menuntut cukup sinar matahari dan hujan sepanjang tahun (Siswoputranto, 1978)
Tanaman
kopi menghendaki tanah dengan lapisan tanah atas yang dalam, yang gembur dan
mengandung banyak bahan organik. Tanah-tanah bekas abu gunung berapi sangat
baik untuk tanaman kopi. Tanaman kopo yang diusahakan umumnya bukan tanaman
asli, melainkan klon-klon unggul hasil persilangan dan seleksi (Siswoputranto,
1978)
Agroekosistem
perkebunan lebih banyak melindungi tanah, air, dan sejumlah kecil flora dan
fauna yang ada di dalamnya dari pada sawah. Tetapi perkebunan tidak dapat
mencapai efisiensi perlindungan lahan seperti hutan alam yang dewasa. Sebab
utama mengapa perkebunan sangat rendah keanekaragaman hewan liarnya adalah
karena keanekaragaman tumbuh-tumbuhan yang sangat terbatas (Anwar miring,
1984).
C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
a. Sub Sistem Sawah
1) Profil tempat
• Alamat :
Banyudono,Boyolali
• Letak astronomis :1100
41’ 46.2” BT dan 7 32’ 14.7” LS
• Kemiringan lereng : 2%
• Tinggi tempat :
170 mdpl
• Luas : 0.25
ha
• pH tanah : 6.9
• Kelembaban tanah : 100%
• Suhu udara : 28C
• Kelembaban udara : 48%
• Intensitas cahaya : 52500
lux
• Batas : Utara :
Jalan Raya
Timur : Rumah Penduduk
Selatan : Sawah
Barat : Rumah Penduduk
U
|
S
|
T
|
B
|
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
|
/////////////////
|
/////////////////
|
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
|
/////////////////
|
/////////////////
|
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
|
//////////////////////////////////
|
/////////////////
|
:
vvvvvv = padi
/////////// = kacang panjang
3) Pengelolaan tanah
Pola tanam serempak untuk tanaman padi, penyiangan
menggunakan sistem tradisional yaitu dengan disiangi oleh petani menggunakan
alat yang disebut gosrok dan tangan untuk mencabuti rumput yang berukuran besar,
pengairan melalui bendungan kali dekat sawah, pembajakan dengan traktor, jarak
tanam padi adalah 20x30 cm.
4) Input
- Bibit(IR 64) 10kg
- Urea 1.5 kw
- Pestisida
- Pupuk
- Modal 1.000.000
5) Output
-
Hasil :
gabah, langsung dijual
-
Sisa :
jerami dikembalikan ke tanah sebagai pupuk organik
-
Pendapatan kotor Rp 5.000.000,00, dibagi
2 antara pemilik sawah dengan penggarap.
6) Siklus hara
Siklus hara terbuka karena petani menggunakan
pestisida untuk menghilangkan hama dan juga pupuk organik serta urea untuk zat peningkat
hara.
b. Sub Sistem Tegal
1) Profil tempat
•Alamat :
Teras,Boyolali
•Letak astronomis : 110
40’ 3.2” BT dan 7 32’ 115.5” LS
•Kemiringan lereng : 2%
•Tinggi tempat :
221 mdpl
•Luas :
0.0054 ha
•pH tanah : 6.8
•Kelembaban tanah : 55%
•Suhu udara : 45
•Kelembabanudara :
22%
•Intensitas cahaya :
67100 llux
•Batas : Utara :
Lahan
Timur : Tanaman Jagung
Selatan: Tanaman jagung
Barat : Lahan Kosong
2) Denah Sub Sistem Tegal
S S S S S S
S I S S I S S I S
S S S S S S
S I S S I S S I S
S S S S S S
S I S S I S S OI S
|
U
|
S
|
T
|
B
|
O :
pepaya
I : cabai
S : kacang
3) Pengelolaan tanah
Pola tanam
campuran antara lombok, kacang dan papaya. Jarak tanam tidak teratur. Sistem
pengairan menggunakan irigasi dari sungai sekitar. Pengolahan tanah dengan
cangkul. Penyiangan dengan sistem tradisional yaitu dengan disiangi oleh petani
menggunakan alat yang disebut gosrok dan tangan untuk mencabuti rumput yang
berukuran besar.
4) Input
- Bibit : cabai, kacang tanah, dan pepaya
- Pupuk : urea, ponska
- Pestisida dengan semprot
5) Output
- Hasil :
Cabai, kacang tanah, buah pepaya
- Sisa tanaman digunakan untuk pakan ternak
6) Siklus hara
Siklus hara terbuka karena menggunakan input dari
luar seperti pupuk dan pestisida. Dalam siklus hara terbuka bermakna tanah
sudah banyak kehilangan hara sehingga perlu adanya tambahan hara dari luar,
yakni dengan ditambahkannya pupuk dan pestisida untuk menunjang pertumbuhan
tanaman.
c. Sub Sistem Talun
1) Profil
tempat
•
Alamat : Sambirejo,Winong,Boyolali
•
Letak astronomis : 110 35’ 26.2” BT,7 31’ 19.9” LS
•
Kemiringan lereng : 5%
•
Tinggi tempat : 475 mdpl
•
Luas : 7000 m
•
pH tanah : 7.1
•
Kelembaban tanah : 0%
•
Suhu udara : 33
•
Kelembabanudara : 29%
•
Intensitas cahaya : Ternaungi :
710fc
Takternaungi : 6800 fc
•
Batas : Utara : Jurang
Timur : Makam
Selatan: Talun
Barat : Talun
► ► ► ü ü ü ü ü
õ õ õ õ ♣ ♣
♣ ♣ ♣
% % % ³ ³ ü ü ü ü ü
& ♣
♣ ♣ ♣
♣
☼ ☼
☼ ü ü ü ü ü
|
U
|
S
|
T
|
B
|
: jati õ : kelapa & : durian
► : nangka : petai ☼
: bambu
ü :
sengon % : pisang : suren
♣ : singkong ³
: dadap
3) Pengelolaan tanah
Pola
tanam campuran/ heterokultur atau tumpangsari. Jarak tanam teratur (Sengon:
1x1.5 m, Singkong:1x1m). Pengairan dari air hujan. Pupuk berasal dari daun dan
ranting tanaman yang rontok.
4) Input
- Bibit : nangka, kelapa, durian, jati, singkong,
pete, bambu, pisang, dadap, suren, dan sengon.
- Pupuk : urea, kandang, dan organik
5) Output
- Hasil : Kayu sengon, jati, nangka, pete, kelapa,
durian, singkong, bambu, pisang, dadap, dan suren.
- Rumput
untuk pakan ternak
6) Siklus hara
Siklus hara terbuka untuk jenis
tanaman tertentu, karena memakai pupuk organik, urea, dan, kandang.
d. Sub Sistem Pekarangan
1) Profil tempat
• Alamat :
Teras, Boyolali
• Letak astronomis :
170 40’ 10.6” BT, 7 32’ 12.6” LS
• Kemiringan lereng :
0%
• Tinggi tempat :
217 mdpl
• Luas :
60 m
• pH tanah :
7.2
• Kelembaban tanah :
10%
• Suhu udara : 35
• Kelembabanudara :
30%
• Intensitas cahaya : Ternaungi : 350 fc
Takternaungi : 6300 fc
• Batas :Utara : Lahan
Timur : Rumah
Selatan:
Rumah
Barat : Rumah
2) Denah Sub Sistem Pekarangan
♣ ☼ { ! ð ü
► ♣ ð & % ü
ü ¯ V ¹ À
c c c c ¯ À õ V
e e e e ñ ñ
|
U
|
S
|
T
|
B
|
♣
: gaharu ð : durian : kenanga
: cabai ü : petai ¯ : kantil
☼
: pisang ►: kelapa V : matoa
{ :
pepaya &:
delima ¹ : sawi
:
mangga %:
jeruk À : kacang panjang
!: rambutan :
belimbing õ : singkong
ñ: jambu biji e : bayam c : kangkung
3) Pengelolaan tanah
Pengolahan tanah secara manual dengan
dicangkul. Diberi pupuk dan TS untuk penggembur tanah, pengairan dari sumur.
Pola tanam campuran/ heterokultur. Jarak tanam tak teratur.
Jenis
tanaman :
-
Hortikultura : pisang, pepaya, cabai, rambutan, durian, petai, jeruk, kelapa, kenanga, kantil,
dan matoa
-
Tanaman pangan : singkong
-
Dll : gaharu, dsb.
4) Input
- Bibit : hortikultura, tanaman pangan, dan lain-lain.
- Pupuk : kandang, TS, dan kompos
- Pestisida : untuk sayuran, memakai laos ditumbuk untuk mengusir belalang
5) Output
- Hasil : bibit hortikultura dan tanaman pangan
- Sisa tanaman : daun kering ditimbun digunakan sebagai
pupuk
kompos
6) Siklus hara
Merupakan siklus hara terbuka karena menggunakan
pupuk kandang, kompos dan TS.
e. Sub Sistem Perkebunan
1) Kopi
a) Profil tempat
• Alamat :
Banaran
• Letak astronomis :110 26’ 31.2” BT 7 15’ 15.37” LS
• Kemiringan lereng : -
• Tinggi tempat :
526 mdpl
• Luas :
374.72 ha
• pH tanah : 6.9
• Kelembaban tanah : 20%
• Suhu udara : 35
• Kelembaban udara : 24%
• Intensitas cahaya : 1900 fc
• Batas :
Utara :
Jalan
Timur : Jalan
Selatan : Bangunan
Barat : Lahan
U
|
S
|
T
|
B
|
♣ ♮
♣ ♮ ♣
♮ ♣ ♮
♣
♣ ♮
♣ ♮ ♣
♮ ♣ ♮
♣
♣ ♮
♣ ♮ ♣
♮ ♣ ♮
♣
♣ ♮
♣ ♮ ♣
♮ ♣ ♮
♣
|
♣ :
Kopi
♮ : Lamtoro
|
c) Pengelolaan tanah
Pola tanam dengan monokultur
tanaman kopi jenis diselingi dengan lamtoro di sampingnya. Jarak tanamnya 2,5 x
2,5 m. Jenis tanaman kopi robusta dan kopi luwak. Pengairan menggunakan hujan,
apabila musim kemarau tanaman muda membutuhkan pengairan dari tangki air.
Tanaman kopi membutuhkan naungan
karena sebagia penghasil seresah untuk menambah kandungan hara di dalam tanah
d) Input
-
Bibit : bibit kopi hasil
penelitian sendiri
-
Pupuk : anorganik seperti
urea,dll
- Pestisida : jumlah tergantung jenis pestisida, rata-rata setiap 1 liter air adalah 2 cc.
e) Output
- Hasil :
Kopi
- Sisa tanaman : Daun seresah dibiarkan untuk menambah unsur hara (humus).
f) Siklus Hara
Siklus terbuka karena mendapat tambahan berupa
pupuk anorganik seperti urea dan pestisida.
2) Karet
a) Profil tempat
• Alamat : Ardelir
Galar Dawa, Salatiga
• Letak astronomis : -
• Kemiringan lereng : -
• Tinggi tempat :
• Luas :
2200 ha
• pH tanah : -
• Kelembaban tanah : -
• Suhu udara : -
• Kelembaban udara : -
• Intensitas cahaya : -
• Batas :
Utara :
Timur :
Selatan :
U
|
S
|
T
|
B
|
b) Denah Sub Sistem Perkebunan Karet
♣ :
Karet
: rorak
|
♣ ♣ ♣
♣
♣ ♣ ♣
♣
♣ ♣ ♣
♣
♣ ♣ ♣
♣
|
gawangan
|
gawangan
|
larik
|
c) Pengelolaan tanah
- Pola tanam monokultur
- Jarak tanam antar larik 6 m dan antar pohon karet 3 m
- Jenis tanaman perkebunan adalah Hevea brasiliensis (karet)
- Pengelolaan tanah dengan mencangkul, kecruk (balik
tanah), irigasi dengan sistem tadah hujan tanpa menggunakan mesin. Dibuat rorak
atau lubang untuk memasukkan seresah / bahan organik dan mencegah berbagai penyakit
akar agar tidak menular.
d) Input
- Bibit : okulasi
antara tunas batang entres yang dibiakkan di selatan perkebunan pohon getas.
- Pupuk : pupuk kandang, tunggal (NPK + HCl), pulet
(pupuk pabrik), organik
- Pestisida : fungisida dan pestisida dengan penyemprotan
belerang
- Selang
aplikator yang diimpor dari Malaysia untuk memberi rangsangan agar lateks keluar lebih banyak.
e) Output
- Hasil : Getah
karet (lateks) dalam bentuk cair dan Lem dalam
bentuk kering.
- Sisa tanaman : Seresah
dimasukkan dalam rorak yang akan berfungsi untuk mempersubur tanaman dan
isolasi penularan penyakit.
f) Siklus Hara
Siklus terbuka karena mendapat pupuk
organik dan anorganik serta pestisida berbahan belerang.
2. Pembahasan
a. Sub Sistem sawah
Pada subsistem
sawah melalui pengamatan dengan
alat gps berada pada latitude 7 32’
14.7” LS dan altitude 110 41’ 46.2’ BT, tinggi tempat 170 m dari permukaan
laut. Kemudian dengan menggunakan alat klino meter didapatkan kemiringan
sekitar 2 %.
Pola tanam dalam subsistem sawah tersebut adalah
monokultur, serempak yaitu ditanami padi jenis IR 64. Pengolahan tanah dengan
membajak tanah sawah menggunakan traktor. Untuk mengairi sawah, petani
memanfaatkan sungai yang ada di sekitar lahan sawah. Sedangkan untuk
penyiangan, petani masih menggunakan sistem tradisional yaitu dengan disiangi
oleh petani menggunakan alat yang disebut gosrok dan tangan untuk mencabuti
rumput yang berukuran besar.
Input sawah
di tempat praktikum berupa bibit padi jenis IR 64 sebanyak 10kg. Pupuk yang
digunakan adalah pupuk urea sebanyak 1,5 kwintal. Untuk 1 patok sawah rata-rata
menggunakan pupuk 2-3 kali selama 35 hari. Petani menggunakan pestisida merek
matador dan hanya digunakan bila terserang hama penyakit.
Hasil produksi sawah tersebut adalah gabah yang
setelah dipanen langsung dijual, sedangkan sisa tanaman seperti jerami
dikembalikan ke tanah sawah untuk dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Dalam
satu kali masa tanam, dapat diperoleh penghasilan sebesar 5.000.000 yang dibagi
dua antara pemilik dengan penggarap sawah.
Siklus hara pada subsistem sawah tersebut adalah
terbuka karena tanaman padi mendapat input dari luar berupa pupuk urea sebanyak
1,5 kwintal sebagai penambah unsur hara dan pestisida untuk pemberantasan hama
dan penyakit yang menyerang tanaman padi.
b. Sub Sistem Tegal
Pada subsistem tegal didapat melalui pengamatan
dengan alat gps daerah berada pada latitude 7, 31’ 19.9” LS dan altitude 110
35’ 26.2” BT, kemudian tinggi tempat 475 m dari permukaan laut. Sedangkan
kemiringan lerangnya 2 % dengan pH tanah 6,8 dan kelembaban tanah 55%. Untuk
kelembaban udaranyy adalah 22% dan suhu udara 45oC.
Pola tanam campuran atau heterokultur dengan jarak
tanam yang tidak teratur. Pengairan lahan
tersebut berasal dari air sungai yang terdapat di sekitar area tegalan, pembajakan
masih dilakukan dengan cangkul dan penyiangan dengan sistem tradisional yaitu
dengan disiangi oleh petani menggunakan alat yang disebut gosrok dan tangan
untuk mencabuti rumput yang berukuran besar. Jenis tanaman bermacam-macam
seperti cabai, kacang tanah, dan pepaya.
Input dalam sub sistem tegal ini berupa bibit tanaman
cabai, kacang tanah dan pepaya. Untuk pupuk, petani menggunakan pupuk urea,
ponska. Sedangkan unutk menanggulangi hama penyakit petani menggunakan pestisida
semprot.
Hail produksi berupa cabai yang dijual ke pasar.
Sedangkan sisa tanaman saat panen digunakan untuk pakan ternak yang dijual per
sak.
Siklus hara dalam subsistem tegal berupa siklus hara
terbuka karena mendapat asupan pupuk untuk peningkat kandungan hara tanah dan
pestisida untuk pemberantas hama penyakit.
c. Sub Sistem Talun
Pada subsistem tegal didapat melalui pengamatan
dengan alat gps daerah berada pada latitude 7 31’ 19.9” LS dan altitude 110 35’
26.2” BT, kemudian tinggi tempat 475 m
dari permukaan laut. Sedangkan kemiringan lerangnya 5 % dengan pH tanah 7,1 dan
kelembaban tanah 0%. Untuk kelembaban udaranyy adalah 29% dan suhu udara 33oC.
Pola tanam campuran atau heterokultur dengan jarak
tanam yang tidak teratur. Jenis tanaman
meliputi nangka, kelapa, durian, jati, singkong, pete, bambu, pisang, dadap,
suren, dan sengon. Pola tanam campuran/ heterokultur atau tumpangsari. Jarak
tanam pada talun teratur (Sengon: 1x1.5 m, Singkong:1x1m). Rumput yang ada
disekitar tanaman disiangi dan digunakan untuk pakan ternak. Pengairan talun
dengan memanfaatkan air dari hujan. Pupuk yang digunakan berasal dari daun dan
ranting tanaman yang rontok. Selain pupuk organik dari seresah, petani juga
menggunakan pupuk urea dan pupuk kandang.
Hasil produksi talun berupa buah nangka, durian,
kelapa, singkong, daun singkong, aren, jabon, bambu dan sengon merah. Hasil
produksi singkong langsung dijual dengan harga mencapai 80.000,- per karung.
Keuntungan yang diperoleh dari penjualan singkong senilai dengan modal yang
dikeluarkan petani. Sedangkan daun singkong digunakan untuk pakan ternak.
Siklus hara pada subsistem talun merupakan terbuka,
karena memakai pupuk organik, urea, dan, kandang. dalam siklus hara terbuka
bermakna tanah sudah banyak kehilangan hara sehingga perlu adanya tambahan hara
dari luar, yakni dengan ditambahkannya pupuk dan pestisida untuk menunjang
pertumbuhan tanaman.
d. Sub Sistem Pekarangan
Sub sistem pekarangan berada pada 7 32’ 14.7” LS dan
altitude 110 41’ 46.2’ BT, kemudian tinggi tempat 217 m dari permukaan laut.
Sedangkan kemiringan lerangnya 0 %
dengan pH tanah 7,2 dan kelembaban tanah
10%. Untuk kelembaban udaranya adalah 30% dan suhu udara 35oC.
Pengolahan tanah secara manual dengan dicangkul.
Diberi tambahan berupa pupuk kandang dan TS untuk penggembur tanah, pengairan tanaman
berasal dari air sumur didekat rumah. Pola tanam campuran/ heterokultur antara
beberapa jenis tanaman. Jarak tanam tak teratur. Jenis tanamannya meliputi
hortikultura seperti pisang, pepaya, cabai, rambutan, durian, petai, jeruk,
kelapa, kenanga, kantil, dan matoa. Tanaman pangan seperti singkong dan untuk kayu-kayuan
meliputi kayu gaharu. Pemilik menggunakan pupuk berupa pupuk kandang, TS, dan
kompos. Tidak menggunakan pestisida, tetapi untuk sayuran, memakai laos yang ditumbuk
untuk mengusir belalang.
Pada subsistem ini dihasilkan berbagai bibit
hortikultura dan tanaman pangan. Harga jual bibit bayam dan pepaya adalah Rp.
500,-. Untuk harga cabai Rp. 200,- dan untuk bibit kantil merah adalah RP.
15.000,-. Sisa tanaman berupa ranting dan daun kering ditimbun digunakan
sebagai pupuk kompos. Merupakan siklus hara terbuka karena adanya penggunaan
pupuk kandang, kompos dan TS selama masa tanam.
e. Sub Sitem Perkebunan
1) Perkebunan Kopi
Pada subsistem perkebunan kopi didapat melalui
pengamatan dengan alat gps daerah berada pada latitude 7 15’ 15.37” LS dan
altitude 110 26’ 31.2” BT, ketinggian tempat 526 meter dari permukaan laut.
Sedangkan pH tanah 6,9 dan kelembaban tanah 20%. Untuk kelembaban udaranya
adalah 24% dan suhu udara 35oC.
Luas perkebunan kopi ini adalah 374,72 hektar. Pola
tanam dengan monokultur tanaman kopi diselingi dengan lamtoro di sampingnya.
Jarak tanamnya 2,5 x 2,5 m. Jenis tanaman kopi robusta dan kopi luwak.
Pengairan menggunakan hujan, apabila musim kemarau tanaman muda membutuhkan
pengairan dari tangki air.
Bibit kopi yang digunakan adalah bibit kopi hasil
penelitian sendiri. Pupuk yang digunakan adalah pupuk anorganik seperti urea,
dll. Pestisida yang diperlukan tergantung jenis pestisida yang dipakai dan
jenis hama yang menyerang, rata-rata setiap 1 liter air adalah 2 cc. Sisa
tanaman berupa ranting dan daun seresah dibiarkan untuk menambah unsur hara
(humus). Perkebunan kopi ini merupakan siklus terbuka karena mendapat pupuk
anorganik seperti urea serta pestisida. Dalam siklus hara terbuka bermakna
tanah sudah banyak kehilangan hara sehingga perlu adanya tambahan hara dari
luar, yakni dengan ditambahkannya pupuk dan pestisida untuk menunjang
pertumbuhan tanaman.
Tanaman kopi membutuhkan naungan karena sebagia
penghasil seresah untuk menambah kandungan hara di dalam tanah. Di perkebunan
kopi banaran, tanaman lamtoro digunakan sebagai naungan untuk tanaman kopi.
2) Perkebunan Karet
Perkebunan karet terletak di Ardelir Galar Dawa,
Salatiga dengan luas 2200 hektar. Pola tanam yang diterapkan adalah monokultur
dengan jenis tanaman perkebunan yaitu Hevea
brasiliensis (karet). Jarak tanam antar larik 6 m dan antar pohon karet 3 m.
Pengelolaan tanah dengan mencangkul, kecruk (balik tanah), irigasi dengan tadah
hujan. Dibuat rorak atau lubang untuk memasukkan seresah / bahan organik dan
mencegah penyakit akar agar tidak menular.
Input yang digunakan meliputi bibit yaitu hasil okulasi
antara tunas batang entres yang dibiakkan di selatan perkebunan pohon getas,
pupuk yang digunakan yaitu pupuk kandang, tunggal (NPK + HCl), pulet (pupuk
pabrik), dan organik. Sedangkan pestisida yang
digunakan adalah fungisida dan pestisida dengan penyemprotan belerang.
Digunakan pula selang aplikator yang diimpor dari Malaysia untuk memberi rangsangan
agar lateks keluar lebih banyak.
Dari perkebunan karet ini dihasilkan getah karet
(lateks) dalam bentuk cair dan Lem dalam bentuk kering. Sisa tanaman berupa seresah
dimasukkan dalam rorak yang akan berfungsi untuk mempersubur tanaman dan
isolasi penularan penyakit. Siklus hara perkebunan karet terbuka karena
mendapat tambahan pupuk organik dan anorganik serta penggunaan pestisida.
3. Komprehensif
Air merupakan sumber kehidupan, tanpa air tidak ada
makhluk yang dapat hidup. Begitu juga tanaman,salah satu unsur terbesar tanaman
adalah air yaitu berkisar anatara 90% untuk tanaman muda, sampai kurang dari
10% untuk padi-padian yang menua sedangkan tanaman yang mengandung minyak ,
kandungan airnya sangat sedikit. penyiraman harus dilakukan teratur agar tidak
kekurangan. Jika tidak disiram, tanaman akan mati kekeringan. Air merupakan
bahan untuk fotosintesis, tetapi hanya 0,1% dari total air yang digunakan untuk
fotosintesis. Air yang digunakan untuk transpirasi tanaman sebanyak 99 %, dan
yang digunakan untuk hidrasi 1 %, termasuk untuk memelihara dan menyebabkan
pertumbuhan yang lebih baik. Selama pertumbuhan tanaman membutuhkan sejumlah
air yang tepat.
Air
merupakan reagen yang penting dalam proses-proses fotosintesa dan dalam
proses-proses hidrolik. Disamping itu juga merupakan pelarut dari garam-garam,
gas-gas dan material-material yang bergerak kedalam tumbuhtumbuhan,melalui
dinding sel dan jaringan esensial untuk menjamin adanya turgiditas, pertumbuhan
sel, stabilitas bentuk daun, proses membuk dan menutupnya stomata, kelangsungan
gerak struktur tumbuh-tumbuhan . Kekurangan air akan mengganggu aktifitas
fisiologis maupun morfologis, sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan.
Defisiensi air yang terusmenerus akan menyebabkan perubahan irreversibel (tidak
dapat balik) dan pada gilirannya tanaman akan mati.
Unsur Hara merupakan
senyawa organis maupun anorganis yang terdapat didalam tanah atau dengan kata
lain, unsur hara merupaka nutrisi yang terkandung di dalam tanah dan dibutuhkan
oleh tanaman. Unsur Hara sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang tanaman.
Seperti manusia,
tanaman memerlukan makanan yang sering disebut hara tanaman. Berbeda dengan
manusia yang menggunakan bahan organik, tanaman menggunakan bahan anorganik untuk
mendapatkan energi dan pertumbuhannya. Dengan fotosintesis, tanaman
mengumpulkan karbon yang ada di atmosfir yang kadarnya sangat rendah, ditambah
air yang diubah menjadi bahan organik oleh klorofil dengan bantuan sinar matahari.
Unsur yang diserap untuk pertumbuhan dan metabolisme tanaman dinamakan hara
tanaman. Mekanisme perubahan unsur hara menjadi senyawa organik atau energi
disebut metabolsime. Dengan menggunakan hara, tanaman dapat memenuhi siklus
hidupnya. Fungsi hara tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain dan
apabila tidak terdapat suatu hara tanaman, maka kegiatan metabolisme akan
terganggu atau berhenti sama sekali. Disamping itu umumnya tanaman yang
kekurangan atau ketiadaan suatu unsur hara akan menampakkan gejala pada suatu
orrgan tertentu yang spesifik yang biasa disebut gejala kekahatan.
D. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Dari praktikum subsistem agroekosistem kali ini
dapat memberi pengenalan lapangan tentang agroekosistem. Ada beberapa subsistem
yang diketahui dari praktikum lapang kali ini, diantaranya subsiste sawah,
talun, tegal, pekarangan, dan perkebunan. Setiap subsistem mempunyai cara
tersendiri dalam pengelolaan lahan dan
memiliki siklus hara tersendiri pula. Talun merupakan gabungan dari tegal dan
pekarangan. Talun biasa terdapat pada tempat yang jauh dari pemukiman. Pada subsistem
pekarangan tidak terdapatnya input apapun, hanya dilakukan pengolahan tanah saja. Tegal memanfaatkan hujan sebagai
irigasinya. Siklus siklik terjadi pada talun dan pekarangan. Untuk daerah
dengan tingkat kemiringan 10 % - 15 % masih cocok untuk ditanami tanaman
musiman. Untuk perkebunan harus mempunyai ketinggian lebih dari 1000 m dpl.
Setiap subsistem lahan mempunyai
keanekaragaman vegetasi sesuai dengan ketinggian tempat, suhu kelembapan, letak
geografis, dan kemiringan. Semakin tinggi ketinggian tempat suatu lahan maka
keanekaragan tanaman yang berada di wilayah tersebut akan semakin berkurang.
Suhu kelembapan semakin dingin daerah maka pertumbuhan tanaman semakin
bervariasi. Siklus non siklik terjadi pada tegal, kebun karet, dan sawah. Yaitu
ssiklus yang terputus, tidak ada kelanjutan dan akan menciptakan sesuatu yang
baru yang berlanjut menjadi siklus baru.
Pola
tanamnya ada dua macam campuran dan monokultur. Pengairannya rata-rata berupa
tadah hujan yakni memanfaatkan air hujan untuk pengairan. Dalam penggunaan
pupuk, ada yang menggunakan pupuk anorganik seperti urea, ponska, TS dan ada
pula yang menggunakan pupuk organik dari jeramimaupun seresah daun yang akan
meningkatkan kandungan haradalam tanah. Siklus hara dari pengamatan ada 2,
yakni terbuka dan tertutup. Dalam siklus hara terbuka, tanah mendapat nutrisi
yang akan menunjang pertumbuhan tanaman dari pupuk anorganik dan pertisida.
Dalam unsur hara tertutup, segala kebutuhan nutrisi tanaman dapat diperoleh di
alam oleh tanah. Kandungan unsur hara di tanah masih cukup tinggi sehingga
tidak memerlukan pupuk anorganik dan pestisida.
2. Saran
Adapun
saran dari penulis adalah perlunya pergantian tempat praktikum agar dapat
mengetahui lebih luas dan lebih banyak subsistem yang ada di Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
Gourou, 1953. Pengelolaan Tanah dan Tanaman untuk Usaha Konservasi. Pemb.Tanah
dan Pupuk. Pusat Penelitian Tanah. Bogor.
J. Spillane, James. 1982. Komoditi Karet. Kanisius: Jakarta
Kardinan, Agus.
2000. “Pestisida Nabati Ramuan dan
Aplikasi”. Jakarta : PT Penebar Swadaya.
Nasrudin. 1990. Agroekosistem Lahan Gambut. http://faizbarchia.blogspot.com. Diakses pada tanggal 29
Oktober 2011
Pratiwi. 2004.
“Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi”. Jakarta : PT Penebar Swadaya.
Siregar, Hardian. 1981 . Budidaya Tanaman Padi di Indonesia . Bogor : PT.Sastra Hudaya
Siswoputranto. 1978. Teh Kopi Cokelat. Gramedia: Jakarta
Sjarifuddin Musa. 1999. Refleksi Pertanian. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Soemarwoto. 2000. Lahan
pertanian dan Macam tanaman. Gramedia. Jakarta
Soemarwotto, 1978. Ekologi Desa: Lingkungan Hidup dan Kualitas
Hidup. Prisma, No. 8, September 1978
Suprapto, 1985. Bertanam
Jagung. Penebar Swadaya: Jakarta
Supriyono. 2002. Pengantar
Ilmu Pertanian. UNS. Surakarta
Tejasarwana.
2001. Konservasi tanah. http://id.wikipedia.org/wiki/konservasi tanah.htm. Diakses pada tanggal 29 Oktober 2011.
Thompson, L.M. 1957.
Soil and Soil Fertility. Second cd,
Mc.Graw – hill.Book Co,. Inc,. New York.
Utomo. 1995. Tegal
Suatu Rangkaian Organisme Hidup. Universitas Gadjah Mada Press.Yogyakarta
Widagdo. 2000. Konservasi
lahan talun. Erlangga :Jakarta
Yanto J. 2008. Pengoptimalan
lahan talun. Ekaputra : Bandung
No comments:
Post a Comment