Sunday, June 17, 2012

Laporan Praktikum Agroekosistem




ACARA I
HUBUNGAN FAKTOR IKLIM DENGAN PERTUMBUHAN TANAMAN
A.    Pendahuluan
1.      Latar Belakang
Iklim merupakan komponen lingkungan terpenting yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Sejak awal perkecambahan biji hingga panen dibutuhkan pemahaman yang mendasar tentang iklim beserta faktor yang bekerja, karena sangat berperan menentukan keberhasilan tanaman pada setiap fase pertumbuhan.
Kondisi saat ini dengan iklim yang tidak lagi dapat diprediksi (anomali cuaca), membuat para pelaku bidang pertanian berpikir keras untuk mengantisipasi melalui berbagai penelitian tentang seberapa besar tingkat toleransi tanaman terhadap kondisi tersebut. Bagi para mahasiswa, hal itu dijadikan dasar acuan untuk menganalisis seberapa jauh hubungan beberapa faktor iklim dengan pertumbuhan tanaman. Faktor-faktor iklim tersebut terdiri atas cahaya matahari, temperatur, curah hujan, kelembapan udara dan angin.
2.      Tujuan Praktikum
Praktikum mengenai hubungan faktor iklim dengan pertumbuhan  bertujuan untuk mempelajari hubungan antara faktor-faktor iklim dengan pertumbuhan tanaman.

B.     Tinjauan Pustaka
1.      Kacang hijau
1
Kacang hijau (Vigna radiata) merupakan tanaman yang termasuk divisi spermatophyta dan subdivisi angiospermae. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata) adalah salah satu jenis tanaman yang tergolong ke dalam kelas tanaman berbiji tunggal (monocotyledonae) dengan ordo fabales dan  masuk ke dalam famili fabaceae (Anonim, 2011)
Kacang hijau adalah sejenis tanaman budidaya dan palawija yang dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan (Fabaceae) ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber bahan pangan berprotein nabati tinggi. Kacang hijau di Indonesia menempati urutan ketiga terpenting sebagai tanaman pangan legum, setelah kedelai dan kacang tanah
(Anonim, 2011)
Dibanding dengan tanaman kacang-kacangan lainnya, kacang hijau memiliki kelebihan ditinjau dari segi agronomi dan ekonomis, seperti:
(a) lebih tahan kekeringan;
(b) serangan hama dan penyakit lebih sedikit;
(c) dapat dipanen pada umur 55-60 hari;
(d) dapat ditanam pada tanah yang kurang subur;
(e) cara budidayanya mudah (Sunantara,2000)
Radiasi adalah unsur iklim yang besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang kemudian menentukan hasil panen. Pengaruh radiasi surya terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman diantaranya melalui proses fotosintesis, fotomorfogenesis, fotorespirasi, transpirasi suhu jaringan dan perpanjangan sel. Tiga factor utama radiasi surya sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah intensitas, kualitas dan lama penyinaran (Las dan Maladi, 1988)
Permintaan kacang hijau diperkirakan akan terus meningkat pada tahun-tahun mendatang seiring dengan meningkatnya konsumsi sehingga produksi komoditas ini perlu pula terus ditingkatkan. Dalam upaya peningkatan produksi, penelitian kacang hijau antara lain diarahkan paada perbaikan varietas dan teknik budidaya
(Sunihardi dan Hermanto, 1998)

2.      Kedelai
Kedelai putih (Glycine max) merupakan tanaman yang masuk ke dalam divisi spermatophyta dengan subdivisi angiospermae. Tanaman kedelai merupakan tanaman berbiji tunggal (monocotyledonae) yang masuk ke dalam ordo fabales dan famili fabaceae. kedelai putih memiliki nama genus glycine  dengan spesies ma. (Anonim, 2011)
Kedelai merupakan terna dikotil semusim dengan percabangan sedikit, sistem perakaran akar tunggang, dan batang berkambium. Kedelai dapat berubah penampilan menjadi tumbuhan setengah merambat dalam keadaan pencahayaan rendah. Kedelai, khususnya kedelai putih dari daerah subtropik, juga merupakan tanaman hari-pendek dengan waktu kritis rata-rata 13 jam. Ia akan segera berbunga apabila pada masa siap berbunga panjang hari kurang dari 13 jam. Ini menjelaskan rendahnya produksi di daerah tropika, karena tanaman terlalu dini berbunga (Anonim, 2011)
Sebagai sumber protein yang murah dan terjangaku oleh lapisan bawah, kedelai perlu terus ditingkatkan produksinya mengingat kebutuhan yang terus meningkat. melalui penelitian telah dihasilkan teknologi yang menunjang upaya peningkatan produksi
(Sunihardi dan Hermanto, 1998)
Kehilangan hasil kedelai karena serangan hama ditentukan oleh berbagai faktor antaralain tinggi rendahnya populasi, bagian tanaman yang dirusak, intensitas serangan, tanggapan tanaman terhadap gangguan kerusakan, fase pertumbuhan tanaman, dan kemampuan petani melaksanakan pengendalian (Marwoto,1992)
Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman kedelai. Suhu berkorelasi positif dengan radiasi matahari  Tinggi rendahnya suhu disekitar tanaman ditentukan oleh radiasi matahari, kerapatan tanaman, distribusi cahaya dalam tajuk tanaman, kandungan lengas tanah  Suhu mempengaruhi beberapa proses fisiologis penting: bukaan stomata, laju transpirasi, laju penyerapan air dan nutrisi, fotosintesis, dan respirasi (Didik J Rachbini, 2008)
C.    Metode Praktikum
1.      Waktu dan Tempat praktikum
Praktikum hubungan faktor iklim dengan pertumbuhan tanaman dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 2 Oktober 2011 pukul 09.00 sampai 11.00 WIB dan bertempat di rumah kaca Fakultas Pertanian UNS.
2.     Alat dan Bahan
Alat :
a.       Pot/ember plastik yang sudah ditanami kacang hijau dan          kedelai
b.      Termometer udara, higrometer, lightmeter, kertas milimeter, dan timbangan
Bahan :      Tanaman kacang hijau dan kedelai berumur satu minggu
3.      Cara Kerja
a.       Menyediakan beberapa pot yang sudah ditanami kacang hijau dan kedelai berumur satu minggu
b.      Melakukan penyiraman setiap hari secukupnya
c.       Melakukan pengukuran terhadap suhu udara, kelembaban udara, dan intensitas cahaya setiap hari
d.      Pengukuran tinggi tanaman (pertumbuhan) dilakukan setiap minggu, dan menghitung pertambahan tinggi tanaman tersebut (tinggi tiap minggu)
e.       Berdasarkan hasil pengukuran suhu, kelembaban udara dan intensitas cahaya, dihitung rata-rata harian setiap minggu.
f.       Pengamatan dilakukan sampai awal pertumbuhan generatif (sekitar 8 minggu)
g.      Menggambarkan hubungan antara faktor-faktor lingkungan dengan pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman)

D.    Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1.      Hasil Pengamatan
Tabel 1  Tinggi Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata) dan Kedelai (Glycine max)
Tinggi Tanaman Minggu Ke (cm)
Jenis Tanaman
(cm)
Suhu (0C)
Kelembaban (%)
IRM
 (fc)
Kacang Hijau
Kedelai
1
12,8
8,7
40,86
48,00
749,14
2
23,3
15,9
36,00
35,00
1165,00
3
31,8
21,8
34,50
43,50
417,00
4
40,8
31,2
36,01
41,00
4432,00
5
46,8
41,8
33,67
44,33
730,00
6
54,7
51,2
42,80
40,00
4106,00
7
56,6
61,1
39,70
40,00
4305,70
8
61,3
70,1
39,00
67,75
4892,25
Sumber : Data Rekapan

Gambar 1  Grafik Hubungan Faktor Iklim dengan Pertumbuhan Tinggi Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata) dan Kedelai (Glycine max)




2.      Pembahasan
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa tanaman kacang hijau dapat tumbuh karena adanya pengaruh lingkungan seperti suhu, kelembaban dan IRM (intensitas radiasi matahri.
Pada tabel 1 diatas menunjukkan pertumbuhan tanaman kacang hijau maupun kedelai yang rata-rata pertumbuhannya 6,0625 dan 7,6 cm perminggu. Pertumbuhan yang maksimal ditunjukan pada minggu yang keempat dan kelima, masing-masing tumbuhan mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Pada kacang hijau tumbuh 9 cm pada minggu keempat dan pada kedelai 10 cm pada minggu kelima. Dengan suhu dan kelembaban pada minggu keempat yaitu 36,010C dan 41,00%. Pada tanaman kedelai baru tumbuh dengan kenaikan pertumbuhan yang baik pada minggu kelima dengan suhu 33,670C dan kelembaban sebesar 44,33%.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tanaman kacang hijau akan tumbuh dengan pertumbuhan yang maksimal pada suhu 36,010C dan kelembaban sebesar 41,00%. Kacang hijau dapat dikatakan sebagai tanaman yang tahan terhadap panas. Karena kacang hijau masih dapat tumbuh pada suhu diatas 350C, terlebih pada tabel telah di buktikan bahwa tanaman kacang hijau dapat tumbuh dengan maksimal pada suhu tersebut. Dengan memperhitungkan pula intensitas radiasi matahari yang diterima tanaman, dibuktikan bahwa tanaman kacang hijau merupakan tanaman yang cukup tahan terhadap radiasi matahari yang cukup tinggi.
Sebaliknya, tanaman kedelai mengalami kenaikan pertumbuhan yang cukup tinggi pada suhu dibawah 350C. Walaupun demikian, kedelai masih tetap dapat tumbuh dengan baik pada suhu hampir 400C, hal ini dikarenakan daya adaptasi tanaman kedelai yang cukup tinggi, sehingga suhu yang rendah maupun tinggi, kedelai tetap dapat hidup. Namun intensitas radiasi matahari yang baik bagi kedelai tetap pada kisaran 730,00 fc.
Faktor iklim sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Faktor iklim meliputi suhu, radiasi, kelembaban. Asanya perbedaan suhu, radiasi dan kelembaban akan menyebabkan perbedaan pada pertumbuhan tinggi tanaman.
E.     Kesimpulan dan saran
1.      Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan pengaruh faktor iklim terhadap pertumbuhan tanaman dapat disimpulkan bahwa :
a.  Radiasi matahari mempengaruhi pertumbuhan tanaman dengan mempengaruhi suhu serta kelembaban.
b. Radiasi matahari merupakan salah satu faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dengan mengendalikan suhu dan kelembaban yang mempengaruhi fotosintesis, respirasi dan transpirasi.
c.  Fotosintesis yang terjadi pada tanaman kacang hijau dan kedelai cukup baik karena dapat menumbuhkan beberapa buah. Namun ada juga tanaman yang mati karena intensitas cahaya nya yang terlalu tinggi sehingga tanaman tersebut tidak dapat bertahan.
d. Pada tanaman kacang hijau dan kedelai, keduanya memiliki tingkat adaptasi yang baik sehingga pada suhu tinggi dan radiasi yang tinggi dapat tumbuh dengan cukup baik.
e.  Radiasi matahari yang tinggi beberapa tanaman tetap dapat tumbuh, salah satunya kacang hijau dan kedelai.
2.      Saran
Adapun beberapa saran untuk menunjang perbaikan fasilitas yang mendukung praktikum agroekosistem.
a.       Rumah kaca perlu diadakan perbaikan dikarenakan kondisi dalam rumah kaca kurang baik.
b.      Kondisi kamar mandi di dalam rumah kaca perlu diperbaiki agar dapat berfungsi seperti selayaknya.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Kacang hijau. http://id.wikipedia.org/wiki/Kacang_hijau. Diakses tanggal 29 Oktober 2011
______. 2011. Kedelai. http://id.wikipedia.org/wiki/Kedelai. Diakses 29 Oktober 2011
Marwoto et al . 1992.  Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Kedelai. Balai Penelitian Dan Pengendalian : Malang
Sunihardi dan Hermanto, 1998. Jurnal : Laporan Tahunan Puslitbang Tanaman Pangan. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian: Bogor.
























ACARA II
PENGARUH FAKTOR CAHAYA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN
A.    Pendahuluan
1.      Latar Belakang
Cahaya adalah salah satu komponen lingkungan (abiotik) yang berperan dalam pertumbuhan tanaman melalui proses fotosintesis. Selain itu, cahaya (sinar tampak) dikatakan sebagai sumber energi utama di bumi yang secara fisik berupa radiasi gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang antara 400-740 nm. Di bawah 400 nm berupa sinar ultra ungu (UV) dan siatas 700 nm berupa sinar infra merah atau merah jauh. Diantara sinar tersebut hanya cahaya yang dapat dimanfaatkan tanaman untuk proses fotosintesis sehingga disebut radiasi aktif utnuk fotosintesis (photosynthetic Active Radiation = PAR).
      Pertumbuhan tanaman ditentukan oleh seberapa besar intensitas cahaya yang dapat diterima oleh tanaman. Dengan mengukur intensitas cahaya selama pertumbuhan akan diketahui rata-rata intensitas radiasi matahari pada setiap tempat tumbuh. Perbedaan faktor lingkungan tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman yang tercermin dari tinggi tanaman, biomassa, luas daun, dan teba daun. Karena itu, sangat tepat bila pembuktian peran cahaya terhadap pertumbuhan tanaman dilakukan melalui acara praktikum ini.
2.      Tujuan Praktikum
Praktikum pengaruh faktor cahaya terhadap pertumbuhan bertujuan untuk mempelajari perbedaan pertumbuhan tanaman yang diletakkan di Rumah Kaca, di bawah naungan dan di tempat terbuka.
9
 
B.     Tinjauan Pustaka
Tanaman yang baik diperoleh melalui perlakuan yang tepat pada tanaman. Untuk mendapatkan pertumbuhan dan produktivitas yang baik diperlukan adanya usaha-usaha perbaikan budidaya antara lain dengan mengatur intensitas cahaya yang tepat bagi tanaman karena intensitas cahaya berhubungan erat dengan aktifitas fotosintesis tanaman     (Widiastuti et.all, 2004).
Jagung merupakan tanaman semusim determinat, dan satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk pertumbuhan generatif. Jagung (Zea mays) merupakan tanaman yang masuk ke dalam divisi spermatophyta dan subdivisi angiospermae. Tanaman jagung atau Zea mays masuk ke dalam kelas liliopsida dengan ordo poales dan famili poaceae (Anonim, 2011)
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini (Anonim, 2011)
Jagung dataran rendah, yang dapat menghasilkan dengan baik apabila ditanam di dataran rendah atau dibawah 800 mdpl. Jagung dataran tinggi, yang dapat memberikan hasil baik kalau ditanam di dataran tinggi atau di atas 800 mdpl (Suprapto, 1985)
Tanaman jagung membutuhkan pupuk N dalam jumlah relatif banyak agar subur dan memberi hasil tinggi. Kebutuhan N dipenuhi dari dalam tanah maupun pemupukan. Terdapat interaksi antara kepadatan tanaman dengan takaran N terhadap bobot biji/tongkol dan hasil biji (Sunihardi dan Hermanto, 1998)
C.    Metode Praktikum
1.      Waktu dan Tempat praktikum
Praktikum pengaruh faktor cahaya terhadap pertumbuhan tanaman dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 2 Oktober 2011 pukul 09.00 sampai 11.00 WIB dan bertempat di rumah kaca Fakultas Pertanian UNS.
2.     Alat dan Bahan
Alat  :
a.       Pot/ember plastik berisi tanah
b.      Cawan
c.       Kertas milimeter
Bahan :      Biji jagung
3.      Cara Kerja
Menyediakan pot plastik diameter 30 cm atau polibag sejumlah 3 buah, isi dengan tanah/media tanam
a.       Memilih biji jagung yang baik dan direndam dalam air selama 1 jam
b.      Menanamkan 2 biji jagung pada setiap pot yang telah terisi tanah dan setelah satu minggu pada setiap pot disisakan satu tanaman yang baik
c.       Pot diletakkan di tiga tempat yang telah ditentukan (di rumah kaca, di bawah naungan dan di tempat terbuka), masing-masing 2 ulangan
d.      Tanaman disiram tiap hari sampai tanaman berumur 8 minggu
e.       Pengamatan meliputi : tinggi tanaman (diukur tiap minggu), panjang dan lebar daun tanaman (seluruh daun) diukur setelah selesai pengamatan, berat daun, berat batang, dan berat akar ditimbang dalam keadaan kering konstan (dioven 110˚C, 24 jam)
f.       Mengukur intensitas cahaya pada pagi hari (09.00) dan siang hari (11.00) selama pertumbuhan berlangsung dan susun secara sistematis untuk memudahkan analisis. Data yang diperoleh di analisis secara deskriptif.
D.    Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1.      Hasil Pengamatan
Tabel 2 Tinggi Tanaman Jagung (Zea mays)
Tinggi Tanaman Minggu ke (cm)
Tempat
IRM (fc)
Rumah Kaca
Tempat Terbuka
Di bawah naungan
Rumah Kaca
Tempat Terbuka
Di bawah naungan
1
14,1
11,6
12,5
749,14
952,29
305,5
2
28,9
25,6
25,2
1165,00
2200,00
1085,00
3
43,7
40,5
38,8
417,00
1117,50
379,00
4
57,0
57,0
50,6
4432,00
4911,40
445,60
5
65,8
68,6
64,1
730,00
1224,00
730,00
6
73,4
77,4
77,4
4106,00
4724,90
740,50
7
81,4
92,3
90,9
4305,70
4724,90
800,90
8
89,0
102,7
102,2
4892,25
5930,75
770,70
Sumber : Data Rekapan
Gambar 2    Grafik Pengaruh Faktor Cahaya Terhadap Pertumbuhan Tinggi Tanaman Jagung (Zea mays)
Tabel 3      Panjang, Lebar dan Luas daun Tanaman jagung (Zea mays)
Tempat
Panjang (cm)
Lebar (cm)
Rumah Kaca
56,8
4,9
Tempat Terbuka
65,3
5,3
Di Bawah Naungan
67,5
4,7
Sumber : Data Rekapan
Tabel 4      Berat Biomassa Jagung (Zea mays)
Tempat
Berat kering (gr)
Akar
Batang
Daun
Total
Rumah Kaca
3,7
9,5
7,6
20,8
Tempat Terbuka
11,9
23,1
13,9
48,9
Di Bawah Naungan
3,8
13,8
45,7
63,3
Sumber : Data Rekapan
2.      Pembahasan
Berdasarkan tabel 2 dari data rekapan praktikum, dapat diketahui bahwa cahaya sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman di rumah kaca, tempat terbuka dan naungan berbeda-beda. Tanaman yang diletakkan di dalam rumah kaca cenderung tumbuh lebih lambat, hal tersebut terjadi karena intensitas radiasi matahari di dalam rumah kaca lebih besar sehingga suhu udara di dalam rumah kaca lebih tinggi dan hal itu menyebabkan tanaman tidak bisa berfotosintesis secara optimal.
Ukuran panjang dan lebar daun pada tanaman jagung dengan perlakuan yang tidak sama pun akan berbeda. Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa daun terpanjang terdapat pada tanaman jagung yang diletakkan di bawah naungan, dengan panjang 67,5 cm. Sedangkan tanaman jagung pada tempat terbuka memiliki panjang daun 65,3 cm dan pada tanaman jagung yang diletakkan di rumah kaca memiliki panjang paling kecil yakni hanya 56,8 cm saja. Hal tersebut dikarenakan terlalu panas dan terlalu banyak cahaya yang terdapat dalam rumah kaca sehingga menyebabkan pertumbuhan tidak optimal.
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa total biomassa terbesar terdapat pada tanaman jagung yang diletakkan di bawah naungan, yakni dengan berat sebesar 63,3 gram, sedangkan berat biomassa total tanaman jagung yang diletakkan di tempat terbuka mencapai 48,9 gram dan pada rumah kaca hanya sebesar 20,8 gram.
Berat biomassa tanaman yang berada diluar rumah kaca lebih berat daripada di dalam rumah kaca karena tanaman di luar rumah kaca dapat meradiasi cahaya matahari secara langsung sehingga proses fotosintesis berlangsung jauh lebih cepat dan tanaman menjadi jauh lebih berat karena kandungan zat makanannya lebih tinggi. Sedangkan luas daun pada tanaman diluar lebih luas karena tanaman diluar tidak mengalami panas seperti pada tanaman yang di dalam rumah kaca. Hal ini bertujuan agar tanaman di dalam rumah kaca dapat mengurangi penguapan air dengan daun yang lebih sempit. 
E.     Kesimpulan dan saran
1.         Kesimpulan
Berdasarkan praktikum mengenai pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan tanaman, dapat disimpulkan bahwa :
a.       Cahaya sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
b.      Tanaman yang ternaungi dapat tumbuh lebih optimal dibandingkan dengan tanaman yang diletakkan di tempat terbuka dan rumah kaca yang memiliki intensitas radiasi matahari lebih besar daripadi di naungan
c.       Tanaman yang ternaungi memiliki ukuran daun lebih panjang daripada tanaman yang diletakkan di tepmat terbuka dan rumah kaca dikarenakan tanaman dapat berfotosintesis optimal sehingga pertumbuhan pun optimal.
d.      Tanaman yang diletakkan di bawah naungan memiliki biomassa lebih besar daripada tanaman yang diletakkan di tempat terbuka dan rumah kaca.

2.         Saran
Adapun beberapa saran untuk menunjang perbaikan fasilitas yang mendukung praktikum agroekosistem.
a.       Rumah kaca perlu diadakan perbaikan dikarenakan kondisi dalam rumah kaca kurang baik.
b.      Kondisi kamar mandi di dalam rumah kaca perlu diperbaiki agar dapat berfungsi seperti selayaknya.
























DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Jagung. http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung. Diakses tanggal 29 Oktober 2011
______. 2011. Taksonomi Tanaman Jagung. http://jagungkuningbone.blogspot.com/2010/02/taksonomi-tanaman-jagung.html. Diakses tanggal 29 Oktober 2011
Sunihardi dan Hermanto, 1998. Jurnal : Laporan Tahunan Puslitbang Tanaman Pangan. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian: Bogor.
Suprapto, 1985. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya: Jakarta










ACARA III
 PENGARUH FAKTOR SUHU TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN
A.    Pendahuluan
1.      Latar Belakang
Suhu udara pada prinsipnya adalah kandungan energi panas pada suatu obyek, dan bersumber dari radiasi matahari (energi solar) sehingga faktor suhu sangat berkaitan dengan faktor radiasi cahaya matahati. Suhu dipermukaan bumi sangat bervariasi oleh karena perbedaan tinggi tempat (altitude) dan letak lintang (latitude). Sebagai contoh, suhu udara di padang pasir dapat mencapai 58˚C pada siang hari dan -40˚C di kutub.
Pertumbuhan tanaman ditentukan oleh aktifitas metabolisme yang terkendali oleh faktor lingkungan diantaranya suhu. Proses fotosintesis berjalan baik pada suhu sekitar 21˚C dan dalam kondisi demikian proses pembentukan senyawa glukose relatif lancar sehingga kesempatan untuk mengantarkan fotosintat ke seluruh tubuh cukup tinggi. Namun demikian, pada suhu yang relatif rendah, kesempatan tersebut terhambat oleh ketersediaan energi karena proses pembakaran atau respirasi pada suhu rendah akan menghasilkan energi yang relatif kecil. Demikianlah suhu ikut berperan dalam keberhasilan pertumbuhan tanaman.
2.      Tujuan Praktikum
Praktikum pengaruh faktor suhu terhadap pertumbuhan bertujuan untuk mempelajari perbedaan pertumbuhan tanaman yang diletakkan di Rumah Kaca, di bawah naungan dan di tempat terbuka.


17
 
B.     Tinjauan Pustaka
Kedelai putih (Glycine max) merupakan tanaman yang masuk ke dalam divisi spermatophyta dengan subdivisi angiospermae. Tanaman kedelai merupakan tanaman berbiji tunggal (monocotyledonae) yang masuk ke dalam ordo fabales dan famili fabaceae. kedelai putih memiliki nama genus glycine  dengan spesies max (Anonim, 2011)
Kedelai merupakan terna dikotil semusim dengan percabangan sedikit, sistem perakaran akar tunggang, dan batang berkambium. Kedelai dapat berubah penampilan menjadi tumbuhan setengah merambat dalam keadaan pencahayaan rendah. Kedelai, khususnya kedelai putih dari daerah subtropik, juga merupakan tanaman hari-pendek dengan waktu kritis rata-rata 13 jam. Ia akan segera berbunga apabila pada masa siap berbunga panjang hari kurang dari 13 jam. Ini menjelaskan rendahnya produksi di daerah tropika, karena tanaman terlalu dini berbunga ( Anonim, 2011)
Sebagai sumber protein yang murah dan terjangaku oleh lapisan bawah, kedelai perlu terus ditingkatkan produksinya mengingat kebutuhan yang terus meningkat. melalui penelitian telah dihasilkan teknologi yang menunjang upaya peningkatan produksi (Sunihardi dan Hermanto, 1998)
Kehilangan hasil kedelai karena serangan hama ditentukan oleh berbagai faktor antaralain tinggi rendahnya populasi, bagian tanaman yang dirusak, intensitas serangan, tanggapan tanaman terhadap gangguan kerusakan, fase pertumbuhan tanaman, dan kemampuan petani melaksanakan pengendalian (Marwoto,1992)
Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman kedelai. Suhu berkorelasi positif dengan radiasi matahari  Tinggi rendahnya suhu disekitar tanaman ditentukan oleh radiasi matahari, kerapatan tanaman, distribusi cahaya dalam tajuk tanaman, kandungan lengas tanah  Suhu mempengaruhi beberapa proses fisiologis penting: bukaan stomata, laju transpirasi, laju penyerapan air dan nutrisi, fotosintesis, dan respirasi
(Didik J Rachbini, 2008)
C.    Metode Praktikum
1.      Waktu dan Tempat praktikum
Praktikum pengaruh faktor suhu terhadap pertumbuhan dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 2 Oktober 2011 pukul 09.00 sampai 11.00 WIB dan bertempat di rumah kaca Fakultas Pertanian UNS.
2.     Alat dan Bahan
Alat           :
a.       Pot/ember plastik berisi tanah
b.      Cawan
c.       Kertas milimeter
Bahan        :           Biji kedelai
3.      Cara Kerja
a.       Menyediakan pot plastik diameter 30 cm atau polibag sejumlah 6 buah, isi dengan tanah/media tanam
b.      Memilih biji kedelai yang baik dan rendam dalam air selama 1 jam
c.       Menanamkan 2 biji kedelai pada setiap pot yang telah terisi tanah dan setelah satu minggu pada setiap pot disisakan satu tanaman yang baik
d.      Pot diletakkan di tiga tempat yang telah ditentukan (di rumah kaca, di bawah naungan dan di tempat terbuka), masing-masing 2 ulangan
e.       Tanaman disiram tiap hari sampai tanaman berumur 8 minggu
f.       Pengamatan meliputi : tinggi tanaman (diukur tiap minggu), panjang dan lebar daun tanaman (seluruh daun) diukur setelah selesai pengamatan, berat daun, berat batang, dan berat akar ditimbang dalam keadaan kering konstan (dioven 110˚C, 24 jam)
g.      Mengukur intensitas cahaya pada pagi hari (09.00) dan siang hari (11.00) selama pertumbuhan berlangsung dan susun secara sistematis untuk memudahkan analisis. Data yang diperoleh di analisis secara deskriptif.
D.    Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1.      Hasil Pengamatan
Tabel 5      Tinggi Tanaman Kedelai (Glycine max)
Tinggi Tanaman Minggu ke (cm)
Tempat
Suhu (0C)
Rumah Kaca
Tempat Terbuka
Di bawah naungan
Rumah Kaca
Tempat Terbuka
Di bawah naungan
1
6,4
4,1
5,9
40,86
41,43
28,57
2
13,2
7,1
11,2
36,00
33,50
32,50
3
20,2
10,2
12,9
34,50
32,00
32,00
4
24,8
14,3
17,8
36,01
36,50
34,40
5
33,4
15,3
21,5
33,67
33,00
32,33
6
43,5
20,0
24,8
42,80
39,10
33,90
7
52,0
35,2
33
39,70
40,70
34.50
8
56,4
24,6
35,5
39,00
28,25
29,00
Sumber : Data Rekapan
Gambar 3    Grafik Pengaruh Faktor Suhu Terhadap Pertumbuhan Tinggi Tanaman Kedelai (Glycine max)


Tabel 6        Panjang, Lebar dan Luas daun Tanaman Kedelai (Glycine max)
Tempat
Panjang (cm)
Lebar (cm)
Rumah Kaca
3,2
2,1
Tempat Terbuka
6,0
4,4
Di Bawah Naungan
4,6
3,0
Sumber : Data Rekapan                                                    
Tabel 7      Berat Biomassa Kedelai (Glycine max)
Tempat
Berat kering (gr)
Akar
Batang
Daun
Total
Rumah Kaca
0,4
0,8
0,5
1,7
Tempat Terbuka
2,4
1,4
1,5
5,3
Di Bawah Naungan
1,0
1,1
1,0
3,1
Sumber : Data Rekapan
2.      Pembahasan
Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Suhu mempengaruhi beberpa proses fisiologis penting yaitu :
a.       Buka dan menututupnya stomata
b.      Transpirasi
c.       Penyerapan air dan nutrisi (unsur hara)
d.      Fotosintesis
e.       Respirasi
f.       Kinerja enzim
g.      Cita rasa tanaman
h.      Pembentukan primordia bunga
Peningkatan suhu sampai titik optimum akan diikuti oleh peningkatan proses-proses tersebut dan setelah melewati titik optimum proses tersebut mulai dihambat baik secara fisik maupun kimia. Menurunnya aktivitas enzim (degradasi enzim).
Rata-rata suhu tertinggi selama praktikum terdapat di rumah kaca yaitu sekitar 37,82 0C. Sedangkan suhu di tempat terbuka dan naungan lebih rendah daripada di rumah kaca meskipun sama-sama lebih dari 300C. Rata-rata suhu di tempat terbuka selama praktikum adalah 35,56 0C sedangkan suhu di bawah naungan sekitar 32,15 0C.
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa tanaman tumbuh tinggi di rumah kaca, akan tetapi pertumbuhan tinggi tanaman tersebut tidak diimbangi dengan pertumbuhan berat tanaman. Hal tersebut dikarenakan suhu di dalam rumah kaca terlalu tinggi sehingga proses fotosintesis tidak dapat optimal.
Berdasarkan tabel 6 pertumbuhan panjang dan lebar daun yang terbesar terdapat pada tanaman kedelai yang diletakkan di tempat terbuka yakni dengan panjang 6,0 cm dan lebar daun mencapai 4,4 cm. Sedangkan pad tanaman kedelai yang diletakkan di tempat yang ternaungi, panjang daun mencapai 4,6 cm dan lebar daun mencapai 3,0 cm. Tanaman kedelai pada rumah kaca memiliki panjang dan lebar daun terkecil yakni dengan panjang hanya mencapai 3,2 cm dan lebar hanya mencapai 2,1 cm saja.
Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa berdasarkan biomassa total, tanaman kedelai yang diletakkan di tempat terbuka lebih besar biomassa-nya yakni sebesar 5,3 gram dibandingkan biomassa tanaman kedelai yang diletakkan di tempat ternaungi dan di dalam rumah kaca dengan biomassa masing-masing 3,1 dan 1,7 gram.
Berat biomassa tanaman yang berada diluar rumah kaca lebih berat daripada di dalam rumah kaca karena tanaman di luar rumah kaca dapat meradiasi cahaya matahari secara langsung sehingga proses fotosintesis berlangsung jauh lebih cepat dan tanaman menjadi jauh lebih berat karena kandungan zat makanannya lebih tinggi. Sedangkan luas daun pada tanaman diluar lebih luas karena tanaman diluar tidak mengalami panas seperti pada tanaman yang di dalam rumah kaca. Hal ini bertujuan agar tanaman di dalam rumah kaca dapat mengurangi penguapan air dengan daun yang lebih sempit. 
E.     Kesimpulan dan Saran
1.      Kesimpulan
Berdasarkan praktikum mengenai pengaruh faktor suhu terhadap pertumbuhan tanaman dapat disimpulkan bahwa :
a.       Tanaman kedelai yang tumbuh di rumah kaca tidak dapat tumbuh optimal dikarenakan terlalu tinggi suhu yang ada di rumah kaca.
b.      Tanaman kedelai yang diletakkan di tempat terbuka dapat tumbuh optimal karena suhu yang optimal untuk berfotosintesis terdapat di tempat terbuka sehingga pertumbuhan dapat optimal.
c.       Tanaman kedelai yang terdapat di tempat terbuka memiliki berat biomassa jauh lebih besar dibandingkan dengan tanaman kedelai yang diletakkan di tempat ternaungi dan rumah kaca.
2.      Saran
Adapun beberapa saran untuk menunjang perbaikan fasilitas yang mendukung praktikum agroekosistem.
a.       Rumah kaca perlu diadakan perbaikan dikarenakan kondisi dalam rumah kaca kurang baik.
b.      Kondisi kamar mandi di dalam rumah kaca perlu diperbaiki agar dapat berfungsi seperti selayaknya






DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Kedelai. http://id.wikipedia.org/wiki/Kedelai. Diakses 29 Oktober 2011
Marwoto et al . 1992.  Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Kedelai. Balai Penelitian Dan Pengendalian : Malang
Sunihardi dan Hermanto, 1998. Jurnal : Laporan Tahunan Puslitbang Tanaman Pangan. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian: Bogor.
Didik J Rachbini. 2008. Hubungan Suhu dan Pertumbuhan Tanaman. http://www. faperta.ugm.ac.id. (diakses pada 29 November 2010 : 10.30).












ACARA IV
 PERSAINGAN ANTARA TANAMAN SEJENIS (INTRASPESIFIK)
A.    Pendahuluan
1.      Latar Belakang
Didalam masyarakat tumbuhan seperti padang rumput, semak belukar, hutan daerah pertanian (sawah, tegal, pekarangan, perkebunan, dan sebagainya), akan terjadi persaingan antara individu dari satu jenis atau berbagai jenis. Kompetisi terjadi terutama jika individu-individu tersebut mempunyai kebutuhan yang sama terhadap unsur hara, air, intensitas radiasi matahari, dan faktor lingkungan lain yang dalam kondisi terbatas. Di alam bebas tumbuhan tidak bersaing satu sama lain dengan cara fisik seperti binatang tetapi menggunakan pengaruh terhadap lingkungan tempat hidup. Akar suatu tumbuhan dapat lebih kuat dari yang lain dalam pengambilan unsur pada ruang atau tempat tumbuh yang sama.
Teori ekologi menjelaskan bahwa ketergantungan, keterkaitan antar makhluk hidup, dan interaksi dengan lingkungan fisik merupakan kunci harmonisasi kehidupan di dalam suatu ekosistem. Didalamnya mengandung pengertian beragam tipe interaksi dan salah satu diantaranya adalah kompetisi atau persaingan. Dampak dari peristiwa kompetisi adalah makhluk hidup tetap eksis dalam mempertahankan hidup atau menderita dan akhirnya tidak mampu bertahan melanjutkan siklus hidup. Hal inilah yang akan diamati untuk melihat kenyataan bahwa individu tanaman yang bersaing tetap tumbuh dengan baik atau mengalami kemunduran.
2.      Tujuan Praktikum
25
Praktikum persaingan antara tanaman sejenis bertujuan untuk mempelajari pengaruh kerapatan tanaman terhadap pertumbuhan tanaman sejenis.
B.     Tinjauan Pustaka
Pengaruh kerapatan tanaman terhadap diameter dan tinggi tanaman yaitu semakin besar kerapatan tanaman maka semakin kecil diameter dan tinggi tanaman dan semakin kecil kerapatan tanaman maka semakin besar diameter dan tinggi tanaman yang ada. Hal ini disebabkan karena kerapatan yang besar berarti jumlah tanaman sejenis banyak tumbuh di ruang sempit, saling berkompetisi untuk mendapatkan air, dan nutrisi yang jumlahnya terbatas. Oleh karena itu diameter batang dan tinggi tanaman tidak dapat tumbuh. Begitupun sebaliknya, jika kerapatan kecil maka air dan nutrisi yang tersedia akan semakin besar dan kesempatan tanaman untuk menyerap air dan nutrisi semakin besar, sehingga diameter batang dan tinggi tanaman bisa tumbuh secara maksimal. Pengaruh kerapatan tanaman terhadap pertumbuhan akar dan tajuk yaitu semakin besar kerapatan tanaman, pertumbuhan akar dan tajuk tanaman  akan semakin kecil karena faktor nutrisi dan air akan diperebutkan oleh banyak tanaman yang sejenis (Anonim, 2007)
Persaingan antar tanaman sejenis dalam mendapatkan air ataupun cahaya matahari berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif, sehingga jarak tanam yang lebih lebar akan lebih memacu pertumbuhan vegetatif tanaman. Jarak tanam yang lebih longgar dapat menghasilkan berat kering brangkasan yang lebih besar daripada jarak tanam yang lebih rapat. Berat kering brangkasan adalah indikator pertumbuhan tanaman karena berat kering tanaman merupakan hasil akumulasi asimilat tanaman yang diperoleh dari total pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kerapatan tanaman tinggi membuat semakin kecilnya hasil fotosintesis sebagai akibat berkurangnya penerimaan cahaya matahari, unsur hara dan air, sehingga semakin kecil pula hasil fotosintesis yang ditranslokasikan dan disimpan dalam batang. Ternyata tanam yang lebih rapat mampu memberikan hasil umbi tiap petak yang tinggi dari pada jarak tanam yang lebih renggang. Dengan jarak tanam yang lebih rapat berarti populasi tanaman tinggi, sementara itu berat umbi per tanaman tidak berbeda nyata sehingga jumlah populasi tanaman sangat menentukan hasil yang didapat tiap petakan (Kartasaputra, 1987)
Pengaturan jarak tanam, populasi dan pengolahan tanah memperlihatkan bahwa perlakuan pengolahan tanah berpengaruh sangat nyata terhadap parameter pertumbuhan dan produksi tanaman. Perlakuan populasi berpengaruh nyata sampai sangat nyata. Salah satu bentuk interaksi antara satu populasi dengan populasi  lain atau antara individu satu dengan individu lain adalah bersifat persaingan (kompetisi). Persaingan terjadi bila kedua individu mempunyai kebutuhan sarana pertumbuhan yang sama sedangkan lingkungan tidak menyediakan kebutuhan tersebut dalam jumlah yang cukup. Persaingan ini akan berakibat negatif atau menghambat pertumbuhan individu-individu yang terlibat. Persaingan dapat terjadi diantara sesama jenis atau antar spesies yang sama (intraspesifik competition), dan dapat pula terjadi antara jenis-jenis yang berbeda (interspsifik competition). Persaingan sesama jenis pada umumnya terjadi lebih awal dan menimbulkan pengaruh yang lebih buruk dibandingkan persaingan yang terjadi antar jenis yang berbeda. (Campbell, 2002)
C.    Metode Praktikum
1.      Waktu dan Tempat praktikum
Praktikum persaingan antara tanaman sejenis dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 2 Oktober 2011 pukul 09.00 sampai 11.00 WIB dan bertempat di rumah kaca Fakultas Pertanian UNS.
2.     Alat dan Bahan
Alat  :
a.       Pot/ember plastik berisi tanah
b.      Cawan
c.       Meteran
Bahan :      Biji tanaman jagung, kacang hijau dan kedelai


3.      Cara Kerja
a.       Menyediakan pot plastik atau polibag yang berisi tanah atau media tanam ( 9 buah)
b.      Memilih biji jagung, kacang hijau, dan kedelai yang baik dan rendam dalam air selama 1 jam
c.       Menanam biji-biji tersebut kedalam pot-pot atau polibag dan diatur sedemikian rupa sehingga dalam percobaan ini terdapat beberapa perlakuan: pot ditanami 2 biji, 4 biji, 8 biji dan masing-masing diulang 3 kali
d.      Menyediakan beberapa pot yang ditanami 3 jenis biji tersebut sebagai cadangan untuk penyulaman apabila selama percobaan ada tanaman yang mati
e.       Penyiraman dan perawatan tanaman yang lain dilakukan setiap hari
f.       Dilakukan pengamatan sampai tanaman berumur 6 minggu dan ukur tinggi tanaman setiap minggu
g.      Membandingkan pertumbuhan tinggi tanaman pada tiap jenis tanaman yang memiliki kerapatan tanam berbeda
h.      Dilakukan pengujian statistik apabila ada pengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman
i.        Dilakukan penimbangan biomassa pada saat selesai pengamatan dan gambarkan perbedaan biomassa dari beberapa kerapatan tanam tersebut
j.        Catatan : pada pot yang ditumbuhi lebih dari satu individu tanaman akan terjadi persaingan antara tanaman tersebut dalam pengambilan unsur hara dan atau cahaya.






D.    Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1.      Hasil Pengamatan
Tabel 8      Tinggi Tanaman Jagung (Zea mays), Kacang Hijau (Vigna radiata) dan Kedelai (Glycine max)
Tinggi Tanaman Minggu ke (cm)
Jenis Tanaman (cm)
Jagung (biji)
Kacang Hijau (biji)
Kedelai (biji)
2
4
8
2
4
8
2
4
8
1
11,2
25,2
37,3
7,1
17,2
26,8
10,7
21,3
32,9
2
49,4
59,0
67,6
35,8
49,7
64
36,4
49,7
60,5
3
71,4
83,4
13,0
60,4
68,2
7,0
68,9
78,2
12,4
4
26,1
34,1
49,1
15,0
22,6
34,9
22,5
28,3
40,3
5
54,2
66,0
60,6
43,7
54,8
55,9
48,5
55,9
64,6
6
74,7
12,8
26,5
57,4
6,5
13,9
63,8
10,9
20,4
7
36,5
45,2
52,7
19,3
24,3
36,9
29,8
34,8
39,9
8
58,7
67,9
74,4
46,4
53,2
53,1
46,9
53,1
49,7
Sumber : Data Rekapan
Gambar 4  Grafik Persaingan Tanaman Sejenis Terhadap Tinggi Tanaman Jagung (Zea mays)
Gambar 5  Grafik Persaingan Tanaman Sejenis Terhadap Tinggi Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata)
Gambar 6  Grafik Persaingan Tanaman Sejenis Terhadap Tinggi Tanaman Kedelai (Glycine max)
Tabel 9      Berat Biomassa Jagung (Zea mays), Kacang Hijau (Vigna radiata) dan Kedelai (Glycine max)
Tinggi Tanaman Minggu Ke (cm)
Jenis Tanaman (cm)
Jagung (biji)
Kacang Tanah (biji)
Kedelai (biji)
2
4
8
2
4
8
2
4
8
Total Biomassa
27,6
27,1
27,4
6,0
6,3
8,3
10,5
13,7
10,3

Gambar 7  Histogram Persaingan Tanaman Sejenis Terhadap Berat Biomassa Tanaman Jagung (Zea mays), Kacang Hijau (Vigna radiata) dan Kedelai (Glycine max)
2.      Pembahasan
Dari hasil pengamatan dan pengukuran di atas, dapat kita ketahui bahwa tanaman dengan kerapatan rendah (renggang) memiliki tinggi dan berat yang lebih besar. Hal tersebut terjadi karena tanaman yang ditanam dengan kerapatan rendah (renggang) tidak mengalami persaingan, sehingga laju pertumbuhannya tak terhambat. Tanaman yang ditanam dengan kerapatan tinggi, berat biomassanya akan semakin kecil seperti yang terlihat pada perlakuan dengan 8 biji.
Jarak tanam sangat penting dalam penanaman tanaman tersebut karena apabila menanam pada jarak yang terlalu dekat akan mengakibatkan antar tanaman berebut unsur hara sehingga tanaman yang kalah bersaing dapat mati karena kekurangan unsur hara. Selain itu kebutuhan akan air juga sangat mempengaruhi pertumbuhan. Apabila tanaman kekurangan air maka tanaman itu tidak dapat tumbuh dengan subur, atau akibatnya salah satu dari tanaman akan ada yang mati karena kalah bersaing / kalah berkompetisi mencari makan untuk bertahan hidup.
Selain tinggi, berat biomassa pada pengamatan persaingan tanaman sejenis pada tanamna jagung, kacang hijau, serta kedelai  menunjukkan perbedaan yang berarti. Polybag dengan 2 biji memiliki berat biomassa yang lebih berat disbanding polybag dengan jumlah biji berbeda karena adanya persaingan antar tanaman itu sendiri dalam mendapat nutrisi yang diperoleh dari bawah tanah. Semakin banyak jumlah tanaman dalam satu wadah dengan jumlah unsure hara/nutrisi yang sama, maka akan menghasilkan berat biomassa yang berbeda karena semakin banyak tanaman yang ada maka akan semakin sedikit nutrisi yang diserap sehingga berat biomassa-nya pun semakin sedikit.
Untuk total berat basah biomassanya secara berurutan dari perlakuan penanaman 1 biji sampai perlakuan 8 biji adalah 3,64 gr; 1,58 gr; 0,00 gr; dan 0,22 gr. Dan untuk total berat kering biomassanya secara berurutan dari perlakuan penanaman 1 biji sampai perlakuan 7 biji adalah 5,78 gr; 0,30 gr; 0,00 gr; dan 0,03 gr.
E.     Kesimpulan dan Saran
1.      Kesimpulan
a.    Semakin banyak tanaman yang ditanam dalam satu wadah maka persaingan unsur-unsur hara, air, cahaya matahari dan udara semakin ketat.
b.   Pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut akan terhambat dan tidak stabil.
c.    Jarak tanam sangat berpengaruh dalam mendapatkan unsur hara tanaman
d.   Semakin rapat suatu populasi dalam pembudidayaan akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman maupun pada produksi tanaman.
e.    Pada tanaman yang bermedia terbatas, kerapatan lebih longgar akan mendapatkan unsur yang cukup baik dari cahaya matahari, unsur hara, air dan faktor penunjang lainya.
2.      Saran
Adapun beberapa saran untuk menunjang perbaikan fasilitas yang mendukung praktikum agroekosistem.
c.         Rumah kaca perlu diadakan perbaikan dikarenakan kondisi dalam rumah kaca kurang baik.
d.        Kondisi kamar mandi di dalam rumah kaca perlu diperbaiki agar dapat berfungsi seperti selayaknya.



















DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Pengaruh Kerapatan Tanaman Terhadap Pertumbuhan Tanaman..http://www.scribd.com/doc/66493698/Perssaingan-tumbuhan. Diakses tanggal 29 Oktober 2011
Cambell, NA. 2002. Biologi Jilid II. Erlangga: Jakarta
Kartasapoetra, G. 1987. “Teknologi Konservasi Tanah dan Air”. Jakarta : PT Rineka Cipta.












                                                         ACARA V                              
 ALLELOPHATI
A.    Pendahuluan
1.      Latar Belakang
Alelopati merupakan interaksi antar populasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai anabiosa atau antibiotisme. Contoh, jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu.
      Alelopati tentunya menguntungkan bagi spesies yang menghasilkannya, namun merugikan bagi tumbuhan sasaran. Oleh karena itu, tumbuhan-tumbuhan yang menghasilkan alelokimia umumnya mendominasi daerah-daerah tertentu, sehingga populasi hunian umumnya adalah populasi jenis tumbuhan penghasil alelokimia. Dengan adanya proses interaksi ini, maka penyerapan nutrisi dan air dapat terkonsenterasi pada tumbuhan penghasil alelokimia dan tumbuhan tertentu yang toleran terhadap senyawa ini.
      Proses pembentukkan senyawa alelopati sungguh merupakan proses interaksi antarspesies atau antarpopulasi yang menunjukkan suatu kemampuan suatu organisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup dengan berkompetisi dengan organisme lainnya, baik dalam hal makanan, habitat, atau dalam hal lainnya.
2.      Tujuan Praktikum
Praktikum allelophati bertujuan untuk mempelajari pengaruh Allelophati alang-alang terhadap perkecambahan.

35
 
B.     Tinjauan Pustaka
Alelopati merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut
(Rohman, 2001)
Beberapa pengaruh alelopati terhadap aktivitas tumbuhan antara lain : Senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan hara yaitu dengan menurunkan kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan. Beberapa alelopat menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan. Beberapa alelopat dapat menghambat pertumbuhan yaitu dengan mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan. Beberapa senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat respirasi akar. Senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat sintesis protein. Beberapa senyawa alelopati dapat menurunkan daya permeabilitas membran pada sel tumbuhan. Senyawa alelopati dapat menghambat aktivitas enzim (Anonim, 2011)
Mekanisme pengaruh alelokimia (khususnya yang menghambat) terhadap pertumbuhan dan perkembangan organisme (khususnya tumbuhan) sasaran melalui serangkaian proses yang cukup kompleksproses tersebut diawali di membran plasma dengan terjadinya kekacauan struktur, modifikasi saluran membran, atau hilangnya fungsi enzim ATP-ase. Hal ini akan berpengaruh terhadap penyerapan dan konsentrasi ion dan air yang kemudian mempengaruhi pembukaan stomata dan proses fotosintesis. Hambatan berikutnya mungkin terjadi dalam proses sintesis protein, pigmen dan senyawa karbon lain, serta aktivitas beberapa fitohormon. Sebagian atau seluruh hambatan tersebut kemudian bermuara pada terganggunya pembelahan dan pembesaran sel yang akhirnya menghambat pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan sasaran.  (Einhellig, 1995)
Senyawa-senyawa kima dapat ditemukan pada jaringan tumbuhan (daun, batang, akar, rhizoma, bunga, buah, dan biji). Lebih lanjut dijelaskan bahwa senyawa-senyawa tersebut dapat terlepas dari jaringan tumbuhan melalui berbagai cara yaitu melalui penguapan, eksudat akar, pencucian, dan pembusukan bagian-bagian organ yang mati
(
Rohman, 2001)
Kuantitas dan kualitas senyawa alelopati yang dikeluarkan oleh tumbuhan dapat dipengaruhi oleh kerapatan tumbuhan alelopat, macam tumbuhan alelopat, saat kemunculan tumbuhan alelopat, lama keberadaan tumbuhan alelopat, habitus tumbuhan alelopat, kecepatan tumbuh tumbuhan alelopat, dan jalur fotosintesis tumbuhan alelopat (Budianta, 2001)
C.    Metode Praktikum
1.      Waktu dan Tempat praktikum
Praktikum Allelopathi dilaksanakan pada hari Kamis tanggal  Oktober 2011 pukul  sampai  WIB dan bertempat di rumah kaca Fakultas Pertanian UNS.
2.      Alat dan Bahan
Alat  :
a.       Cawan petri
b.      Kertas saring
c.       Corong penyaring
d.      Mangkok penggerus
e.       Kertas merang
Bahan :
a.       Bagian akar alang-alang
b.      Biji kacang hijau dan kedelai
3.      Cara Kerja
a.       Memilih biji kacang hijau dan kedelai yang baik
b.      Menyediakan beberapa cawan petri lapisi dengan kertas merang
c.       Membuat ekstrak alang-alang dengan cara sebagai berikut :
-          Menghaluskan bagian akar alang-alang dengan mangkok penggerus
-          Mencampurkan bahan gerusan tersebut dengan air (aquadest) dengan perbandingan bagian tumbuhan dan air (1:3, 1:6) dan rendam selama 24 jam
-          Setelah 24 jam saring ekstrak yang diperoleh
d.      Meletakkan 10 biji kacang hijau (2 petri) dan kedelai kedalam cawan petri yang berbeda (lakukan dua ulangan)
e.       Menyiramkan 5 ml ekstrak alang-alang kedalam cawan petri yang sudah berisi biji-biji tersebut
f.       Disiapkan pula cawan petri dan biji seperti diatas dan disiram dengan air
g.      Mengamati perkecambahan biji-biji tersebut setiap hari selama 7-10 hari
h.      Menentukan persentase perkecambahan
i.        Membandingkan dengan perkecambahan yang hanya disiram denagn air/aquadest (kontrol)
j.        Data yang terkumpul disajikan dalam bentuk histogram.
D.    Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1.      Hasil Pengamatan
a.       Kacang Hijau
Perbandingan 1:3
Kecepatan kecambah  =                 = 100 %
Daya kecambah           =                 = 100 %

Perbandingan 1:6
Kecepatan kecambah  =                 = 80 %
Daya kecambah           =                 = 60 %


b.      Kedelai
Perbandingan 1:3
Kecepatan kecambah  =                 = 20 %
Daya kecambah           =                 = 20 %
Perbandingan 1:6
Kecepatan kecambah  =                 = 40 %
Daya kecambah           =                 = 40 %
2.      Pembahasan
Alelopati merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut.
Beberapa pengaruh alelopati terhadap aktivitas tumbuhan antara lain : Senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan hara yaitu dengan menurunkan kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan. Beberapa alelopat menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan. Beberapa alelopat dapat menghambat pertumbuhan yaitu dengan mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan. Beberapa senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat respirasi akar. Senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat sintesis protein. Beberapa senyawa alelopati dapat menurunkan daya permeabilitas membran pada sel tumbuhan. Senyawa alelopati dapat menghambat aktivitas enzim.
Dalam praktikum Allelopathi, untuk mengetahui pengaruh allelopath terhadap pertmbuhan tanaman maka dilakukan percobaan dengan pemberian ekstrak alang-alang pada biji-biji kedelai dan kacang hijau. Setelah beberapa hari maka akan dapat dihitung daya kecambah dan kecepatan kecambah. Dari hasil penghitungan kecepatan dan daya kecambah dapat diketahui seberapa besar pengaruh alelopath alang-alang terhadap pertumbuhan perkecambahan kedelai dan kacang hijau.
Daya Kecambah adalah kemampuan benih untuk tumbuh atau berkecambah normal. Daya kecambah dapat dihitung dengan rumus :
Sedangkan kecepatan kecambah dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
a.       Kacang Hijau
Dari hasil pengamatan di atas, dapat disimpulkan bahwa perbandingan ekstrak alang-alang yang diberikan pada biji kacang hijau mempengaruhi pertumbuhan biji kacang hijau karena pada perbandingan 1:3 menghasilkan presentase kecepatan dan daya kecambah yaitu sebesar 100%. Semua biji tumbuh karena tidak busuk dan berjamur. Akan tetapi, pada perbandingan 1:6 prosentase kecepatan dan daya tumbuh mengalami perbedaan dengan perbandingan 1:3. Pada perbandingan 1:6, kecepatan tumbuh hanya mencapai 80 % sedangkan daya tumbuh mencapai 60 % saja. Jamur yang terdapat pada cawan dengan perbandingan 1:6 lebih banyak daripada yang terdapat pada perbandingan 1:3. Hal tersebut menunjukkan bahwa ekstrak alang-alang menghambat perkecambahan pada biji kacang hijau.
b.      Kedelai
Dari pengamatan di atas, dapat disimpulkan bahwa perbandingan ekstrak alang-alang yang diberikan pada biji kedelai mempengaruhi pertumbuhan kedelai, pada perbandingan 1:3 kecepatan kecambah dan daya kecambah sama, yaitu 20%. Terdapat masing-masing 8 biji yang tidak tumbuh dikarenakan tumbuhnya jamur. Sedangkan pemberian ekstrak alang-alang dengan perbandingan 1:6 kecepatan kecambah dan daya kecambah hanya mencapai 40 % dikarenakan tumbuhnya jamur yang menyebabkan biji menjadi busuk, berwarna kecoklatan dan tidak dapat tumbuh dan berkecambah.
E.     Kesimpulan dan Saran
1.      Kesimpulan
Berdasarkan praktikum mengenai allelophati padatanaman, dapat disimpulkan bahwa :
a.       Allelophati dapat merugikan tanaman karena dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
b.      Perbandingan pemberian senyawa allelopath dapat memberikan pengaruh yang berbeda pada tanaman kedelai dan kacang hijau.
c.       Pertumbuhan jamur akibat ekstrak alang-alang dapat menyebabkan biji kedelai dan kacang hijau menjadi busuk dan berwarna coklat serta berbau tidak sedap sehingga dapat menyebabkan tanaman gagal tumbuh.
2.      Saran
Adapun beberapa saran untuk perbaikan sarana prasarana praktikum adalah sebagai berikut :
a.       Perlu ditambah alat-alat laboratorium yang lebih modern untuk perbaikan kualitas.
b.      Perbaikan wastafel dan sumber air agar lebih baik dan lebih nyaman apabila digunakan.





DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Alelopati. http://ifaradie.blogspot.com/2011/03/alelopati.html. Diakses tanggal 29 Oktober 2011
Einhellig FA. 1995. Allelopathy: Current status and future goals. Dalam Inderjit, Dakhsini KMM, Einhellig FA (Eds). Allelopathy. Organism, Processes and Applications. Washington DC: American Chemical Society. Hal. 1 – 24.
Rohman, Fatchur. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang: Universitas Negeri Malang.
























ACARA VI
 ANALISIS AGROEKOSISTEM
A.    Pendahuluan
1.      Latar Belakang
Ekosistem pertanian adalah ekosistem yang sederhana dan monokultur jika dilihat dari komunitas, pemilihan vegetasi, diversitas spesies, serta resiko terjadi ledakan hama dan penyakit. Dalam garis besarnya cara-cara orang Indonesia memanfaatkan alam dalam kaitannya dengan pertanian banyak macamnya. Diantaranya berladang, pertanian pekarangan, bersawah, dan bertegal.
Sebagai unsur pelaku yang bergerak di bidang pertanian perlu memahami hubungan antara subsiatem dengan agroekosistem. Sawah, tegal, dan perkebunan adalah subsistem dengan dominasi tanaman tertentu perlu dievaluasi sebagai subsistem dan sebagai bagian dari agroekosistem. Sedangkan talun sebagai subsistem dengan diversitas tingggi apakah dapat bertindak sebagai ekosistem yang mandiri.
2.      Tujuan Praktikum
Praktikum Analisis Agroekosistem bertujuan untuk :
1.    Memperkenalkan mahasiswa semester 1 dengan berbagai tipe penggunaan lahan untuk kepentingan produksi pertanian
2.    Meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang perlunya pengelolaan setiap subsistem dengan memperhitungkan kaidah-kaidah lingkungan
3.    Meningkatkan kecerdasan mahasiswa dengan kesadaran dan pikiran logis dari apa yang mereka lihat di lapangan dengan teori dan kajian yang selama ini diperoleh di kelas saat tatap muka.


44
 
B.     Tinjauan Pustaka
Agroekosistem berasal dari kata sistem, ekologi dan agro.  Sistem adalah suatu kesatuan himpunan komponen-komponen yang saling berkaitan dan pengaruh-mempengaruhi sehingga di antaranya terjadi proses yang serasi.  Ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbal balik antara organisme dengan lingkungannya. Sedangkan ekosistem adalah  sistem yang terdiri dari komponen biotic dan abiotik yang terlibat dalam proses bersama (aliran energi dan siklus nutrisi). Pengertian Agro = Pertanian dapat berarti sebagai  kegiatan produksi/industri biologis yang dikelola manusia dengan obyek tanaman dan ternak.  Pengertian lain dapat meninjau sebagai lingkungan buatan untuk kegiatan budidaya tanaman dan ternak. Pertanian dapat juga dipandang sebagai pemanenan energi matahari secara langsung atau tidak langsung melalui pertumbuhan tanaman dan ternak (Saragih, 2000).
a.         Subsistem sawah
Sawah adalah lahan usaha pertanian yang secara fisik berpermukaan rata, dibatasi oleh pematang, serta dapat ditanami padi, palawija atau tanaman budidaya lainnya. Kebanyakan sawah digunakan untuk bercocok tanam padi. Untuk keperluan ini, sawah harus mampu menyangga genangan air karena padi memerlukan penggenangan pada periode tertentu dalam pertumbuhannya. Untuk mengairi sawah digunakan sistem irigasi dari mata air, sungai atau air hujan. Sawah yang terakhir dikenal sebagai sawah tadah hujan, sementara yang lainnya adalah sawah irigasi. Padi yang ditanam di sawah dikenal sebagai padi lahan basah (lowland rice) (Anonim, 2011)
Sawah terdiri dari beberapa macam antara lain adalah sawah berpengairan teknis, setengah teknis dan tadah hujan. Perbedaan antara sawah dan tegalan adalah di lahan sawah terdapat pematang, tapi di tegalan tidak ditemukan (Pratiwi, 2004).
Sawah itu sangat stabil atau tahan lama, sawah itu dapat terus menghasilkan panenan yang boleh dikatakan tak berkurang dari tahun ke tahun, bahkan seringkali dua kali setahun. "Padi yang ditanam dengan irigasi adalah tanaman yang unik." (Gourou, 1953)
Rendahnya produktivitas tanaman padi disebabkan oleh penerapan rekayasa tehnologi budidaya dikalangan petani belum maksimal. Hal ini dipengaruhi oleh minimnya pengetahuan petani terhadap penggunaan tehnologi tersebut, yang dititikberatkan terhadap program intensifikasi, seperti: penggunaan umur bibit, dan jarak tanam serta penerapan tehnologi panca usaha tani secara efektif dan tepat sasaran ( Sjarifuddin et al, 1999)
Pengaturan jarak tanam yang baik dapat memberikan jumlah populasi maksimal dengan tetap memperhatikan bahwa tingkat populasi berpengaruh terhadap efektifitas proses fotosintesis. Penggunaan jarak tanam yang disesuaikan dengan jenis varietas, kesuburan tanah, dan kondisi iklim dapat meningkatkan produktivitas tanaman padi, karena jarak tanam erat hubungannya dengan jumlah tanaman per satuan luas yang menentukan jumlah gabah dari jumlah malai yang dihasilkan dari setiap tanaman ( Hardian Siregar, 1981)
b.         Subsistem pekarangan
Pekarangan adalah areal tanah yang biasanya berdekatan dengan sebuah bangunan. Tanah ini dapat diplester, dipakai untuk berkebun, ditanami bunga, atau kadang-kadang memiliki kolam. Pekarangan bisa berada di depan, belakang atau samping sebuah bangunan, tergantung seberapa besar sisa tanah yang tersedia setelah dipakai untuk bangunan utamanya (Anonim, 2011)
Nampaknya, bagi masyarakat desa, pekarangan juga mempunyai fungsi sebagai jalan umum (lurung) antar tetangga, atar kampung, antar dkuh, ahkan antar desa satu dengan yang lainnya. Di samping itu, pada setiap pekarangan terdapat”pelataran” (Jawa) atau “buruan” (Sunda) yang dapat dipergunakan sebagai tempat bemain anak-anak sekampung. Adanya kolam tempat mandi atau sumur di dalam pekarangan, juga dapat  dipergunakan oleh orang-orang sekampung dengan bebas bahkan sekaligus merupakan tempat pertemuan mereka sebagai sarana komunikasi masa (Soemarwoto, 1978)
Lahan pekarangan beserta isinya merupakan satu kesatuan kehidupan yang saling menguntungkan. Sebagian dari tanaman dimanfaatkan untuk pakan ternak, dan sebagian lagi untuk manusia, sedangkan kotoran ternak digunakan sebagai pupuk kandang untuk menyuburkan tanah pekarangan. Dengan demikian, hubungan antara tanah, tanaman, hewan piaraan, ikan dan manusia sebagai unit-unit di pekarangan merupakan satu kesatuan terpadu. (Supriyono, 2002).
Teknik pengolahan tanahnya pun menggunakan TOT (Tanpa Olah Tanah), sehingga pemilik dari pekarangan tidak pernah atau jarang sekali merawat tanahnya, dan dibiarkan begitu saja agar lebih alami sehingga kandungan bahan organik maupun humusnya lebih banyak. Hal ini membuat tanah menjadi lebih subur, tanaman juga tumbuh dengan subur, dan hasilnya juga maksimal dan tuumbuh secara alami tanpa rekayasa teknologi manusia. Akan tetapi teknik ini membuat serangan hama dan penyakit meningkat. Akan tetapi, justru kondisi seperti inilah yang membuat rantai makanan akan lebih bervariasi dan lebih alami. Pada lahan pekarangan ini, siklus haranya adalah tertutup, tanaman itu rontok daunnya lalu diambil tanaman semusim, dan sisa-sisa tanaman tetap di sini tidak diambil. Jika diambil, semuanya tetep kembali dari hasil kotoran. (Soemarwoto, 2000).
Kesuburan tanah memang mempengaruhi hasil panenan seperti halnya pemupukan tapi tanah itu kelihatannya tidak kehilangan daya hasilnya sekalipun lama tidak dipupuk, bahkan sering dapat menjadi lebih baik. Dalam dua atau tiga tahun yang pertama hasil tanah yang baru saja dibuka akan merosot dengan cepat, jika tidak dipupuk; tetapi setelah 10 atau 20 tahun hasil panenan itu biasanya menjadi stabil untuk waktu yang boleh dikatakan tak terbatas (Murphey, 1957).


c.         Subsistem tegal
Tegalan adalah lahan kering yang ditanami dengan tanaman musiman atau tahunan, seperti padi ladang, palawija, dan holtikultura. Tegalan letaknya terpisah dengan halaman sekitar rumah. Tegalan sangat tergantung pada turunnya air hujan. Tegalan biasanya diusahakan pada daerah yang belum  mengenal sistem irigasi atau daerah yang tidak memungkinkan dibangun saluran irigasi. Permukaan tanah tegalan tidak selalu datar. Pada musim kemarau keadaan tanahnya terlalu kering sehingga tidak ditanami (Anonim, 2010)
Kesuburan tanah memang mempengaruhi hasil panenan seperti halnya pemupukan tapi tanah itu kelihatannya tidak kehilangan daya hasilnya sekalipun lama tidak dipupuk, bahkan sering dapat menjadi lebih baik. Dalam dua atau tiga tahun yang pertama hasil tanah yang baru saja dibuka akan merosot dengan cepat, jika tidak dipupuk; tetapi setelah 10 atau 20 tahun hasil panenan itu biasanya menjadi stabil untuk waktu yang boleh dikatakan tak terbatas (Murphey, 1957).
Dalam rangka pengendalian erosi atau pengawetan tanah, cara menanam berbagai tanaman dengan larikan-larikan yang searah dengan garis kontur adalah penting, karena cara demikian dapat memperlambat lajunya aliran permukaan.Tentang pembuatan teras-teras atau sengkedan merupakan perbuatan yang terbaik dalam mengatur aliran air di daerah-daerah yang lahannya miring. Pada lahan yang berlereng panjang, kita akan mengetahui laju aliran air pada permukaan tanah adalah demikian cepat dan kejadian ini tenunya akan mengakibatkan pengikisan tanah ang lebih besar (G. Kartasapoetra, 1987).
Lapangan produksi ada bermacam macam antara lain adalah lahan terbuka yang terdiri dari sub sistem antara lain sawah, tegalan, kebun buah, dan kebun sayur. Sawah terdiri dari beberapa macam antara lain adalah sawah berpengairan teknis, setengah teknis dan tadah hujan. Perbedaan antara sawah dan tegalan adalah di lahan sawah terdapat pematang, tapi di tegalan tidak ditemukan (Tejasarwana, 2001).
Meningkatnya kesuburan tanah pada sistem olah tanah konservasi berkaitan erat dengan adanya pendaurulangan internal hara melalui pemanfatan mulsa in situ dan rendahnya erosi tanah serta pencucian hara. Namun, disisi lain ternyata kemasaman tanah pada sistem olahtanah konservasi terus meningkat. Hal ini berhubungan dengan lamanya penggunaan tanah (Utomo, 1995).
d.        Subsistem talun
Secara umum, pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Pestisida relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas. Oleh karena terbuat dari bahan alami maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang. Pestisida nabati bersifat “pukul dan lari” yaitu, apabila diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu dan setelah hamanya terbunuh maka residunya akan cepat menghilang di alam (Agus Kardinan, 2000).
Di dalam ekosistem ada aliran energi satu arah dari sinar matahari, ada input bahan atau material dan hara atau nutrisi lain, energi keluar sistem berupa panas dan juga bahan yang di eksport di dalam sistem ada kontrol umpan balik atau feedback energi (Supriyono, 2002).
Talun sebagai sistem tradisional yang mempunyai aneka fungsi selain fungsi produksi, dimana dalam sistem ini terdapat kombinasi tanaman pertanian semusim dengan pepohonan. Talun umumnya mempunyai batas-batas kepemilikan yang jelas dan ditemukan di sekitar daerah pemukiman. Talun juga memiliki struktur yang mirip dengan hutan, sehingga sering juga disebut sebagai mimicking forest. Secara garis besar, talun dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu talun permanen dan talun tidak permanen (talun-kebun) (Yanto, 2008).
Secara garis besar, talun dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu talun permanen dan talun tidak permanen (talun-kebun). Pada talun permanen, tidak ditemukan adanya pergiliran tanaman dan pohon-pohonnya rapat dengan kanopi menutupi area, sehingga cahaya yang tembus sedikit dan hanya sedikit tanaman toleran yang ditanam. Pada talun yang pohonnya jarang, cahaya bisa banyak tembus, sehingga tanaman musiman tumbuh dan dapat ditemukan ditemuakan, talun seperti itu disebut juga “Kebun Campuran”. Pada talun tidak permanen, ditemukan adanya pergiliran tanaman, biasanya terdiri dari tiga fase, yaitu kebun, kebun campuran, dan talun (Widagda, 2000).
Pola tanam yang diterapkan dilahan tegal adalah sistem campuran lahan kering, sehingga sumber air hanya dari hujan saja. Sistem tanamanya streep croping untuk efesiensi konversi energi dan pola tanam antara tanaman yang satu dengan tanaman yang lain sama umur. Pengolahan tanah agar tidak terjadi erosi maka dibuat terasering (Nasrudin, 2005).
e.              Subsistem perkebunan
Lahan perkebunan adalah lahan usaha pertanian yang luas, biasanya terletak di daerah tropis atau subtropis, yang digunakan untuk menghasilkan komoditi perdagangan (pertanian) dalam skala besar dan dipasarkan ke tempat yang jauh, bukan untuk konsumsi lokal. Perkebunan dapat ditanami oleh tanaman keras/industri seperti kakao, kelapa, dan teh, atau tanaman hortikultura seperti pisang, anggur, atau anggrek. Dalam pengertian bahasa Inggris, "perkebunan" dapat mencakup plantation dan orchard (Anonim, 2011)
Semua jenis karet adalah polimer tinggi dan mempunyai sususan kimia yang berbeda dan memungkinkan untuk diubah menjadi bahan-bahan yang bersifat elastis. Namun, bahan-bahan itu berbeda sifat bahan dasarnya misalnya, kekuatan tensil, daya ukur maksimum, daya lentur, dan terutama pada proses pengolahannya serta prestasinya sebagai barang jadi (James, 1982)
Teh diperoleh dari pengolahan daun tanaman teh (Camellia Sinensis L) dari familia Theaceae. Tanaman ini diperkirakan berasal dari daerah pegunungan Himalaya dan daerah-daerah pegunungan yang berbatasan dengan Republik Rakyat China, India dan Burma. Tanaman ini dapat tumbuh subur di daerah tropik dan subtropik dengan menuntut cukup sinar matahari dan hujan sepanjang tahun (Siswoputranto, 1978)
Tanaman kopi menghendaki tanah dengan lapisan tanah atas yang dalam, yang gembur dan mengandung banyak bahan organik. Tanah-tanah bekas abu gunung berapi sangat baik untuk tanaman kopi. Tanaman kopo yang diusahakan umumnya bukan tanaman asli, melainkan klon-klon unggul hasil persilangan dan seleksi (Siswoputranto, 1978)
Agroekosistem perkebunan lebih banyak melindungi tanah, air, dan sejumlah kecil flora dan fauna yang ada di dalamnya dari pada sawah. Tetapi perkebunan tidak dapat mencapai efisiensi perlindungan lahan seperti hutan alam yang dewasa. Sebab utama mengapa perkebunan sangat rendah keanekaragaman hewan liarnya adalah karena keanekaragaman tumbuh-tumbuhan yang sangat terbatas (Anwar miring, 1984).
C.    Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
a. Sub Sistem Sawah
1) Profil tempat
• Alamat                    : Banyudono,Boyolali
• Letak astronomis    :1100 41’ 46.2” BT dan 7 32’ 14.7” LS
• Kemiringan lereng  : 2%
• Tinggi tempat         : 170 mdpl
• Luas                        : 0.25 ha
• pH tanah                 : 6.9
• Kelembaban tanah  : 100%
• Suhu udara             : 28C
• Kelembaban udara  : 48%
• Intensitas cahaya    : 52500 lux
• Batas                      :           Utara   : Jalan Raya
                                                     Timur   : Rumah Penduduk
                                                     Selatan            : Sawah
                                                     Barat   : Rumah Penduduk
U
S
T
B
2) Denah Sub Sistem Sawah





vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv

/////////////////
/////////////////

vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
/////////////////
/////////////////

vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
//////////////////////////////////
/////////////////
 




                                           :






vvvvvv          = padi
///////////           = kacang panjang
3) Pengelolaan tanah
Pola tanam serempak untuk tanaman padi, penyiangan menggunakan sistem tradisional yaitu dengan disiangi oleh petani menggunakan alat yang disebut gosrok dan tangan untuk mencabuti rumput yang berukuran besar, pengairan melalui bendungan kali dekat sawah, pembajakan dengan traktor, jarak tanam padi adalah 20x30 cm.
4) Input 
- Bibit(IR 64) 10kg
- Urea 1.5 kw
- Pestisida
- Pupuk
- Modal 1.000.000
5) Output
-            Hasil : gabah, langsung dijual
-            Sisa   : jerami dikembalikan ke tanah sebagai pupuk organik
-            Pendapatan kotor Rp 5.000.000,00, dibagi 2 antara pemilik sawah dengan penggarap.
6) Siklus hara    
Siklus hara terbuka karena petani menggunakan pestisida untuk menghilangkan hama dan juga pupuk organik serta urea untuk zat peningkat hara.
b. Sub Sistem Tegal           
1) Profil tempat
•Alamat                     : Teras,Boyolali
•Letak astronomis     : 110 40’ 3.2” BT dan 7 32’ 115.5” LS
•Kemiringan lereng   : 2%
•Tinggi tempat          : 221 mdpl
•Luas                         : 0.0054 ha
•pH tanah                  : 6.8
•Kelembaban tanah   : 55%
•Suhu udara              : 45
•Kelembabanudara                : 22%
•Intensitas cahaya     : 67100 llux
•Batas                      :           Utara   : Lahan
                                                     Timur   : Tanaman Jagung
                                                     Selatan: Tanaman jagung
                                                     Barat   : Lahan Kosong






2) Denah Sub Sistem Tegal
S                  S  S              S  S              S
S        I         S  S    I         S  S    I         S
S                  S  S              S  S              S
S        I         S  S    I         S  S    I         S
S                  S  S              S  S              S
S        I         S  S    I         S  S OI        S


U
S
T
B
 











O       : pepaya
I        : cabai
S                    : kacang
3) Pengelolaan tanah     
  Pola tanam campuran antara lombok, kacang dan papaya. Jarak tanam tidak teratur. Sistem pengairan menggunakan irigasi dari sungai sekitar. Pengolahan tanah dengan cangkul. Penyiangan dengan sistem tradisional yaitu dengan disiangi oleh petani menggunakan alat yang disebut gosrok dan tangan untuk mencabuti rumput yang berukuran besar.
4) Input                         
- Bibit            : cabai, kacang tanah, dan pepaya
- Pupuk          : urea, ponska
- Pestisida dengan semprot
5) Output                                  
- Hasil            : Cabai, kacang tanah, buah pepaya
- Sisa tanaman digunakan untuk pakan ternak


6) Siklus hara                
Siklus hara terbuka karena menggunakan input dari luar seperti pupuk dan pestisida. Dalam siklus hara terbuka bermakna tanah sudah banyak kehilangan hara sehingga perlu adanya tambahan hara dari luar, yakni dengan ditambahkannya pupuk dan pestisida untuk menunjang pertumbuhan tanaman.
c. Sub Sistem Talun
 1) Profil tempat
• Alamat                             : Sambirejo,Winong,Boyolali
• Letak astronomis              : 110 35’ 26.2” BT,7 31’ 19.9” LS
• Kemiringan lereng            : 5%
• Tinggi tempat                   : 475 mdpl
• Luas                                 : 7000 m
• pH tanah                          : 7.1
• Kelembaban tanah            : 0%
• Suhu udara                       : 33
• Kelembabanudara                        : 29%
• Intensitas cahaya              : Ternaungi      : 710fc
                                              Takternaungi : 6800 fc
• Batas                 :              Utara   : Jurang
                                                     Timur   : Makam
                                                      Selatan: Talun
                                                     Barat   : Talun
              ü     ü     ü     ü     ü
õ  õ   õ  õ  ƒ  ƒ          
%  %  %  ³  ³   ü   ü   ü   ü   ü
&  ˜ ˜  ˜  ˜          
                ü    ü   ü   ü   ü
2) Denah Sub Sistem Talun
U
S
T
B
 








: jati                          õ : kelapa                & : durian
: nangka                    ƒ  : petai                   ☼ : bambu
ü  : sengon                    % : pisang                ˜ : suren
  : singkong                 ³ : dadap
3) Pengelolaan tanah     
       Pola tanam campuran/ heterokultur atau tumpangsari. Jarak tanam teratur (Sengon: 1x1.5 m, Singkong:1x1m). Pengairan dari air hujan. Pupuk berasal dari daun dan ranting tanaman yang rontok.
4) Input                         
- Bibit : nangka, kelapa, durian, jati, singkong, pete, bambu, pisang, dadap, suren, dan sengon.
- Pupuk : urea, kandang, dan organik
5) Output          
- Hasil : Kayu sengon, jati, nangka, pete, kelapa, durian, singkong, bambu, pisang, dadap, dan suren.
-   Rumput untuk pakan ternak
6) Siklus hara
Siklus hara terbuka untuk jenis tanaman tertentu, karena memakai pupuk organik, urea, dan, kandang.
d. Sub Sistem Pekarangan
1) Profil tempat
• Alamat                                : Teras, Boyolali
• Letak astronomis                : 170 40’ 10.6” BT, 7 32’ 12.6” LS
• Kemiringan lereng              : 0%
• Tinggi tempat                     : 217 mdpl
• Luas                                    : 60 m
• pH tanah                             : 7.2
• Kelembaban tanah              : 10%
• Suhu udara                         : 35
• Kelembabanudara               : 30%
• Intensitas cahaya                : Ternaungi      : 350 fc
                                                Takternaungi : 6300 fc
• Batas                                  :Utara  : Lahan
                                                     Timur   : Rumah
                                                      Selatan: Rumah
                                                     Barat   : Rumah
2) Denah Sub Sistem Pekarangan
    ˜           {      !  ð    ü
      ð       &   %    ƒ   ž     ü
˜   ˜   ü      ¯     V    ƒ    ¹     À
c  c  c  c   ¯    À   ˜   õ  V
e  e  e e   ž           ñ  ñ
U
S
T
B
 








♣ : gaharu              ð : durian                     ž : kenanga
˜ : cabai                ü   : petai                       ¯ : kantil
☼ : pisang              ►: kelapa                      V : matoa
{ : pepaya              &: delima                     ¹  : sawi
: mangga            %: jeruk                        À : kacang panjang
!: rambutan          ƒ: belimbing                 õ : singkong
ñ: jambu biji          e : bayam                     c : kangkung  
3) Pengelolaan tanah     
   Pengolahan tanah secara manual dengan dicangkul. Diberi pupuk dan TS untuk penggembur tanah, pengairan dari sumur. Pola tanam campuran/ heterokultur. Jarak tanam tak teratur.
Jenis tanaman :
-          Hortikultura : pisang, pepaya, cabai, rambutan, durian,                              petai, jeruk, kelapa, kenanga, kantil, dan                          matoa
-          Tanaman pangan       : singkong
-          Dll                             : gaharu, dsb.
4) Input 
- Bibit                     : hortikultura, tanaman pangan, dan lain-lain.
- Pupuk                  : kandang, TS, dan kompos
- Pestisida              : untuk sayuran, memakai laos ditumbuk untuk                         mengusir belalang
5) Output          
- Hasil                    : bibit hortikultura dan tanaman pangan
- Sisa tanaman        : daun kering ditimbun digunakan sebagai                                pupuk kompos                                      
6) Siklus hara
     Merupakan siklus hara terbuka karena menggunakan pupuk kandang, kompos dan TS.
e. Sub Sistem Perkebunan
1) Kopi
a) Profil tempat
• Alamat                           : Banaran
• Letak astronomis           :110 26’ 31.2” BT 7 15’ 15.37” LS
• Kemiringan lereng         : -
• Tinggi tempat                 : 526 mdpl
• Luas                               : 374.72 ha
• pH tanah                        : 6.9
• Kelembaban tanah         : 20%
• Suhu udara                    : 35
• Kelembaban udara         : 24%
• Intensitas cahaya           : 1900 fc
• Batas                              : Utara             : Jalan
                                                      Timur             : Jalan
                                                       Selatan          : Bangunan
                                                       Barat             : Lahan

U
S
T
B
b) Denah Sub Sistem Perkebunan Kopi
                       
                           
                       
                       

    : Kopi
     : Lamtoro
 







c) Pengelolaan tanah
Pola tanam dengan monokultur tanaman kopi jenis diselingi dengan lamtoro di sampingnya. Jarak tanamnya 2,5 x 2,5 m. Jenis tanaman kopi robusta dan kopi luwak. Pengairan menggunakan hujan, apabila musim kemarau tanaman muda membutuhkan pengairan dari tangki air.
Tanaman kopi membutuhkan naungan karena sebagia penghasil seresah untuk menambah kandungan hara di dalam tanah
d) Input
            - Bibit                   : bibit kopi hasil penelitian sendiri
            - Pupuk                 : anorganik seperti urea,dll
- Pestisida            : jumlah tergantung jenis pestisida, rata-rata  setiap 1 liter air adalah 2 cc.
e) Output
            - Hasil                   : Kopi
   - Sisa tanaman      : Daun seresah dibiarkan untuk menambah unsur hara (humus).
f) Siklus Hara
  Siklus terbuka karena mendapat tambahan berupa pupuk anorganik seperti urea dan pestisida.

2) Karet
a) Profil tempat
• Alamat                           : Ardelir Galar Dawa, Salatiga
• Letak astronomis           : -
• Kemiringan lereng         : -
• Tinggi tempat                :
• Luas                               : 2200 ha
• pH tanah                        : -
• Kelembaban tanah         : -
• Suhu udara                     : -
• Kelembaban udara         : -
• Intensitas cahaya           : -
• Batas                              : Utara :
                                                       Timur :
                                                       Selatan :
U
S
T
B
                                                       Barat :
b) Denah Sub Sistem Perkebunan Karet
    : Karet
  : rorak
                               
                               
                               
                               
gawangan
gawangan
larik
 










c) Pengelolaan tanah
- Pola tanam monokultur
- Jarak tanam antar larik 6 m dan antar pohon karet 3 m
- Jenis tanaman perkebunan adalah Hevea brasiliensis (karet)
- Pengelolaan tanah dengan mencangkul, kecruk (balik tanah), irigasi dengan sistem tadah hujan tanpa menggunakan mesin. Dibuat rorak atau lubang untuk memasukkan seresah / bahan organik dan mencegah berbagai penyakit akar agar tidak menular.
d) Input
- Bibit : okulasi antara tunas batang entres yang dibiakkan di selatan perkebunan pohon getas.
- Pupuk  : pupuk kandang, tunggal (NPK + HCl), pulet (pupuk pabrik), organik
- Pestisida : fungisida dan pestisida dengan penyemprotan belerang
- Selang aplikator yang diimpor dari Malaysia untuk memberi                rangsangan agar lateks keluar lebih banyak.
e) Output
- Hasil : Getah karet (lateks) dalam bentuk cair dan Lem                        dalam bentuk kering.
- Sisa tanaman : Seresah dimasukkan dalam rorak yang akan berfungsi untuk mempersubur tanaman dan isolasi penularan penyakit.
f) Siklus Hara
       Siklus terbuka karena mendapat pupuk organik dan anorganik serta pestisida berbahan belerang.
2. Pembahasan
a. Sub Sistem sawah
Pada subsistem  sawah  melalui pengamatan dengan alat gps  berada pada latitude 7 32’ 14.7” LS dan altitude 110 41’ 46.2’ BT, tinggi tempat 170 m dari permukaan laut. Kemudian dengan menggunakan alat klino meter didapatkan kemiringan sekitar 2 %.
Pola tanam dalam subsistem sawah tersebut adalah monokultur, serempak yaitu ditanami padi jenis IR 64. Pengolahan tanah dengan membajak tanah sawah menggunakan traktor. Untuk mengairi sawah, petani memanfaatkan sungai yang ada di sekitar lahan sawah. Sedangkan untuk penyiangan, petani masih menggunakan sistem tradisional yaitu dengan disiangi oleh petani menggunakan alat yang disebut gosrok dan tangan untuk mencabuti rumput yang berukuran besar.
 Input sawah di tempat praktikum berupa bibit padi jenis IR 64 sebanyak 10kg. Pupuk yang digunakan adalah pupuk urea sebanyak 1,5 kwintal. Untuk 1 patok sawah rata-rata menggunakan pupuk 2-3 kali selama 35 hari. Petani menggunakan pestisida merek matador dan hanya digunakan bila terserang hama penyakit.
Hasil produksi sawah tersebut adalah gabah yang setelah dipanen langsung dijual, sedangkan sisa tanaman seperti jerami dikembalikan ke tanah sawah untuk dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Dalam satu kali masa tanam, dapat diperoleh penghasilan sebesar 5.000.000 yang dibagi dua antara pemilik dengan penggarap sawah.
Siklus hara pada subsistem sawah tersebut adalah terbuka karena tanaman padi mendapat input dari luar berupa pupuk urea sebanyak 1,5 kwintal sebagai penambah unsur hara dan pestisida untuk pemberantasan hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi. 
b. Sub Sistem Tegal
Pada subsistem tegal didapat melalui pengamatan dengan alat gps daerah berada pada latitude 7, 31’ 19.9” LS dan altitude 110 35’ 26.2” BT, kemudian tinggi tempat 475 m dari permukaan laut. Sedangkan kemiringan lerangnya 2 % dengan pH tanah 6,8 dan kelembaban tanah 55%. Untuk kelembaban udaranyy adalah 22% dan suhu udara 45oC.
Pola tanam campuran atau heterokultur dengan jarak tanam yang tidak teratur.  Pengairan lahan tersebut berasal dari air sungai yang terdapat di sekitar area tegalan, pembajakan masih dilakukan dengan cangkul dan penyiangan dengan sistem tradisional yaitu dengan disiangi oleh petani menggunakan alat yang disebut gosrok dan tangan untuk mencabuti rumput yang berukuran besar. Jenis tanaman bermacam-macam seperti cabai, kacang tanah, dan pepaya.
Input dalam sub sistem tegal ini berupa bibit tanaman cabai, kacang tanah dan pepaya. Untuk pupuk, petani menggunakan pupuk urea, ponska. Sedangkan unutk menanggulangi hama penyakit petani menggunakan pestisida semprot. 
Hail produksi berupa cabai yang dijual ke pasar. Sedangkan sisa tanaman saat panen digunakan untuk pakan ternak yang dijual per sak.
Siklus hara dalam subsistem tegal berupa siklus hara terbuka karena mendapat asupan pupuk untuk peningkat kandungan hara tanah dan pestisida untuk pemberantas hama penyakit.
c. Sub Sistem Talun
Pada subsistem tegal didapat melalui pengamatan dengan alat gps daerah berada pada latitude 7 31’ 19.9” LS dan altitude 110 35’ 26.2” BT,  kemudian tinggi tempat 475 m dari permukaan laut. Sedangkan kemiringan lerangnya 5 % dengan pH tanah 7,1 dan kelembaban tanah 0%. Untuk kelembaban udaranyy adalah 29% dan suhu udara 33oC.
Pola tanam campuran atau heterokultur dengan jarak tanam yang tidak teratur.  Jenis tanaman meliputi nangka, kelapa, durian, jati, singkong, pete, bambu, pisang, dadap, suren, dan sengon. Pola tanam campuran/ heterokultur atau tumpangsari. Jarak tanam pada talun teratur (Sengon: 1x1.5 m, Singkong:1x1m). Rumput yang ada disekitar tanaman disiangi dan digunakan untuk pakan ternak. Pengairan talun dengan memanfaatkan air dari hujan. Pupuk yang digunakan berasal dari daun dan ranting tanaman yang rontok. Selain pupuk organik dari seresah, petani juga menggunakan pupuk urea dan pupuk kandang.
Hasil produksi talun berupa buah nangka, durian, kelapa, singkong, daun singkong, aren, jabon, bambu dan sengon merah. Hasil produksi singkong langsung dijual dengan harga mencapai 80.000,- per karung. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan singkong senilai dengan modal yang dikeluarkan petani. Sedangkan daun singkong digunakan untuk pakan ternak.
Siklus hara pada subsistem talun merupakan terbuka, karena memakai pupuk organik, urea, dan, kandang. dalam siklus hara terbuka bermakna tanah sudah banyak kehilangan hara sehingga perlu adanya tambahan hara dari luar, yakni dengan ditambahkannya pupuk dan pestisida untuk menunjang pertumbuhan tanaman.
d. Sub Sistem Pekarangan
Sub sistem pekarangan berada pada 7 32’ 14.7” LS dan altitude 110 41’ 46.2’ BT, kemudian tinggi tempat 217 m dari permukaan laut. Sedangkan kemiringan  lerangnya 0 % dengan pH tanah 7,2 dan  kelembaban  tanah  10%. Untuk kelembaban udaranya adalah 30% dan suhu udara 35oC.
Pengolahan tanah secara manual dengan dicangkul. Diberi tambahan berupa pupuk kandang dan TS untuk penggembur tanah, pengairan tanaman berasal dari air sumur didekat rumah. Pola tanam campuran/ heterokultur antara beberapa jenis tanaman. Jarak tanam tak teratur. Jenis tanamannya meliputi hortikultura seperti pisang, pepaya, cabai, rambutan, durian, petai, jeruk, kelapa, kenanga, kantil, dan matoa. Tanaman pangan seperti singkong dan untuk kayu-kayuan meliputi kayu gaharu. Pemilik menggunakan pupuk berupa pupuk kandang, TS, dan kompos. Tidak menggunakan pestisida, tetapi untuk sayuran, memakai laos yang ditumbuk untuk mengusir belalang.
Pada subsistem ini dihasilkan berbagai bibit hortikultura dan tanaman pangan. Harga jual bibit bayam dan pepaya adalah Rp. 500,-. Untuk harga cabai Rp. 200,- dan untuk bibit kantil merah adalah RP. 15.000,-. Sisa tanaman berupa ranting dan daun kering ditimbun digunakan sebagai pupuk kompos. Merupakan siklus hara terbuka karena adanya penggunaan pupuk kandang, kompos dan TS selama masa tanam.
e. Sub Sitem Perkebunan
1) Perkebunan Kopi
Pada subsistem perkebunan kopi didapat melalui pengamatan dengan alat gps daerah berada pada latitude 7 15’ 15.37” LS dan altitude 110 26’ 31.2” BT, ketinggian tempat 526 meter dari permukaan laut. Sedangkan pH tanah 6,9 dan kelembaban tanah 20%. Untuk kelembaban udaranya adalah 24% dan suhu udara 35oC.
Luas perkebunan kopi ini adalah 374,72 hektar. Pola tanam dengan monokultur tanaman kopi diselingi dengan lamtoro di sampingnya. Jarak tanamnya 2,5 x 2,5 m. Jenis tanaman kopi robusta dan kopi luwak. Pengairan menggunakan hujan, apabila musim kemarau tanaman muda membutuhkan pengairan dari tangki air.
Bibit kopi yang digunakan adalah bibit kopi hasil penelitian sendiri. Pupuk yang digunakan adalah pupuk anorganik seperti urea, dll. Pestisida yang diperlukan tergantung jenis pestisida yang dipakai dan jenis hama yang menyerang, rata-rata setiap 1 liter air adalah 2 cc. Sisa tanaman berupa ranting dan daun seresah dibiarkan untuk menambah unsur hara (humus). Perkebunan kopi ini merupakan siklus terbuka karena mendapat pupuk anorganik seperti urea serta pestisida. Dalam siklus hara terbuka bermakna tanah sudah banyak kehilangan hara sehingga perlu adanya tambahan hara dari luar, yakni dengan ditambahkannya pupuk dan pestisida untuk menunjang pertumbuhan tanaman.
Tanaman kopi membutuhkan naungan karena sebagia penghasil seresah untuk menambah kandungan hara di dalam tanah. Di perkebunan kopi banaran, tanaman lamtoro digunakan sebagai naungan untuk tanaman kopi.
2) Perkebunan Karet
Perkebunan karet terletak di Ardelir Galar Dawa, Salatiga dengan luas 2200 hektar. Pola tanam yang diterapkan adalah monokultur dengan jenis tanaman perkebunan yaitu Hevea brasiliensis (karet). Jarak tanam antar larik 6 m dan antar pohon karet 3 m. Pengelolaan tanah dengan mencangkul, kecruk (balik tanah), irigasi dengan tadah hujan. Dibuat rorak atau lubang untuk memasukkan seresah / bahan organik dan mencegah penyakit akar agar tidak menular.
Input yang digunakan meliputi bibit yaitu hasil okulasi antara tunas batang entres yang dibiakkan di selatan perkebunan pohon getas, pupuk yang digunakan yaitu pupuk kandang, tunggal (NPK + HCl), pulet (pupuk pabrik), dan organik. Sedangkan pestisida      yang digunakan adalah fungisida dan pestisida dengan penyemprotan belerang. Digunakan pula selang aplikator yang diimpor dari Malaysia untuk memberi rangsangan agar lateks keluar lebih banyak.
Dari perkebunan karet ini dihasilkan getah karet (lateks) dalam bentuk cair dan Lem dalam bentuk kering. Sisa tanaman berupa seresah dimasukkan dalam rorak yang akan berfungsi untuk mempersubur tanaman dan isolasi penularan penyakit. Siklus hara perkebunan karet terbuka karena mendapat tambahan pupuk organik dan anorganik serta penggunaan pestisida.


3. Komprehensif
            Air merupakan sumber kehidupan, tanpa air tidak ada makhluk yang dapat hidup. Begitu juga tanaman,salah satu unsur terbesar tanaman adalah air yaitu berkisar anatara 90% untuk tanaman muda, sampai kurang dari 10% untuk padi-padian yang menua sedangkan tanaman yang mengandung minyak , kandungan airnya sangat sedikit. penyiraman harus dilakukan teratur agar tidak kekurangan. Jika tidak disiram, tanaman akan mati kekeringan. Air merupakan bahan untuk fotosintesis, tetapi hanya 0,1% dari total air yang digunakan untuk fotosintesis. Air yang digunakan untuk transpirasi tanaman sebanyak 99 %, dan yang digunakan untuk hidrasi 1 %, termasuk untuk memelihara dan menyebabkan pertumbuhan yang lebih baik. Selama pertumbuhan tanaman membutuhkan sejumlah air yang tepat.
Air merupakan reagen yang penting dalam proses-proses fotosintesa dan dalam proses-proses hidrolik. Disamping itu juga merupakan pelarut dari garam-garam, gas-gas dan material-material yang bergerak kedalam tumbuhtumbuhan,melalui dinding sel dan jaringan esensial untuk menjamin adanya turgiditas, pertumbuhan sel, stabilitas bentuk daun, proses membuk dan menutupnya stomata, kelangsungan gerak struktur tumbuh-tumbuhan . Kekurangan air akan mengganggu aktifitas fisiologis maupun morfologis, sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air yang terusmenerus akan menyebabkan perubahan irreversibel (tidak dapat balik) dan pada gilirannya tanaman akan mati.
Unsur Hara merupakan senyawa organis maupun anorganis yang terdapat didalam tanah atau dengan kata lain, unsur hara merupaka nutrisi yang terkandung di dalam tanah dan dibutuhkan oleh tanaman. Unsur Hara sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang tanaman.
Seperti manusia, tanaman memerlukan makanan yang sering disebut hara tanaman. Berbeda dengan manusia yang menggunakan bahan organik, tanaman menggunakan bahan anorganik untuk mendapatkan energi dan pertumbuhannya. Dengan fotosintesis, tanaman mengumpulkan karbon yang ada di atmosfir yang kadarnya sangat rendah, ditambah air yang diubah menjadi bahan organik oleh klorofil dengan bantuan sinar matahari. Unsur yang diserap untuk pertumbuhan dan metabolisme tanaman dinamakan hara tanaman. Mekanisme perubahan unsur hara menjadi senyawa organik atau energi disebut metabolsime. Dengan menggunakan hara, tanaman dapat memenuhi siklus hidupnya. Fungsi hara tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain dan apabila tidak terdapat suatu hara tanaman, maka kegiatan metabolisme akan terganggu atau berhenti sama sekali. Disamping itu umumnya tanaman yang kekurangan atau ketiadaan suatu unsur hara akan menampakkan gejala pada suatu orrgan tertentu yang spesifik yang biasa disebut gejala kekahatan.
D.    Kesimpulan dan Saran
1.      Kesimpulan
Dari praktikum subsistem agroekosistem kali ini dapat memberi pengenalan lapangan tentang agroekosistem. Ada beberapa subsistem yang diketahui dari praktikum lapang kali ini, diantaranya subsiste sawah, talun, tegal, pekarangan, dan perkebunan. Setiap subsistem mempunyai cara tersendiri dalam pengelolaan  lahan dan memiliki siklus hara tersendiri pula. Talun merupakan gabungan dari tegal dan pekarangan. Talun biasa terdapat pada tempat yang jauh dari pemukiman. Pada subsistem pekarangan tidak terdapatnya input apapun, hanya dilakukan pengolahan  tanah saja. Tegal memanfaatkan hujan sebagai irigasinya. Siklus siklik terjadi pada talun dan pekarangan. Untuk daerah dengan tingkat kemiringan 10 % - 15 % masih cocok untuk ditanami tanaman musiman. Untuk perkebunan harus mempunyai ketinggian lebih dari 1000 m dpl. Setiap subsistem lahan  mempunyai keanekaragaman vegetasi sesuai dengan ketinggian tempat, suhu kelembapan, letak geografis, dan kemiringan. Semakin tinggi ketinggian tempat suatu lahan maka keanekaragan tanaman yang berada di wilayah tersebut akan semakin berkurang. Suhu kelembapan semakin dingin daerah maka pertumbuhan tanaman semakin bervariasi. Siklus non siklik terjadi pada tegal, kebun karet, dan sawah. Yaitu ssiklus yang terputus, tidak ada kelanjutan dan akan menciptakan sesuatu yang baru yang berlanjut menjadi siklus baru.
Pola tanamnya ada dua macam campuran dan monokultur. Pengairannya rata-rata berupa tadah hujan yakni memanfaatkan air hujan untuk pengairan. Dalam penggunaan pupuk, ada yang menggunakan pupuk anorganik seperti urea, ponska, TS dan ada pula yang menggunakan pupuk organik dari jeramimaupun seresah daun yang akan meningkatkan kandungan haradalam tanah. Siklus hara dari pengamatan ada 2, yakni terbuka dan tertutup. Dalam siklus hara terbuka, tanah mendapat nutrisi yang akan menunjang pertumbuhan tanaman dari pupuk anorganik dan pertisida. Dalam unsur hara tertutup, segala kebutuhan nutrisi tanaman dapat diperoleh di alam oleh tanah. Kandungan unsur hara di tanah masih cukup tinggi sehingga tidak memerlukan pupuk anorganik dan pestisida.
2.      Saran
Adapun saran dari penulis adalah perlunya pergantian tempat praktikum agar dapat mengetahui lebih luas dan lebih banyak subsistem yang ada di Indonesia.










DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Pekarangan. http://id.wikipedia.org/wiki/Pekarangan. diakses tanggal 29 Oktober 2011
Anwar miring. 1984. Tanah tegalan. http://klinik-tani.org. Diakses pada tanggal 29 Oktober 2010
Gourou, 1953. Pengelolaan Tanah dan Tanaman untuk Usaha Konservasi. Pemb.Tanah dan Pupuk. Pusat Penelitian Tanah. Bogor.
J. Spillane, James. 1982. Komoditi Karet. Kanisius: Jakarta
Kardinan, Agus. 2000. “Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi”. Jakarta : PT Penebar Swadaya.
Nasrudin. 1990. Agroekosistem Lahan Gambut. http://faizbarchia.blogspot.com. Diakses pada tanggal 29 Oktober 2011 
Pratiwi. 2004. “Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi”. Jakarta : PT Penebar Swadaya.
Siregar, Hardian. 1981 . Budidaya Tanaman Padi di Indonesia . Bogor : PT.Sastra Hudaya
Siswoputranto. 1978. Teh Kopi Cokelat. Gramedia: Jakarta
Sjarifuddin Musa. 1999. Refleksi Pertanian. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Soemarwoto. 2000. Lahan pertanian dan Macam tanaman. Gramedia. Jakarta
Soemarwotto, 1978. Ekologi Desa: Lingkungan Hidup dan Kualitas Hidup.  Prisma, No. 8, September 1978
Suprapto, 1985. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya: Jakarta
Supriyono. 2002. Pengantar Ilmu Pertanian. UNS. Surakarta
Tejasarwana. 2001. Konservasi tanah. http://id.wikipedia.org/wiki/konservasi tanah.htm. Diakses pada tanggal 29 Oktober 2011.
Thompson, L.M. 1957. Soil and Soil Fertility. Second cd, Mc.Graw – hill.Book Co,. Inc,. New York.
Utomo. 1995. Tegal Suatu Rangkaian Organisme Hidup. Universitas Gadjah Mada Press.Yogyakarta
Widagdo. 2000. Konservasi lahan talun. Erlangga :Jakarta
Yanto J. 2008. Pengoptimalan lahan talun. Ekaputra : Bandung

No comments:

Post a Comment